29. Kosan

9 1 0
                                    

Terhitung sudah 3 hari Alena berada di Bandung. Dan kini dirinya sudah berada di Jakarta lagi untuk mencari kosan yang lumayan murah.

Sudah 1 jam lebih Alena mencari akhirnya dia menemukan kosan yang sesuai budget-nya. Kosan dengan 2 ruang dan itu lumayan cukup untuk nya yang hanya tinggal sendirian, lagi pula barang-barang Alena tidak terlalu banyak.

Setelah Alena membereskan barang-barangnya dia mulai beristirahat sejenak sebelum dia mencari lowongan pekerjaan di web Internet atau mencarinya sendiri besok sepulang kuliah.
Alena berniat untuk bekerja part Time agar kuliahnya juga tidak terganggu. jadi, dia akan mencoba mencari lowongan pekerjaan di sebuah cafe atau di restoran cepat saji.

20.30 WIB

Waktu sudah malam Alena terbangun akibat perutnya yang sangat lapar karena tidak terasa Alena tidur lumayan lama hari ini mungkin karena dirinya sangat lelah habis membereskan kosan.

"Mm.. gini ya hidup ngekos. Mau makan aja harus nyari dulu. Padahal dulu kalau laper udah ada bunda yang siap masakin atau udah ada makanan yang bunda masak." Monolog Alena dan langsung bergegas   mandi dan mencari makanan yang tak jauh dari kosan.

Angin malam tertiup kencang. Alena kini tengah berjalan kaki menggunakan hody hitam dan celana training hitam. Alena telah membeli beberapa makanan dan jajanan yang bisa membuat dirinya tidak kelaparan lagi. Alena sengaja membeli makanan dan jajanan yang banyak karena dirinya ingat bahwa dia tidak makan  sendirian melainkan dengan buah hati yang sedang di kandungannya yang membutuhkan asupan lebih banyak.

"Bunda beli makanan banyak untuk kita sayang." Monolog Alena sembari mengelus-elus lembut perutnya.

Sesampainya di kosan Alena segera menyantap makanannya dengan lahap tetapi seketika itu lampu kosannya mati.

"Aaa!" Teriak Alena yang terkejut karena lampu kosan mati.
"Duh, segala mati lampu." Ucap Alena sembari mencari-cari handphone nya.

Setelah itu Alena keluar untuk mengecek dan melihat sekitar. Tetapi tepat di depan pintu ternyata ada 2 orang berpakaian hitam berdiri didepannya.

"Aaaaa!!! Siapa Lo?!!" Teriak Alena.

"Tenang, saya ke sini cuma mau kasih kamu pilihan lagi." Alena yang mendengar suara familiar itu tertegun dan setelah itu bulu kuduknya meremang.

"Dari mana Lo tau kosan gue!!!!" Sarkas Alena

"Tidak perlu kamu tau saya tau kosan kamu. Saya ke sini hanya ingin menawarkan kamu pilihan itu saja."

"Apaa lagi yang Lo mau!!!"

"Saya cuma mau kamu gugurkan anak itu dan keluarga kamu kembali seperti semula. Dimana ayah kamu akan kembali jabatannya."

Alena sangat geram mendengar ucapan Surya dan kemudian berucap "Anda pikir anda bisa membeli anak ini dengan jabatan ayah saya? Tidak segampang itu!! Dimana hati nurani anda sebagai seorang ayah sekaligus calon seorang kakek?"

"Oh, kamu masih saja keras kepala. Ayolah ini tidak sulit."

"DASAR IBLIS!!" Teriak Alena

"Apa kamu bilang?!!"

BRUKKK

"Aaaah!"

Darah mengalir dari pelipis Alena dalam kegelapan malam. Alena jatuh tersungkur sehingga dirinya tergeletak di lantai setelah Surya memukul kepala Alena sehingga mengeluarkan darah.

"Ini akibat kamu masih keras kepala!!" Desis Surya kemudian berlalu pergi meninggalkan Alena yang masih tergeletak di lantai.

"Hiks..hiks.. k-kenapa kalian sejahat ini." Ucap Alena sebelum akhirnya kegelapan menghampiri nya yang menyebabkan tidak sadarkan diri.

🌼🌼🌼

Mentari mulai menyinari selah-selah jendela kamar kosan Alena.

"Urghh." Ringis Alena sembari memegang kepalanya yang terasa sakit.

"Kamu udah siuman?" Ucap seorang wanita paruh baya yang membawa satu mangkuk bubur yang tak lain adalah ibu pemilik kosan. Sedangkan Alena yang mendengar itu hanya mengangguk.

"Semalem kamu pingsan, terus kepala kamu berdarah. Ibu juga gak tau penyebabnya apa soalnya semalem pas ibu check saklar ibu liat kamu jatuh di lantai dengan kondisi kayak gitu."

"M-makasi."

"Sama-sama, ibu keluar dulu ya."

Setelah kepergian ibu kosan ibu Alena menarik nafas dalam-dalam mengingat kejadian tadi malam dimana Surya lagi-lagi memintanya untuk menggugurkan kandungannya.

Kemudian Alena melirik jam di dinding kamar nya waktu menunjukkan 07.15 WIB

"Sial, gue telat!" Dan setelah itu Alena langsung bergegas pergi ke kampus tanpa harus mandi terlebih dahulu.

Beruntung jalan menuju kampus lumayan lenggang jadi Alena bisa sampai kampus tepat waktu.

Dan kini dirinya tengah mengikuti mata kuliah yang berlangsung.
Tapi tiba-tiba terdengar suara dari sebelahnya yang tak lain adalah Imel. "Sssstt Len." 

"Hm?" Jawab Alena singkat.

"Lo kemana aja kemarin? Lo sakit? Kepala Lo kenapa?" Tanya Imel beruntun.

"Gue kemarin ikut ke Bandung sama orang tua sekalian liburan. Terus kepala gue kebentur tembok waktu dibandung." jawab Alena sedikit berbohong.

"Lo liburan di saat kita kuliah gini? Liburan semester kemarin kemana aja?" Tanya Imel yang penasaran

"Ck, gue gak kemana-mana liburan semester. jadi, yaa gue ikut aja kebetulan orang tua gue pindah kesana. Mereka gak lagi dijakarta soalnya ayah udah di PHK dari perusahaan nya."

"WHAT?!" teriak Imel yang mendengar penjelasan Alena tadi yang menyebabkan satu kelas bahkan sang dosen yang sedang menjelaskan melihat ke arah mereka berdua.

"Siapa yang teriak-teriak." Tanya sang dosen yang tak lain pak imam dosen killer sejagat raya.

"SAYA TANYA SIAPA YANG TERIAK-TERIAK!?" lanjut pak imam kali ini dengan suara yang lumayan keras dan teriak.

"Mampus gue." Gumam Imel.

"Jadi tidak ada yang mau jawab?! Baik, kelas ini untuk mata pelajaran saya anggap tidak hadir semua."

Deg deg deg

Semua mata langsung tertuju ke arah Imel yang dari tadi sudah ketar ketir ketakutan dan kini di tambah satu kelas menatap tajam kearahnya karena tidak mau jawab.

"Udah ngaku aja." Bisik Alena mengingatkan. Dan Imel pun tidak punya pilihan lain selain mengaku dari pada dirinya harus di musuhi satu kelas karena ulahnya dan kemudian Imel menghela nafas panjang untuk segera mengakui kesalahannya.

"S-saya pak." Ucap Imel dengan nada bergetar sembari mengangkat sebelah tangannya.

"Oh jadi kamu? Baik kalau gitu jelaskan materi yang tadi saya jelaskan."

Imel yang tidak tahu harus menjelaskan apa langsung meminta bantuan Alena untuk membantunya mejelaskan. Tapi lagi-lagi Alena juga tidak tahu tadi pak imam menjelaskan materi apa.

"Ayo jelaskan!?"

"S-saya gak tau pak harus jelasin apa."  Jawab Imel yang pada akhirnya terpaksa jujur.

"Kalau begitu untuk hari ini kamu saya anggap tidak hadir!" Ucap pak imam final.

Imel yang mendengar itu hanya bisa berpasrah diri. Karena bagaimanapun keputusan pak imam tidak bisa di ganggu gugat.

"Sabar." Ucap Alena sembari terkekeh geli melihat Imel yang sepertinya sangat tertekan.

"Hm, tapi .."

"Tapi?" Ucap Alena bingung

"Tapi tar di lanjut lagi yak gue masih penasaran." Jawab nya yang entah kenapa masih sangat penasaran mendengar cerita bahwa keluarga Alena sekarang berada di Bandung dan Alena pun hanya menghela nafas berat mendengar nya.





--------
Gaes, maaf banget baru update wkwkw jangan lupa vote dan follow

ALENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang