Laki-laki itu datang dengan stelan kemeja hitam yang lengannya diangkat sampai siku dan celana bermodel cutbray mustard menuju ruangan dimana sang ibu berada.
Kacamata dengan shape rectangle masih tergantung pada hidung mancung Pria itu. Koper yang diketahui berbahan polycarbonate produk dari brand The Large away Travel Suitcase itu masih digenggam kuat oleh tangan kiri sang pria.
"Apa yang mamah lakuin ke Gia?"
Setelah kejadian dimana rusaknya ruangan tempat Gia tinggal. Dan ditambah lagi dengan adanya fakta lapangan bahwa Gia kabur.
Membuat Karel panik tentang apa yang sebenarnya terjadi. Belum lagi pada saat itu Karel sedang tidak ada di mansion.
Ia sedang berada di California. Ia masih kekeh untuk mencari siapakah pelaku pembunuhan sang adik, Rere.
Namun, sang mamah tidak memberi informasi apapun terkait apa yang terjadi. Ia beralasan jika ia tidak mau merusak fokus Karel.
"Tidak ada." Jawab Hanin singkat.
"Pada saat itu ada tikus di plafon dan Gia histeris. Jadinya mamah nembak plafon supaya tikusnya keluar. Eh Gianya malah kabur ketakutan." Hanin langsung bercerita tanpa mendengar pertanyaan dari Karel.
Tangan dan kakinya tidak dapat berbohong jika ia tidak mengatakan yang sebenarnya. Namun, hal itu masih Karel kesampingkan.
"Terus pisau?"
Karel sudah mengetahui apa yang sebenernya terjadi. Christ sudah menyampaikan semuanya melalui sambungan aplikasi berbentuk surat.
"Waktu Gia teriak mamah lagi masak makan siang. Yaudah mamah ke kamar Gia bawa pisau." Bohongnya.
"Mamah ga mungkin masak pake pistol kan?" Curiga Karel lagi.
Hanin takut.
"Ah sudahlah, Karel. Hari ini ulang tahun Rere, mamah mau ke pemakaman." Hanin sudah kehabisan kata-kata. Ia tidak tahu alasan apalagi yang harus ia gunakan untuk membuat Karel percaya padanya.
Namun, setelah ucapan Hanin itu. Terbitlah seringaian kecil dari bibir Karel. Ibunya ini tidak pandai berbohong.
"Hari ini bukan ulang tahun Rere." Ucap Karel dengan ekspresi meremehkan.
"M-maksud mamah, mamah mau ke pemakaman Rere, terus mamah mau ke pesta ulang tahun temen mamah." Kebohongan yang tak berguna.
Hanin pun keluar dari ruangan itu. Ia berlari menuju lapangan parkir yang terletak di sebelah kiri lapangan tembak mansion Karel.
Ia menginjak pedal gas dengan kekuatan penuh. Ia ingin melampiaskan kekesalannya tadi karena pertanyaan Karel.
Tidak bisakah ia langsung percaya saja dengan kata-katanya? Dilain sisi ia tahu benar bagaimana prinsip dari seorang Karel. "Benar ya benar, salah ya salah.". Tidak memandang siapakah pelakunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bellagia
Teen Fiction📌 Budayakan follow sebelum membaca. 📌 Maaf jika ada kesamaan kata, nama, dan tempat kejadian. 📌 Pure imajinasi saya. 📌 Maaf jika ada ketidak sambungan kata. 📌 Baca part 15 dan seterusnya dulu ••|•• Alergan yang diisi oleh 8 manusia aneh, yang...