37. Rumah Sakit

20 6 0
                                    

Suara panggilan antrean terdengar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara panggilan antrean terdengar. Pasien yang dibantu berjalan oleh seorang suster tak terhitung jumlahnya. Alat bantu nafas yang membantu adanya kehidupan erat di butuhkan.

Orang-orang kemari datang untuk menyembuhkan penyakit yang mereka alami. Dan tidak sedikit dari mereka datang dengan keluarga.

Sejumlah orang pun membawa beberapa makanan untuk mereka yang sedang dirawat. Dan tidak lupa dengan tentengan obat sesuai dengan resep dokter.

"Kenapa Lo? Sedih?" Tanya Catra pada Arsen. Sejak sampainya mereka di rumah sakit. Arsen terlihat murung dan ia tidak banyak bicara. Dan saat masih di basecamp chassel tadi ia yang paling heboh untuk membawa Malik ke rumah sakit.

"Dih, matanya bengkak gitu." Ujar Marvel pada Arsen.

"Habis di sengat tawon mata lo?" Ejek Alfa yang membuat Arsen langsung menutupi wajahnya dengan ke dua telapak tangannya.

"Bacot." Umpatnya.

"Baperan Lo anaknya Jamal." Ejek Liam.

"Gue aduin bapak gue ye." Ancam Arsen.

"Ga seru mainnya ngadu bapak."

"Iri kan Lo ga punya bapak."

Ya, memang benar, Liam tidak memiliki ayah sejak di dalam kandungan. Sang ayah meninggal akibat serangan jantung setelah mendengar kabar bahwa anak pertamanya, kakak dari Liam kecelakaan.

Sejak saat itu, Liam hanyalah sebatang kara dengan ibu dan kakaknya. Lahir tanpa adanya dampingan seorang ayah. Tidak pernah merasakan kasih sayang dari seorang ayah.

Untungnya pada saat itu, ada seorang wanita yang di ketahui adalah orang yang pernah dibantu oleh ayah Liam. Ia membantu perekonomian keluarga Liam. Hingga bisa bertahan sampai sekarang.

Sang kakak pun sudah menikah dengan seorang designer. Dan atas pembuktiannya sebagai tulang punggung keluarga. Kakak dari Liam membuat usaha mebel. Yang sekarang mulai merambah dunia impor.

Namun, Liam tidak mengambil hati atas kalimat Arsen. Beberapa tahun belakangan ia sudah tidak mau begitu terlarut dengan kondisi yteam community. Ia mulai bahagia, karena dengan tidak adanya ayah, ia bisa mandiri seperti sekarang.

"Permisi." Dokter Ridwan. Ia adalah dokter kepercayaan keluarga Malik. Ia juga yang waktu itu merawat ayah Liam sampai ia menghembuskan nafas terakhirnya.

"Eh, iya dok." Alergan pun berdiri.

"Dengan keluarga pasien?"

"Em, kita saudaranya dok." Bukan bermaksud untuk berbohong. Tapi mama Liam belum sampai di rumah sakit sampai saat ini.

"Saudagarnya sebanyak ini?" Tanya sang dokter.

"Saudara dok bukan saudagar." Ucap Catra membenarkan.

"Beda tipis aja." Ucap sang dokter.

Bellagia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang