"Ma, pagi-pagi kok udah sibuk di dapur. Biar Ratna saja yang masak."
Ratna sedikit salah tingkah dan malu ketika masuk ke dapur dan mendapati ibu mertuanya sudah berada di depan meja konter, sibuk meracik bumbu. Salahkan Bayu yang mendadak bergabung dengan Ratna saat ia sedang mandi. Tentu saja durasi mandi mereka jadi lebih lama karena aktivitas tambahan yang diminta Bayu.
Endah menoleh dan mahfum mengapa Ratna terlambat keluar kamar setelah melihat rambut sang menantu yang basah. "Nggak apa-apa. Mama kangen pengin masak nasi goreng pete buat Bayu. Nasi semalam masih sisa banyak. Tuh." Wanita paruh baya itu menunjuk magic com yang terbuka tutupnya.
"Bayu itu paling suka makan pete. Waktu kecil, dia pernah malam-malam rewel minta makan pete. Karena Mama udah capek, petenya cuma Mama kukus. Eh, kata Bayu, enak. Dicemilin sampai habis," lanjut Endah bernostalgia.
"Unik ya, Ma. Ganteng-ganteng tapi sukanya pete." Karena menu sarapan sudah diambil alih Endah, Ratna pun memilih menyiapkan teh manis untuk mereka semua.
"Gimana, Ratna? Masih belum isi?"
Gerakan Ratna menyeduh teh terhenti beberapa detik. Suasana hati yang ceria setelah morning sex yang memuaskan, kini rusak sudah. Menggeleng lemah, ia menyahut, "Belum, Ma."
"Kamu nggak mau ikut terapi kesuburan, atau program hamil di dokter spesialis? Mama udah pengin banget nimang cucu, nih. Kamu udah kosong lima tahun, lho."
Seolah Ratna perlu diingatkan pada 1800 hari yang ia lalui dengan mendambakan kehadiran buah hati. Ratna tahu, baik ibu mertuanya atau ibu kandungnya, tidak ada yang memiliki riwayat susah hamil. Mereka berdua langsung hamil satu bulan setelah pernikahan, membuat Ratna bertanya-tanya riwayatnya yang sulit hamil ini menurun dari mana.
"Untuk saat ini Bayu dan Ratna belum ada pembicaraan serius tentang itu, Ma." Sebenarnya Ratna sendiri yang terlalu sering dilanda ketakutan berlebihan dengan kondisinya yang tak subur.
"Tapi menstruasimu lancar, kan?"
"Setiap bulan, kok, Ma," jawab Ratna diplomatis. Rasanya fakta bahwa tanggal menstruasinya sering mundur, tak perlu disampaikan pada sang mertua.
"Atau coba setiap selesai berhubungan, pantatmu diganjal bantal. Supaya sperma Bayu nggak tumpah."
"I-iya, Ma. Nanti Ratna coba."
"Terus, kalau mau ejakulasi, Bayu aja yang di atas, ya. Nggak usah pakai gaya aneh-aneh."
Anak Mama tuh yang suka request gaya aneh-aneh. Ratna mengulas senyum terpaksa. Membicarakan urusan ranjang dengan orang lain tak pernah membuatnya nyaman. Bahkan dengan Fifi sekalipun, Ratna menyimpan rapat cerita tentang kegiatan panasnya dengan sang suami.
"Ratna aja yang tumis bumbunya, Ma." Ratna melihat kesempatan untuk mengalihkan topik pembicaraan begitu Endah selesai mencincang bawang. "Mau pakai bumbu penyedap, nggak, Ma?"
"Kasih dikit aja." Minyak panas dan cincangan bawang bertemu, menguarkan aroma lezat yang membuat perut keroncongan. "Dengar, ya, Ratna. Laki-laki asal staminanya bagus, pasti bisa ngehamilin." Rupanya Endah belum melepaskan topik ini.
"Coba kamu tanya teman-temanmu, pengobatan alternatif supaya cepat hamil. Atau bisa coba bikin sendiri ramuan tradisional. Mama baca di internet, katanya minum teh kayu manis atau jamu kencur dan bawang putih bisa bikin perempuan lebih subur."
Ratna merasa matanya mulai memanas. Mendengar penuturan Endah barusan, kesimpulannya jelas, di mata ibu mertuanya, pasti Ratna-lah yang mandul.
***
Beres mengerjakan pekerjaan rumah, Ratna merasa malas keluar kamar. Toh, sekarang hari Minggu. Setiap orang berhak bermalas-malasan hari ini. Maka Ratna hanya berbaring miring di kasur. Benaknya memutar kembali semua ucapan Endah. Batinnya pun gundah. Bagaimana jika Ratna benar-benar tidak bisa memberikan keturunan bagi Bayu? Apa ibu mertuanya akan meminta mereka bercerai? Atau menyuruh Bayu menikah lagi?
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Sisimu
RomanceSekuel Tiga Sisi Warning: Baca ini jangan ngamuk, karena bab sudah tidak lengkap. Perjalanan rumah tangga tidak mungkin tanpa ujian. Apa yang kita lakukan di masa lalu, akan kita tuai akibatnya di masa depan. Lima tahun menikah dengan Bayu, Ratna...