Awas. Adegan dewasa 21+
Silakan skip jika tidak nyaman. Gambar di atas itu visual gaunnya Ratna, ya.----------------
Bayu tiba di rumah hampir pukul dua belas malam, hari berikutnya. Ia menumpang taksi dari Stasiun Tugu. Lelah menggelayuti sekujur tubuhnya. Bayangan mandi air hangat dan pijatan dari Ratna terasa menggoda, tetapi sepertinya malam ini, Bayu tidak akan mendapatkan kemewahan itu. Setidaknya sampai mereka berbaikan.
Sial.
Bayu merogoh saku jaket, mencari anak kunci pintu depan. Namun, sebelum ia berhasil menemukan benda itu, terdengar suara slot kunci diputar dan daun pintu dikuak.
Ratna menyambutnya dalam diam, dengan piyama lengan pendek warna biru langit. Tampak bibir istrinya membuka, tetapi kemudian mengatup lagi. Ratna urung mengatakan sesuatu. Wanita itu hanya menepi, memberi jalan bagi Bayu untuk masuk.
Masih tanpa berbicara, Ratna bergerak menuju dapur, menjerang seceret air untuk Bayu mandi. Lalu menyeduh teh hangat. "Kamu udah makan?" tanyanya pelan.
"Sudah, tadi di kereta," jawab Bayu kaku. Makanan di kereta tidak bisa dibandingkan dengan kelezatan rasa masakan Ratna. Sebenarnya, Bayu ingin meminta dibuatkan sepiring nasi goreng, tetapi gengsi menahannya sekali lagi. Namanya saja sedang marahan. Secangkir teh hangat ini harus cukup untuk menghangatkan perutnya.
Setelah menghabiskan tehnya, Bayu langsung masuk ke kamar utama. Ratna menyusul dengan membawakan air panas. Bayu pun mandi tanpa berkata apa pun pada Ratna.
Mau marah sampai kapan, sih? batin Ratna sedih. Biasanya, sepulang dari luar kota, Bayu akan bercerita banyak hal, tentang kegiatannya atau perjalanan yang ditempuh. Namun, sedari tadi hanya satu kalimat yang keluar dari lisan Bayu.
Agaknya, tidak ada pilihan selain menjalankan rencana Gita.
Di kamar mandi, Bayu mengguyur tubuh dengan air hangat. Merasakan saraf-sarafnya yang kaku perlahan melemas. Tak perlu berlama-lama mandi tengah malam seperti ini. Setelah tubuhnya bersih dan segar, ia pun meraih handuk dan mengeringkan badan.
Bayu keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit di pinggang. Ia belum sempat mengambil pakaian ganti ketika tiba-tiba sepasang lengan mendekap tubuhnya dari belakang.
"Bay, jangan marah terus. Aku minta maaf," pinta Ratna. Bayu bisa merasakan punggungnya dikecup, lalu kepala Ratna disandarkan di belakang bahunya.
Bayu ingin menangkupkan tangan di atas punggung tangan istrinya. Sejujurnya, ia pun lelah bersitegang dengan Ratna. Kerinduan seolah menggedor-gedor dadanya, meminta untuk dilepaskan. Namun, kenyataannya, ia hanya diam.
"Aku nggak suka kita diem-dieman terus. Please, jangan marah lagi. Maafin aku." Ratna mengulang permintaan maafnya, tetapi Bayu terus bergeming. Menghela napas panjang, Ratna pun melepas dekapannya pada tubuh sang suami. "Aku ambilin baju, ya."
Ratna berjalan ke arah lemari pakaian yang terletak di belakang tempat mereka berdiri. Bayu berbalik dan tercengang memandang istrinya.
Di depan lemari, Ratna berdiri membelakangi Bayu. Piyama biru langit yang semula membalut tubuhnya telah digantikan oleh sehelai gaun backless pendek warna merah. Dengan rambut yang tersampir di satu bahu, punggung polos Ratna pun terpampang di hadapan Bayu.
Tatapan Bayu turun mengikuti garis tulang punggung Ratna sampai lekuk atas bokongnya yang tertutup kain sutra merah. Bagian belakang tubuh Ratna terlihat sangat menggiurkan. Bagaikan ditarik magnet, Bayu pun bergerak mendekati istrinya. "Gaun tidur baru?"
Ratna tersentak saat suara Bayu terdengar tepat di telinganya. Belum lagi jemari Bayu tengah memaikan salah satu tali tipis yang menyilang di punggungnya. Gesekan jemari Bayu pada kulit punggungnya membuat sekujur tubuh Ratna meremang. "Baru beli kemarin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Sisimu
RomanceSekuel Tiga Sisi Warning: Baca ini jangan ngamuk, karena bab sudah tidak lengkap. Perjalanan rumah tangga tidak mungkin tanpa ujian. Apa yang kita lakukan di masa lalu, akan kita tuai akibatnya di masa depan. Lima tahun menikah dengan Bayu, Ratna...