31. after

20 5 0
                                    

"sayang, kapan kau tinggalkan Arunika dan Gia? sudah cukup lama aku menunggu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"sayang, kapan kau tinggalkan Arunika dan Gia? sudah cukup lama aku menunggu."

"aku tidak akan meninggalkan mereka, mereka keluargaku, orang yang menyaksikan ku."

"lalu bagaimana peranku dalam hidupmu? kau--"

"kau hanya sekedar pemuas nafsuku."

Kalimat parau itu terus berputar di otak wanita paruh baya yang sedang menyesap batangan berapi pada katupan bibirnya.

Sakit sekali rasanya mendapat penuturan yang teramat menyakitkan dari sang kekasih sendiri, ya walaupun memang ia adalah suami orang lain.

"jika memang aku hanya pemuas nafsumu, bersedialah jika salah satu dari kelurgamu akan menjadi pemuas nafsu arkais-ku."

---

"Hai, malam. Maaf ya, aku selalu datang kalo sedih aja. Karena dengan kegelapan aku bisa menangis sejadi-jadinya tanpa orang tahu."

"Tali itu, tali yang dipakai ayah dan jalang itu untuk menukuliku. Setelah sekian tahun lamanya. Kenapa aku liat itu lagi sih?"

"Aku berteriak bak bangau melihat mangsanya di tepi ombak. Orang-orang mengangapku aneh dan berbeda."

"Aku ingin tahu, tidak bisakah tuhan membiarkanku hidup di sisa masa yang kupunya ini? Aku ingin lulus di jenjang pendidikan tanpa ada halangan. Aku ingin membahagiakan bundaku, tidak lebih."

"Aku ingin menjadi langit bukan bintang. Karena langit ada pada malam dan siang hari. Ia dapat menyesuaikan diri sesuai keadaan."

"Satu hal yang kutahu. Jika memang kita tidak bisa bahagia. Maka bahagiakanlah orang lain. Karena dengan memberi kebahagiaan adalah kebahagiaan."

"Karel? Apakah benar Karel akan menerimaku? Jika memang benar ia mencintaiku mengapa tidak sekalipun ia mengenalkan ku pada Tante Hanin?"

Itulah percakapan sederhana antara Gia dan alam semesta. Suara serak yang terbawa angin lalu. Berharap semuanya sampai pada Tuhan, semoga tidak terundi layaknya dadu.

Sudah 3 Bulan Gia menetap di mansion Karel. Ia tidak tahu bagaimana kabar sang bunda, arunika. Ia masih teramat takut untuk bertemu dengan khalayak.

Tok

Tok

Tok

"Who?"

"This is me, Karel. May i come in? Please."

"Yes you can come in."

Tanpa menunggu aba-aba langkah jenjang itu mulai menyusuri kamar. Ia mencari sosok wanita yang sudah satu bulan tak ia lihat batang hidungnya.

Ingin sekali ia rasanya mematahkan hidung kecil itu. Mengapa bisa ia setenang itu tanpa Karel disampingnya.

Karel menemukan Gia yang sedang bersandar pada jendela yang menampakkan luasnya halaman kepemilikan seorang Karel Aarav Adelard.

Bellagia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang