"Ah, itu denyut jantung janinnya sudah ada. Mbak mau dengar?"
Dokter Indira mengutak-atik panel kontrol USG kemudian terdengar bunyi "fush... fush... fush". Ratna yang terbaring di ranjang periksa, melemparkan senyum kepada Bayu yang duduk di depan meja dokter. Rasa haru memenuhi rongga dada keduanya.
Ini merupakan pemeriksaan ketiga sejak Ratna mengetahui dirinya hamil. Sebelumnya, dokter Indira meminta mereka kontrol kehamilan setiap dua minggu, untuk memastikan janinnya kuat dan sehat. Dokter juga menegaskan bahwa mual-mual yang dialami Ratna merupakan gejala yang baik, tidak perlu terlalu cemas, selama masih ada asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh.
"Itu suara detak jantungnya, Dok?" tanya Bayu.
"Iya, jangan dibayangin seperti suara detak jantung kita yang bunyinya mantap. Deg... deg... deg, gitu. Kalau detak jantung janin memang begini, seperti bisikan ya?"
Dokter memutar kursi berodanya. "Semuanya baik, Mbak. Usia kehamilan delapan minggu. Kontrol berikutnya sebulan lagi saja."
Bidan membantu Ratna membersihkan ultrasound gel dari perut dengan tisu, lalu merapikan kembali pakaiannya. Bayu menyambut dengan tangan terulur saat Ratna menuju kursi di sampingnya.
"Selamat ya, Mbak, Mas," ucap sang dokter. "Saya resepkan vitamin. Yang terpenting, makan makanan yang bergizi. Hamil bukan berarti makan dengan porsi dua kali lipat. Ada yang mau ditanyakan?"
"Apa aman untuk berhubungan suami istri, Dok?" tanya Bayu tanpa malu-malu. Ratna otomatis meremas tangan suaminya, gemas. Dari sekian banyak hal yang bisa ditanyakan, Bayu justru memilih pertanyaan itu.
"Aman, tapi tetap diperhatikan kenyamanan istri. Penetrasi jangan terlalu bersemangat dan sebaiknya, sperma jangan dikeluarkan di dalam. Untuk berjaga-jaga, karena kandungan prostaglandin dalam sperma bisa memicu kontraksi."
Bayu mengangguk-angguk, meski ia tidak yakin bisa menarik si junior tepat sebelum ejakulasi. Sesaat sebelum ejakulasi itu kan saat sedang nikmat-nikmatnya. Atau mungkin ia bisa mencoba kondom. Bayu akan bertanya pada Anton, rekomendasi kondom yang super tipis.
***
Kabar kehamilan Ratna menyebar cepat. Baik orangtua Bayu maupun orangtua Ratna, menyambut gembira. Melalui percakapan telepon, Yunita, ibu Ratna, bahkan memperingatkan tentang segala pantangan yang tidak boleh dilakukan ibu hamil, entah itu fakta atau mitos.
"Jangan makan buah yang bergetah. Nanas muda, durian ojo dipangan sek," pesan Yanita.
(*ojo dipangan sek = jangan dimakan dulu)"Ojo kesel-kesel. Ra sah nggotong-gotong sing abot." (Jangan terlalu capek. Nggak usah membawa barang yang berat.)
"Nggih, Bu," angguk Ratna meskipun sang ibu tidak bisa melihat gerakan itu.
"Ojo mateni kewan. Bayu yo dikandani, ojo nyembelih kewan. Nek mangan ayam, disembelih ning pasar sisan. Pokoke ojo macem-macem, wong kowe lagi meteng." (Jangan membunuh binatang. Bayu juga dibilangin, jangan menyembelih hewan. Kalau makan ayam, disembelih di pasar sekalian. Pokoknya jangan macam-macam, karena kamu sedang hamil.)
Ratna menghela napas. Ia yakin jika diteruskan ibunya akan mewanti-wanti agar ia tidak keluar rumah di malam hari karena khawatir janin akan diambil makhluk halus. Atau jika ada gerhana, maka Ratna pasti akan disuruh bersembunyi di bawah kolong meja. "Itu kan hanya mitos, Bu," debat Ratna dengan nada sopan.
"Nek dipeseni wong tuwo ki ojo ngeyel." (Kalau diberi nasihat oleh orangtua, jangan membantah.)
Ratna pun tak punya pilihan selain menurut. "Nggih, Bu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Sisimu
RomanceSekuel Tiga Sisi Warning: Baca ini jangan ngamuk, karena bab sudah tidak lengkap. Perjalanan rumah tangga tidak mungkin tanpa ujian. Apa yang kita lakukan di masa lalu, akan kita tuai akibatnya di masa depan. Lima tahun menikah dengan Bayu, Ratna...