20. Menderita

12 1 0
                                    

"Maafin Dio dan suami Tante ya sayang."  Ucap sekar menangis sambil mengelus kepala Alena dan berlalu pergi dari ruangan Alena.

Alena yang sedari tadi menangis mendengar bahwa Surya meminta Alena untuk menggugurkan kandungannya bahkan mengancamnya juga membuat keluarga Alena menderita.

Alena kian melemas alena tidak mau  kandungannya itu dan itu pun tidak menjadi masalah. Asalkan bayinya selamat dan tetap hidup, sebisa mungkin alena akan merawat bayi dalam kandungannya itu.

Dan bayinya tidak bersalah jadi tidak perlu untuk di gugurkan. justru yang harus disalahkan itu dirinya dan dio.

Ucapan Surya tadi selalu terngiang-ngiang di telinganya Alena tampak frustasi.

" TIDAAK!!!"

"KALIAN GAK BOLEH NYAKITIN BAYI GUE!!!! GAK!! Gue gak akan gugurin anak ini. GAK!! GAAAK!!." Alena berteriak histeris sambil menggelengkan kepalanya.

Walaupun alena tau resiko memiliki anak diluar pernikahan itu di nilai dan di pandang sebelah mata bahkan jika keluarga Alena tau dia bisa di usir oleh ayahnya.

Dan untuk sekarang Alena belum siap mengatakan hal itu kepada siapapun Termasuk keluarganya. Mereka pasti sedih, mereka pasti kecewa Alena belum siap menghadapi semuanya. Karena saat ini hatinya sedang hancur dia tidak mau menambah beban dan apalagi melihat teman dan keluarganya sedih.

Tetapi walau begitu suatu saat alena akan memberitahu keluarga tentang kehamilannya dan menerima resiko itu asalkan bayinya selamat dan dia tidak mau menjadi ibu yang kejam dengan membunuh anaknya sendiri karena kesalahannya. Alena tidak mau, bagaimanapun anak dalam kandungan nya harus selamat dan tidak boleh ada orang yang menyakitinya. Tidak!!!!

"Kalian jahat!! Hiks..hiks.. KALIAN JAHAT!!!! Aaargh!!!." Alena semakin histeris

Teriakan Alena itu membuat suster dan dokter menghampiri keruangannya dan memeriksa kondisi Alena.

Sedangkan Alena masih dalam kondisi menangis frustasi. Sambil memegangi rambut nya dengan kencang.

"Sus, seperti pasien dalam kondisi depresi. Sebaiknya suntikan obat penenang." Ucap dokter itu yang mendapat anggukan suster.

"Hiks..hiks. kalian jahat" lirih Alena
Setelah suster menyuntikkan obat menenang dan setelah itu membuat Alena tidak sadarkan diri.

🌼🌼🌼

Kondisi Alena sudah jauh lebih baik setelah dirinya sempat dirawat di rumah sakit walaupun hanya semalam tetapi hari ini kondisinya jauh lebih baik. Dan bisa berangkat ke kampus.

Semalam Alena meminta untuk di pulangkan karena khawatir orang tuanya mencari nya. Itu karena Alena tidak memberi kabar kepada orang tuanya, tapi kata sang dokter Alena boleh pulang besok pagi dan malam itu dokter meminta alena menginap dulu dirumah sakit untuk istirahat dan memulihkan kondisinya sejenak.

Dan setelah itu Alena hanya menuruti ucapan sang dokter karena bagaimanapun memang kondisinya malam itu belum stabil. Dan dia segera mengabarkan orang tuanya dengan berat hati Alena harus berbohong bahwa dia menginap di rumah melani.

Sehingga jam 7 pagi tadi Alena bisa keluar dari rumah sakit. Dan sekarang Alena sudah berada di kampus dengan pakaian kemarin karena tidak sempat pulang kerumah.

"Len, Lo tau gak kalau si jeno pindah." Ucap Imel yang duduk di sebrang meja Alena.

Alena yang mendengar bahwa Jeno pindah membelalakkan matanya.

"Pindah?" Ucap Alena.

"Iya, gue juga gak tau juga si jeno pindah kemana. Dan anak-anak lain juga pada gak tau si jeno pindah kemana."

"Mungkin dia gak kuat karena di bully terus sama anak-anak kampus." Timpal Sarah

Alena yang mendengar itu menghela nafas berat Alena memang mengetahui jeno sempat menjadi korban di bully waktu Alena akan pergi ketoilet. Tapi, mengapa Jeno harus pindah.

Bahkan Jeno tidak memberitahu nya dulu. Jeno hanya bilang dia akan fokus belajar tapi mengapa tiba-tiba pindah. Pantas saja Jeno sudah tidak pernah terlihat di kampus. Jeno anggap Alena itu apa? Bukankah mereka berteman tapi mengapa Jeno menutupi hal ini. Dan ada masalah apa sebenernya dengan jeno.

Sepertinya Alena harus menghubungi Jeno dan menanyakan mengapa Jeno pindah dan bahkan tidak memberi kabar.

Dengan segera Alena mengeluarkan benda pipih itu dan mengetikan beberapa kata.

Alena
Jeno
Jen!!
Lo pindah? Kemana?
Kok Lo ga bilang sama gue. Lo ada masalah? Kenapa gak pernah cerita sama gue. Kan gue udah bilang kalau ada masalah cerita Jen kita kan temen.
Jeno bales pliiiiiisssss

Belum ada balasan dari jeno. Lagi dan lagi alena menghela nafas berat mengapa orang-orang di sekitarnya pergi meninggalkan nya pertama Dio dan sekarang ... Jeno

Alena menundukkan pandangannya dan mata Alena mulai berkaca-kaca tetapi seberusaha mungkin Alena menahan air matanya agar tidak menjadi pertanyaan teman-teman di kelasnya.

"Len, are you ok?" Tanya Imel sambil menepuk bahu alena

Sedangkan Alena hanya menganggukkan kepalanya yang berusaha menahan air mata nya agar tidak terjatuh dan sekiranya sudah bisa ditahan Alena mendongakkan kepalanya sambil tersenyum setelah itu helaan nafas berat terdengar.

🌼🌼🌼

Di kantin, suasana bising terdengar. banyak mahasiswa yang sedang makan siang. Alena dan teman-temannya juga sedang berada di kantin untuk makan siang dan bergosip ria seperti biasanya.

"Lena, kemarin Lo kemana? Kok handphone Lo ga bisa di hubungi?" Tanya citra

Yap, memang kemarin Alena hanya mengaktifkan handphone nya untuk menghubungi orang tuanya saja setelah itu Alena menonaktifkan kembali handphone nya.

"Gue.. gue kemarin buru-buru mau nganter bunda belanja. Dan abis itu sibuk maraton Drakor deh." Jawab nya bohong.

"Lo, lagi gak bohong sama kita kan?" Ucap Melani merasa ada yang aneh.

Karena kemarin setelah mereka bahkan Alena, yang baru mengetahui kabar bahwa Dio bertunangan. kondisi Alena waktu itu sangat kacau dan setelah nya Alena langsung berlalu pergi meninggalkan mereka entah kemana.

"Hahahah, bohong apaan gue sama kalian." Ucap Alena dengan tertawa garing

Dan kemudian suasana menjadi hening. Ketiga temannya menatap Alena nyalang.

"Apa yang lucu si Len?" Pika yang memulai obrolan setelah beberapa saat hening.

"Lo lagi gak nutupin sesuatu kan?" Uap melani.

Dan belum sempat Alena menjawab. Tiba-tiba perut Alena terasa bergejolak seperti ingin mengeluarkan sesuatu dari mulutnya.

"Euoek." Alena sangat mual dan segera menutup mulut dengan tangannya. Dan berlari menuju kamar mandi.

Teman-temannya yang melihat itu mengikuti Alena menuju kamar mandi. Karena mereka merasa khawatir dengan kondisi Alena.

"Len, Lo gak apa-apa? Ucap mereka setelah sampai di kamar mandi dan menghampiri Alena di depan wastafel yang sedang membuang cairan lengket itu.

"Len, are you ok?" Ucap Melani

Sedangkan Alena yang telah selesai mengeluarkan cairan itu langsung mengangguk.

"Gue gak apa-apa, mungkin cuma masuk angin."

"Tapi muka Lo pucet banget len." Ucap pika.

"Kita Anter kerumah sakit ya Len, kita khawatir sama Lo." Ucap Melani yang diangguki citra dan pika.

"Gak usah gue gak apa-apa. serius, masuk angin doang kayanya. Kalian gak usah khawatir ya gue baik-baik aja."jawab Alena dengan senyuman

Sedangkan ketiga temannya hanya terdiam melihat Alena yang tidak mau di antar ke rumah sakit. Padahal mereka benar-benar khawatir, Alena selalu saja begitu. Selalu menutupi Masalah nya sendiri dan seolah tidak terjadi apa-apa dengan memberikan senyuman yang selalu dia pancarkan di wajahnya.

------

Jangan lupa vote.

ALENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang