Sisi 31

3.4K 544 82
                                    

"Kalian belum pulang?" tanya Anton ketika mendapati Bayu dan Della masih bekerja menghadap laptop masing-masing di meja panjang yang terletak di tengah ruang prodi.

"Rajin amat. Udah jam empat lebih, lho." Anton sudah siap untuk pulang. Tasnya sudah beres dan tersandang di bahu.

"Tanggung, Mas Anton. Dikit lagi kelar nih artikel dan LPJ," sahut Della dengan tetap memperhatikan monitor laptop. Jemari lentiknya juga masih asyik menari di atas papan keyboard. Ia dan Bayu sudah saling membagi tugas terkait penyusunan laporan akhir kegiatan pengabdian masyarakat dan penulisan artikel ilmiah. Hari ini mereka saling memeriksa dan menggabungkan hasil pekerjaan masing-masing.

"Kamu nggak pengabdian semester ini?" tanya Bayu pada Anton.

"Nggak. Males aku. Duit pengabdian sedikit. Nanti aja aku ngajuin penelitian hibah." Anton memandang kedua rekan kerjanya yang masih serius bekerja. "Ya udah, aku pulang duluan. Kalian jangan kemalaman. Nanti ada dedemit."

Della tersenyum menanggapi gurauan Anton, sedangkan Bayu membuat gerakan seolah sedang mengusir ayam dengan tangan. Setelah Anton pergi, hanya ada Bayu dan Della di ruangan itu. Keduanya masih tetap mengetik. Bayu bahkan sesekali memeriksa jurnal referensi.

"Mas, simpulannya kayak gini, udah oke belum?" Della menggeser laptop agar Bayu pun bisa melihat layarnya.

Bayu membaca bagian simpulan dan saran yang ditulis Della lalu mengangguk setuju. "Sip. Artinya, udah beres semua," ujarnya. Sekarang hanya tinggal merapikan daftar pustaka. Bayu kemudian mengeklik simbol minimize pada file Microsoft Word di laptop Della dan kemudian disuguhi gambar poster pertandingan sepak bola internasional sebagai background wallpaper desktop.

"Kamu suka nonton bola juga, Del?"

Della menyengir cantik seraya menjangkau kembali laptopnya. "Aneh nggak sih, Mas, kalau cewek suka sepak bola?"

"Nggak aneh. Banyak kok cewek yang suka bola."

Della adalah perempuan pertama dalam lingkup pergaulan Bayu yang mempunyai hobi sama dengannya. Untuk urusan hobi, Ratna cocok dengan Adisti, istri Gian. Mereka sama-sama menyukai mencipta hasta karya. Khusus Ratna, ada hobi memasak juga. Ayu, mantan pacar Bayu, punya kegemaran berbelanja. Sedangkan Gita, tidak jelas apa minatnya.

"Kamu suka club apa?" tanya Bayu lagi.

"Real Madrid, dong."

"Ronaldo udah nggak di sana." Bayu mencibir. Christiano Ronaldo memang pesepakbola termahsyur di dunia sekaligus yang paling dikenal oleh wanita Indonesia, padahal kemampuannya di lapangan tidak sebagus Lionel Messi.

"Pasti Mas pikir aku suka Real Madrid karena dulu ada Christiano Ronaldo di sana?"

"Memangnya ada alasan selain itu?"

"Belum ada club yang sesukses Real Madrid di kancah Eropa. Coba, mana ada club yang udah mengoleksi 12 piala Liga Champion."

"Sukses karena hasil menekan klub lain. Apa bagusnya? Club diktator."

Dahi Della mengernyit. Matanya pun menyipit. "Jangan bilang Mas Bayu nge-fans sama Barcelona."

Hanya fans Barcelona yang akan mengatakan Real Madrid adalah diktator. Walaupun memang demikian kenyataannya. Pada zaman dulu, Jendral Franco, sang penguasa Spanyol dan penggemar Real Madrid, selalu berusaha menghancurkan FC Barcelona melalui kekuasaan politiknya. Rivalitas dua klub ini memang tidak sekedar urusan berebut bola di lapangan hijau, tetapi juga menyangkut politik dan budaya yang sarat emosi.

"Ya iyalah. Barca itu club terkeren sepanjang masa. Pemain dan stake holder klub bekerja keras. Nggak cuma modal duit, kayak Madrid. Terus mencuri pemain bintang klub lain." Bayu membela klub kesayangannya.

Di Sisimu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang