Sisi 5

7.2K 473 91
                                    

Ingar bingar musik menyatu dengan kelap-kelip lampu, mengiringi liukan tubuh para pria dan wanita yang turun di lantai dansa. Aroma parfum dan alkohol bercampur, melenakan. Della menggoyangkan pinggul, menyampirkan rambut panjangnya di satu bahu, terkikik geli ketika lelaki di belakangnya mengecup lehernya.

"Wanna have more fun, baby?" Suara parau lelaki itu berbisik di telinga Della. Tangannya membelai lekuk bokong Della. Sekali. Dua kali. Sebelum akhirnya bergerak menuju bagian depan, menuju area di antara kedua paha Della. Isyarat kentara bahwa si lelaki menginginkan seks.

Della menyingkirkan tangan pria itu dari tubuhnya. "Not tonight," tolaknya seraya berlalu menjauh, meninggalkan lantai dansa, meninggalkan lelaki yang namanya saja Della tidak tahu.

Dengan langkah sempoyongan, Della kembali ke meja di mana Sarah dan Rendy menunggu. "Sial, dia ngajak ngamar," umpat Della.

"Kenapa ditolak? Ganteng gitu," kelakar Sarah. Dilihatnya sekilas pria yang ditinggalkan Della, yang sekarang sudah mendekati wanita lain di lantai dansa.

Della mendengkus. Ia sedang butuh hiburan, tetapi bukan seks. Setelah sekian lama memegang teguh janjinya untuk tidak pergi ke kelab malam, malam ini ia melanggarnya dengan suka hati. Maka ketika Sarah mengajaknya clubbing, Della memilih kelab yang paling jauh dari kampus UPH. Bagaimanapun juga, ia tak ingin mengambil risiko yang mungkin saja membahayakan pekerjaannya di kampus.

"Aku mau seneng-seneng. Supaya bisa lupa sama Mas Bayu."

"Harusnya lo nggak nolak cowok tadi. Having sex is the best way to forget."

"Ya, ya, ya. Talk to my ass." Della malas menanggapi saran Sarah yang selalu gila. Della bukan perawan, tapi tidak berarti ia menyukai seks tanpa hubungan berkomitmen. Della mencondongkan tubuh, meraih botol dan menuang minuman untuk dirinya sendiri. Sudut matanya menangkap ekspresi mesum Rendy yang sedang memperhatikan belahan dadanya. Gaun merah ketat dengan potongan V-neck  dalam ini memang memamerkan belahan dadanya yang penuh. Rendy bukan pria pertama yang mencuri pandang ke arah payudaranya sejak Della menginjakkan kaki ke kelab ini.

"Hampir habis nih," beritahu Della sambil menggoyangkan botol.

"Gue ambilin lagi," kata Rendy lalu bangkit berdiri.

Setelah calon duda itu berjarak cukup jauh dari meja mereka, Della menoleh pada Sarah yang asyik menggerakkan tubuh sesuai irama musik. "Rendy dari tadi ngeliatin dadaku terus. Nggak puas sama punya kamu yang 40C itu?"

Bukannya marah, Sarah justru tertawa lepas. "Mungkin dia kepengin threesome. Aku nggak masalah asalkan itu sama kamu."

"Gila," komentar Della singkat, meneguk habis minumannya, kemudian memejamkan mata. Menghempaskan tubuh di sofa, wanita itu memijat pelipisnya. Tidak boleh mabuk, ucapnya memperingatkan diri sendiri. Sial,  mengapa dadanya masih terasa sesak?  Alkohol dan malam yang liar nyatanya tidak bisa menghapus bayangan tentang Bayu. Kilas balik masa lalu saat ia pertama kali bertemu Bayu, hari-hari yang mereka lewatkan bersama... semuanya justru tergambar semakin jelas.

***

Della memasang kacamata setelah memastikan kepangan rambutnya rapi. Sudah jam 07.30. Pintu rumahnya diketuk. Della membuka pintu dan mempersilakan Mbak Sari masuk. Mbak Sari adalah orang yang bertugas menjaga ibu Della setiap harinya.

"Mbak, aku berangkat ya. Mau ngerjain tugas di kampus. Titip Mama," pamit Della. Setiap hari, Mbak Sari datang pukul 07.30 dan pulang pukul 17.00. Terkadang Della memintanya menginap jika Della harus pergi ke luar kota untuk urusan pekerjaan.

Della segera mengeluarkan motor dari garasi dan langsung memacunya ke arah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Jakarta. Della harus tiba di perpustakaan sebelum tempat itu dipenuhi mahasiswa pasca sarjana yang mengerjakan tesis. Ada satu textbook yang sudah lama ia incar. Della harus bisa meminjamnya hari ini, sebelum didahului orang lain.

Di Sisimu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang