"Kuncinya keliru, tho?"
Jagat memejamkan mata, tak sanggup melihat meseman Gemi yang tampak tak berdosa itu.
"Kukempesin lama-lama Kamu, Mbak." lontar Jagat tak tahan lagi kesabarannya diuji.
"Jangan, dong. Cadangan lemakku nanti habis, kan, bahaya." Gemi menanggapinya santai.
Jagat tidak mau dengar, ia jemu dengan drama yang diciptakan Gemi.
"Aku gak mau tau, Mbak sana yang ngambil!" putus Jagat bertahan menunggangi motor.
"Ngapain ngambil yang lain, kan, tinggal dicari aja motornya yang sesuai dengan kuncinya." arah Gemi sembari melihat-lihat motor yang semerek dengan kunci yang diambilnya tadi.
Ketemu, ada satu motor di pojok ruangan.
"Itu motornya!" tunjuk Gemi seraya mendekati motor tersebut.
Jagat mengurai napas kasar, ia bangkit dan mengikuti petunjuk Gemi. Begitu ia melangkah...
"Healah, rantainya putus ternyata."
Jagat meremat wajah, ia sampai menghentak-hentakkan kakinya ke lantai saking muaknya dengan drama hari ini. Ia merasa sial diperjumpakan dengan orang seperti Gemi.
"Dek, tunggu situ, ya. Tak ambil dulu kuncinya." kata Gemi memang harusnya begitu.
Jagat tidak menggubris, ia memilih mengontrol emosinya agar kembali stabil.
...
Akhirnya Gemi dan Jagat meninggalkan basement setelah drama kunci keliru usai. Seperti kemarin, Jagat yang menyetir meski labelnya mengantar. Di mana-mana, orang yang mengantarlah yang mengemudi atau menyetir kendaraan, bukan sebaliknya.
"Kamu ini kelas berapa, tho, Dek?" Gemi iseng menanya demi membuang hening yang menyelimuti.
"Dua belas." Jagat singkat menjawab.
"Wah, hampir mau lulus, nih. Sudah ngerencanain mau lanjut ke mana belum? Biasanya bulan-bulan begini tawaran kampus-kampus mulai berdatangan." Gemi ingin tahu lebih lanjut.
"Kepo!" balas Jagat ketus.
"Elah, dalah, bocah iki ditakoni barang og (anak ini ditanyain kok), malah ngomong ngono (malah ngomong gitu)!" gerutu Gemi nyaring.
Jagat memilih diam, ia masih jengkel dengan drama tadi.
Hihhhh, malah diem aja! Pingin tak uleg lama-lama mukamu! Gemi di batin menyerapahi Jagat lantaran kesal usahanya menghidupkan suasana dibalas demikian.
"Loh, loh, hujannya beneran turun, tho." apa yang Gemi khawatirkan tadi benar terjadi. Tidak jauh meninggalkan kantor, gerimis melanda dibawa oleh angin dari arah timur.
"Minggir, minggir!" titah Gemi sambil nepuk-nepuk bahu kiri Jagat.
Jagat dengan cepat menepikan motor, ia membelokkan motor ke emperan ruko yang sedang tutup. Begitu berhenti, Gemi langsung turun dan mengeluarkan jas hujan yang disiapkannya.
"Ini, pakeen jas hujannya." Gemi mengacungkan jas hujan pada Jagat.
"Hanya sepasang?" Jagat masih enggan menerima.
"Iya, Kamu pakeen, kan, Kamu yang nyetir. Aku kehujanan gapapa, sekalian ngilangin gerah." tutur Gemi memaksa tangan Jagat menerimanya.
"Gak mau!" Jagat sontak menolak, mengembalikan jas hujan itu ke tangan Gemi.
"Heh, Kamu itu, lho! Aku bawain jas hujan ini kan demi kebaikanmu juga. Nanti kalo kehujanan terus besoknya Kamu sakit, gimana coba? Kamu udah kelas 12, gak baik ketinggalan pelajaran." Gemi malah menceramahi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SARANGHAE, MBAK! [TAMAT]
Ficción GeneralBagi Gemintang Soerjoprasojo, Mo Tae Goo adalah sosok pria idamannya setelah kisah asmaranya bersama Langit Djatmiko kandas dihantam gelombang restu. Tapi, bagaimana bila seorang bocah SMA yang terpaut 10 tahun lebih muda hadir dan menyukainya? Bag...