Sisi 34

7.9K 601 145
                                    

Sebelum lanjut baca, aku umumkan lagi bahwa ini adalah bab terakhir yang aku publish di wattpad. Dijamin kalian bakal kentang, hahaha. Tapi, sekali lagi, aku memang sedang mode jualan lewat cerita ini, seperti yang kukatakan di awal.

----------

"Belum pulang, Del?"

Bayu baru selesai mengajar dan sedikit heran ketika masuk ke ruang prodi dan menemukan Della masih duduk di balik meja di saat hari telah sore. Perempuan itu bahkan tidak sedang disibukkan oleh tumpukan pekerjaan. Della hanya mengisi waktu dengan menggulir ponsel.

"Di luar udah mendung banget," beritahu Bayu.

"Ini mau pulang, Mas," jawab Della. Ia memandang Bayu membereskan meja, lalu melihat seisi ruangan yang hanya diisi oleh mereka berdua. "Mas, aku boleh minta tolong nggak?"

"Minta tolong apa?" Bayu sudah memasukkan semua barangnya ke dalam tas. Ia meraih jaket yang tersampir di sandaran kursi lalu memakainya.

"Mas Bayu bisa antar aku pulang?"

Bayu mengerutkan kening. "Kamu nggak bawa mobil?"

"Mobilku masuk bengkel. Tadi pagi aku naik taksi dan sekarang aku sedikit trauma."

"Trauma kenapa?"

Dela menggedikkan bahu, seolah jijik. "Sopirnya nggak sopan, Mas. Sengaja ngajak ngomong yang menjurus gitu. Spion tengah juga sengaja diarahin ke bagian dadaku."

"Masa? Kurang ajar bener!" umpat Bayu. "Harusnya kamu foto, terus viralin di medsos. Biar kapok. Itu termasuk tindak pelecehan, Del."

Bayu teringat cerita Della saat di Malang bahwa ia sering mengalami cat calling semasa remaja dulu. Jadi perempuan cantik ada enak dan tidaknya juga.

"Tadi nggak kepikiran, Mas. Jadi gimana? Bisa antar aku pulang?"

Sebenarnya Bayu tidak begitu nyaman memboncengkan perempuan selain anggota keluarganya. Apalagi, dirinya telah menikah dan ini di kampus. Takutnya, ada orang yang salah paham dan menyebarkan gosip. Tetapi, ia juga tidak tega pada Della. Naik taksi saja, wanita itu mendapat pelecehan, apa kabarnya jika naik ojek? Bisa habis Della digrepe-grepe.

"Bisa," jawab Bayu pada akhirnya. "Bentar aku lihat di meja Anton, dia biasanya ninggalin helm cadangan." Bayu memakai tas ranselnya dan berjalan menuju meja kerja Anton. Sesuai dugaannya, memang ada satu helm yang disimpan Anton di kolong meja.

"Kamu beneran nggak apa-apa naik motor?" tanya Bayu seraya mengulurkan helm pada Della. Pandangannya memindai penampilan Della. Kemeja putih ketat dilapisi blazer tak berkancing yang dipadukan celana panjang. Setidaknya Della tidak memakai rok span ketat yang akan menyulitkannya duduk di jok motor.

"Ya nggak apa-apa, Mas. Kan naik motor nggak haram."

"Kali aja kamu nggak tahan kepanasan atau kehujanan."

"Alasan yang aneh."

"Ada kok cewek yang ribet begitu. Kalau panas, mengeluh nanti item lah, nanti belang lah. Giliran hujan, ngeluh lagi kalau pakai jas hujan itu nggak modis lah."

Mantan pacar Bayu selalu beralasan seperti itu.

"Aku nggak gitu kok, Mas. Zaman kuliah S2 dulu, aku juga motoran."

Bayu mengangguk. "Ya sudah. Yuk, buruan, sebelum hujan."

Bayu berhasil mencapai rumah Della sebelum hujan. Della mengontrak sebuah hunian di perumahan dekat Ring Road Selatan. Sebuah rumah bercat warna krem yang cukup luas.

"Makasih, Mas," ucap wanita itu begitu turun dari motor. "Helmnya biar aku bawa saja. Besok aku kembalikan ke Pak Anton."

"Sama-sama. Kalau gitu, titip kembaliin helm ke Anton. Aku besok nggak ke kantor. Mau ke Kudus."

Di Sisimu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang