33. Pelek

16 6 0
                                    

Pagi yang cerah bagi Alergan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi yang cerah bagi Alergan. Mereka semua bermalam di kediaman Putra karena sang pemilik rumah baru saja membeli Disney+ hotstar premium.

Mereka adalah penggemar skakmat film-film Disney. Tidak terkecuali encanto. Mereka akan membeli banyak makanan dan minuman untuk menghabiskan waktu mereka.

Hingga akhirnya, matahari terbit. Mereka semua masih terlelap di alam mimpinya. Hanya ada dua orang yang masih bangun. Karena mereka lapar.

Perihal lapar itu merupakan awal dari pertempuran antara Arsen dan Malik. Mereka mempermasalahkan perihal panci manakah yang lebih bagus untuk dipakai.

"Ini lebih bagus warna pink sen." Pilihan Malik kali ini tidak dapat di ganggu gugat lagi. Ia sudah yakin 100% jika pilihannya inilah yang terbaik.

"Enggak, Lik. coba deh Lo liat, kita mau masak sayuran kan warna ijo. Kalo pancinya ijo juga nanti jadi janda." Ucap Arsen.

"Ungu, begoo." Tegas Malik di depan wajah Arsen. Lantas Arsen melangkah mundur karena terkena percikan air surga dari mulut Malik.

Ini adalah suatu alasan banyak orang yang malas berdebat dengan Alergan. Selain menghabiskan waktu, becandaan mereka juga bikin mikir.

Belum sempat membalas kepada Malik. Akhirnya, timbulah selaan dari belakang mereka.

"Bocah prik." Sungguh sebuah keajaiban. Jika seorang Putra bangun lebih awal daripada yang lain. Patut diberi piala Oscar.

Malik dan Putra hanya menatap satu sama lain. Begitupun dengan Putra. Ia  menapaki lantai demi lantai menuju teras rumahnya yang dipenuhi dengan kendaraan teman-temannya.

Ia berniat mengambil charger yang tergantung pada stang motor. Tapi ada yang mengganjal pada penglihatannya. Seperti ada yang hilang tapi bukan dia.

"anjir, pelek gue ilang--- siapa yang malingin kampret." Jerit Putra kala pelek yang diketahui harganya setara dengan uang bulanan Sarwendah itu raib.

"Kenapa Put?" Teriakan Putra tadi cukup mengagetkan seisi rumah. Itu orang punya dua suara, punya khodam, punya sopran.

Sopran, suara tinggi wanita.

"Dih anjir, ompong gitu motor lo." Ucap Liam dengan sikat gigi di tangannya serta handuk yang bertengger pada lehernya.

Kedatangan Liam pun disusul oleh anak-anak yang lain. Mereka celingukan hal apakah yang sudah membuat suara rahasia Putra keluar.

"Waduuu, 42 juta melayang nih." Timpal Marvel memanaskan suasana.

"Keakehan ngomong Lo semua. Cek cctv sana." Perintah Putra pada yang lain. Ia sudah ingin menangis sebenarnya.

"Lo aja, gue mah ogah." Perintah Putra tidak diindahkan oleh anggota yang lain. Catra pun terlihat santai melihat lawan gelutnya kecolongan.

"Gue modif ini motor susah payah loh anjir." Rintih Putra mulai frustasi. Ia menekukkan lututnya dengan kedua tangan menumpu pada lehernya.

Bellagia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang