2

49 9 2
                                    

---------------------------------------------------------

Enjoy The Story, Guys.

---

I Will Wait For Your Postive Respond

---------------------------------------------------------

AUTHOR POV

"Eh monyong. Rakus amat kayak nyokap lo." Jerit Gia kala melihat sahabatnya itu memakan mie ayam miliknya.

Entah kenapa tadi Gia berkata ia sudah kenyang. Yah, jadinya karena Tere tidak mau mubadzir ya dia yang makan. Daripada buang-buang duit katanya.

Tapi gak makanan bekas orang juga kali diembat.

"Jiakh pak cepak cepak jeder." Ucap Tere seraya mempraktekan gerakan di aplikasi joget yang sedang viral.

" Eh anjir gila. Si juyputri bikin pesta ulang tahun. " Ucap Tere setelah menghabiskan semangkuk mie ayam milik Gia. Ia melihat selebtiktok satu itu membuat acara.

"Lah, terus?" Tanya Gia.

"Ye si kampret pake nanya lagi. Kenapa dia gak ngundang gue?" Itu adalah ucapan terbodoh yang pernah Gia dengar.

"Aduh yatim, yatim. Bapak kau gak ada otak kau lagi gak punya. Lo siapanya anjir? Babu rumahnya?" Ledek Gia.

"Dih gue cantik-cantik gini dibilang babu." Ujar Tere.

"Kalau bukan babu jadi apa dong?" Gia yakin setelah ini pasti Dark jokes akan dimulai.

"Sapu. Sa pu banyak suami." Ketawa miris Tere.

"Iji gile. Cukup nyokap lo aja anjir yang kek gitu lo jangan." Nasihat Gia.

"Iya gue tahu. Tapi bawa santai aja kali." Ucap Tere seraya menutupi kesedihannya. Ada kebahgiaan tersendrii jika ia menertawakan kehidupannya.

"Yah gak gitu juga kali. Lo gak liat apa orang-orang pada ngeliatin kita? Lo terlalu frontal bego." Saat ini mereka memang sedang berada di cafetaria sekolah. Mungkin mereka akan berpikir jika kami seperti tidak punya hati karena mengolok satu sama lain.

"Lebih frontal mana gue atau bokap lo?" Banding Tere.

"Wah jelas itu mah. Bokap gue selingkuh depan mata gue. Mana gue waktu itu masih kecil. Kalo gue udah besar--"

"Apa? Lo mau ngapain gila?" Sela Tere ditengah uecapan Gia yang terputus.

"Gue suruh nyokap gue selingkuh juga lah. Gila kali lo." Ucap Gia. "Ya kali masa gue nangis terus mohon- mohon sama bokap gue depan simpenannya. Oh big no. Harga diri nyokap gue dipertuhkan bestie." Lanjut Gia.

"Dih oon bener dah lo. Harusnya lo ambil batu." Saran Tere.

"Terus ngapain?"

"Lo ambil batu terus jedukin dikepalanya si simpenan bokap lo itu." Instruksi Tere.

"Gak ah, gue kesian juga sama dia." Jawab Gia.

"Lah terus?"

"Kalo gue lempar tuh batu ke kepalanya. Nanti dia mati. Terus siapa dong yang bakal jadi simpenan bokap gue? Gue gak bakal punya tatto alami dibadan gue. Kan sayang yah ada cap tangan di sekujur tubuh.Jarang- jarang loh orang punya." Aneh. Bisa- bisanya ngatain hidup sendiri si Gia ini.

Bellagia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang