"Eh, Mbaknya OG (office girl) baru, ya?" seorang perempuan menghampiri Gemi dan menepuk bahunya saat gadis tersebut tengah melahab bekal dari Lisa.
"Iya, Mbak." saut Gemi menunda sebentar makannya.
"Abis ini tolong bersihin tempat rapat, ya, Mbak. Soalnya mau ada rapat dengan atasan. Sekalian disiapin kudapan sama minumnya, ya." perempuan itu memberi titah.
Gemi yang sudah biasa disuruh-suruh pun langsung siap sedia. Ia menutup bekalnya dan bergegas menjalankan tugasnya.
Gemi mengambil peralatan perangnya, membawanya penuh semangat ke ruang rapat.
"Eh, ngapain Kamu masuk sini? Tidak lihat ini lift untuk siapa, huh!" sebuah omelan didapatkan Gemi saat akan memasuki sebuah lift yang baru terbuka.
"Em, iya, maaf." dengan penuh kerelaan Gemi mengurungkan langkahnya untuk masuk. "Ih, dasar kuno! Masih aja membeda-bedakan derajat orang lain." gerutunya. Gemi memutar arah dan bergegas menuju tangga darurat tak jauh dari sana. Ia tidak ingin membuang waktu.
Napas Gemi tersengkal-sengkal, keringat deras mengucuri seluruh badannya. Menaiki anak tangga memang tidak cocok untuk orang gemuk sepertinya. Rasa-rasanya lututnya akan copot saja menaiki anak tangga ini.
"Yoh, masih empat tangga lagi." ujarnya sambil mendongak. Ia tidak berhenti lama dan segera melanjutkan lagi tapakannya sebelum kelelahan itu memuncak.
"Merdekaaa!" seru Gemi begitu sampai sampai di lantai yang dituju. Kakinya terseok-seok menuju ruangan rapat yang tinggal beberapa langkah lagi.
"Gem, Kamu habis ngapain?" tanya Endah yang baru keluar dari lift.
"Naik ... tangga, Mbak." jawab Gemi terpenggal-penggal.
"Ngapain naik tangga segala, itu kan ada lift." kata Endah prihatin melihat kondisi Gemi seperti habis lari maraton. Ia membantu Gemi membawa peralatan perangnya.
"Tadi ... mau naik diusir, Mbak. Katanya ... bukan untuk ... pekerja seperti Saya." Gemi mengadu pada kepala timnya.
"Kata siapa?"
"Gak tahu, gak kenal, Mbak." Gemi menggeleng-geleng.
"Oh, palingan itu direktur kita. Orangnya emang radak gitu, Mbak. Lain kali, pakai lift yang lainnya aja." saran Endah.
"Oke, Mbak." Gemi mengangguk, mereka pun kemudian masuk ke ruang rapat.
...
Tepat 20 menit sebelum rapat Gemi bersama Endah selesai menyiapkan tempatnya. Endah berpamitan lebih dulu meninggalkan Gemi yang istirahat sejenak di sana.
"Ya Allah, ambuku (bauku)... ngungkuli wedhus (ngelebihin kambing)!" lontar Gemi tatkala mencium area baju di dekat ketiaknya. Dari pagi hingga siang begini pekerjaannya sebagai tukang bersih-bersih tiada henti.
Gawai di ponselnya bergetar lama, menandakan ada sebuah panggilan masuk. Gemi merogoh saku celananya, menilik siapakah gerangan yang menghubunginya.
"Iya, Bu De?" sautnya menerima panggilan.
"Kamu sibuk, Gem?" tanya orang di seberang telepon sana.
"Tidak, Bu De, baru abis nyiapin tempat rapat." terangnya.
"Bagus, kalo gitu. Saya minta tolong ke Kamu, bisa?" tanya orang itu, Dewi namanya. Salah satu manajer di kantor ini dan sudah dua kali meminta tolong pada Gemi.
"Nopo (apa), Bu De?" Gemi menimpali.
"Tolong jemput anak Saya di sekolah, ya. Bentar lagi waktunya pulang, dan Saya masih harus nemuin klien sekarang." Dewi menyebutkan suruhannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/280888379-288-k372609.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SARANGHAE, MBAK! [TAMAT]
Narrativa generaleBagi Gemintang Soerjoprasojo, Mo Tae Goo adalah sosok pria idamannya setelah kisah asmaranya bersama Langit Djatmiko kandas dihantam gelombang restu. Tapi, bagaimana bila seorang bocah SMA yang terpaut 10 tahun lebih muda hadir dan menyukainya? Bag...