Pendek aja ya, tapi semoga kalian kuat nahan diri. Soalnya sedang bulan puasa. Hahaha... Maafkan daku.
-----------
"Kenapa kamu harus marah-marah? Apa salahnya Raja pacaran sama Gita?" Ratna meletakkan segelas air es di meja makan. Berharap dinginnya air tersebut mampu meredakan panasnya amarah di dada sang suami.
Pukul sepuluh malam tadi, Bayu tiba di rumah dengan raut masam. Lisannya dengan tanpa jeda menceritakan bagaimana Gita dan Raja kedapatan sedang bermesraan. Ratna menyimak sambil sesekali mengelus perutnya, semoga si jabang bayi tidak mendengar sumpah serapah yang dikeluarkan Bayu untuk Raja.
"Ini Raja, Na. Dia pernah suka sama kamu, terus sekarang suka sama Gita. Apa maksudnya? Pertama, istriku lalu adikku."
"Kamu tadi bilang soal masa lalu Raja ke Gita?"
"Yaiyalah. Biar Gita tau cowok macam apa si Raja itu."
Ratna geleng-geleng kepala. Informasi itu pasti membuat Gita kaget dan bukan tidak mungkin, adik iparnya akan berpikiran negatif terhadap motif Raja. Padahal Ratna yakin Raja tidak punya niat negatif mendekati Gita.
"Raja itu cowok yang baik. Kamu tanya sama Bang Gian deh, apa pernah Raja kerja nggak becus, atau bikin skandal di kantor? Nggak pernah, Bay."
"Kayak nggak ada cewek lain aja. Kenapa yang Raja dekati itu cewek-cewek yang ada di lingkaran terdekatku?" dengkus Bayu. Tangannya menjangkau gelas air minum dan meneguk isinya cepat. Marah-marah ternyata bikin haus. "Aku juga masih nggak habis pikir, gimana ceritanya Raja bisa dekat sama Gita?"
"Gita pernah kenalan sama Raja waktu jemput aku di PE." Mata Bayu sontak memincing, sehingga Ratna buru-buru menambahkan. "Tapi aku nggak nyomblangin mereka. Aku nggak tau kalau setelah itu mereka jadi dekat. Baik Gita atau Raja, nggak pernah cerita apa pun sama aku."
"Pokoknya aku nggak setuju Raja pacaran sama Gita."
"Jangan mentang-mentang kamu kakak Gita, terus kamu merasa bisa ikut campur urusan Gita seenaknya."
"Tapi, Na... Aku nggak mau Gita cuma dijadikan pelarian. Gagal dapetin kamu, terus banting setir ngejar Gita, gitu?"
"Astaga. Raja nggak mungkin begitu. Dengerin aku. Jujur, aku tu nggak yakin dulu Raja suka sama aku. Dalam artian suka seperti perasaanku untuk kamu. Aku merasa Raja cuma... apa ya... kayak kagum gitu sama aku."
Bayu melengos, tak percaya begitu saja dengan penilaian istrinya. Laki-laki berpikiran waras pasti tidak mungkin tidak jatuh cinta pada Ratna. Wanita itu cantik, manis, sederhana, tidak banyak menuntut, pengertian, baik hati, enggak neko-neko... udah gitu, bokongnya seksi. Pokoknya, Ratna adalah tipe wanita idaman.
"Namanya cinta itu pasti diwarnai keinginan untuk saling menyentuh, Raja dulu nggak gitu. Dia pegang tanganku aja nggak pernah. Nggak kayak kamu yang nyosor-nyosor mulu."
"Na! Kesannya aku mesum banget."
"Emang kamu mesum."
Bayu makin cemberut.
"Tapi aku tetep suka walaupun kamu mesum. Suka banget, sampai cowok sebaik Raja aja aku cuekin."
"Kamu tu niat ngademin hatiku nggak? Raja terus yang dipuji. Bisa aja dulu Raja cuma jaim. Biar dikira cowok baik."
Ratna tersenyum dikulum. "Percaya sama aku. Raja itu pria yang tepat buat Gita. Raja yang dewasa pasti bisa bikin Gita berkurang manjanya. Mereka akan saling melengkapi."
***
Bayu keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit di pinggang. Ia akan meminta tolong pada Ratna untuk mengeringkan rambutnya dengan hair dryer. Tumben, istrinya itu masih berdiri di depan meja rias hanya dengan memakai pakaian dalam.
"Masih belum siap?" tanya Bayu. Mereka hendak pergi makan malam di luar. Si Raja Kunyuk itu mengajaknya dan Ratna bertemu. Gita juga akan datang.
"Bay, bra-ku udah kecil semua. Sesak banget kalau dipakai. Udah dipasang ke pengait paling ujung juga masih sesak." Ratna memegang dadanya dan menarik napas panjang. Rasanya benar-benar sesak.
"Coba aku lihat. Sesak banget ya? Payudaramu jadi nyembul gitu." Oke, hair dryer terlupakan. Sepasang bukit padat nan mulus di balik mangkuk bra berwarna ungu itu lebih menarik perhatian.
"Iya nih. Ya ampun, nggak bisa napas." Ratna akhirnya melepaskan pengait bra di punggung. Barulah ia bisa leluasa bernapas. Penutup dada itu menggantung tanpa dikancingkan. Ratna berdiri sambil memegang mangkuk bra agar tetap menempel di dada, lalu bergerak menuju lemari. Barangkali ada bra lain yang tidak terlalu ketat.
"Tambah gede ya?"
"Efek hamil."
Bayu menangkap pergelangan tangan Ratna dan memposisikan tubuh mereka berhadapan. Kepala Bayu manggut-manggut. Lalu jemarinya bergerak menepis tali bra dari bahu istrinya.
Tanpa curiga, Ratna membiarkan kain itu jatuh ke lantai, mengizinkan mata suaminya mengamati buah dadanya yang bulat sempurna. "Kayaknya harus beli bra baru nih."
"Ya udah, beli aja," ujar Bayu sambil menundukkan kepala. "Sekalian beli juga bra yang transparan, atau model bra yang cuma nutupin puting. Pasti bagus kalau dipakai kamu."
Lidah Bayu menjentik di atas puncak dada Ratna, bergantian kiri dan kanan. Saat kedua puting kecokelatan itu mengeras, Bayu mengulumnya lembut. Tangannya pun ikut ambil bagian, memilin puncak yang belum ia kulum, lalu meremas bulatan payudara istrinya.
Ugh, beneran montok banget.
"Bay, kamu ngapain sih?"
"Membuktikan. Beneran tambah gede atau enggak," jawab Bayu sambil menyengir. "Areolanya jadi lebih lebar ya."
Ratna menggigit bibir. "Udahan dong. Nanti aja dilanjutinnya."
Bayu tidak menggubris. Tangannya berpindah, kini menyusup ke dalam panty yang dikenakan Ratna.
"Bayu, jarimu ngapain di bawah situ?" Ratna terkesiap saat satu jari masuk ke dalam liang kewanitaannya. Sontak ia berpegangan pada bahu lebar Bayu.
Mulut Bayu berhenti sejenak dari kegiatan mengisap. "Merangsang, biar kamu basah," jawabnya cepat lalu kembali melahap payudara sebelah yang belum mendapat servisnya.
"Kita ... mau makan malam ... sama Gita dan Raja kan?" Suara Ratna terbata-bata. Sungguh sulit untuk tetap berpikiran jernih saat gairahnya tengah terangsang hebat.
"Ya, tapi mereka bisa nunggu sebentar." Bayu kini berlutut di depan Ratna. Mengecup perut wanita itu yang sudah sedikit buncit.
"Masa kita mandi lagi?" Ratna memejamkan mata. Jari Bayu masih bergerak keluar masuk di kewanitaannya, memberi kenikmatan awal. Foreplay.
"Nggak apa-apa. Air banyak."
"Bayu..."
"Kamu udah basah, Sayang."
Ratna melenguh.
"Mau cobain kondom ekstra tipis yang kemarin aku order dari Instagram?" Bayu melepas celana dalam Ratna lalu berdiri dan membuka lilitan handuknya.
Oh, sial. Mana bisa Ratna menolak. Hasratnya juga sudah terpantik.
"Pegangan tembok dan sedikit nungging ya, Sayang."
Ratna memandang milik suaminya yang sudah teracung tegak. Mereka benar-benar harus mandi lagi dan jelas akan terlambat ke restoran.
=======
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Sisimu
RomanceSekuel Tiga Sisi Warning: Baca ini jangan ngamuk, karena bab sudah tidak lengkap. Perjalanan rumah tangga tidak mungkin tanpa ujian. Apa yang kita lakukan di masa lalu, akan kita tuai akibatnya di masa depan. Lima tahun menikah dengan Bayu, Ratna...