28. curiga

21 5 1
                                    

"Halo, tuan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Halo, tuan. Terjadi kekacauan disini."

"..."

"Nona Gia, dia mengalami traumatic. Ada seorang pria yang menyelinap masuk ke dalam mansion."

"..."

"Baik, tuan."

Agnese menelfon Christ untuk mengabari insiden di mansion ini beberapa saat lalu.

Membutuhkan waktu yang cukup lama bagi Agnese untuk memutuskan ia akan melapor pada Christ atau tidak. Namun, mau bagaimana lagi. Keadaan Gia saat ini bisa saja merenggut nyawa Gia sendiri. Dan tambah akan membuat suasana semakin keruh.

Walau tahu bagaimana akibatnya jika ia melaporkan nya pada Christ. Ia tetap memberitahunya. Di hukum mati pun tidak apa.

"Siapa kau sebenarnya?"

Setelah Christ mendengar semua penuturan dari Agnese. Christ yang sedang di luar kota pun langsung memesan ticket ke kota dimana mansion itu berada.

Ia langsung keluar dari ruangan rapat para petinggi itu. Ia sudah tak memikirkan lagi cap apa yang akan mereka sematkan padanya. Karena jika sudah menyangkut Gia, ini sudah pasti akan ada Karel di dalamnya. Dan Karel paling tidak suka miliknya di lukai oleh orang lain.

Sepanjang perjalanan menuju bandara Christ terus merutuki dirinya sendiri. Mengapa bisa ada orang asing memasuki mansion itu. Dan mengapa targetnya Gia? Apakah orang-orang yang ia bayar untuk mengelola sistem keamanan itu membohonginya?

Tapi jika memang begitu. Mengapa baru terjadi sekarang? Setelah puluhan tahun mansion ini berdiri. Dan juga sudah banyak para petinggi yang menginjakkan kaki pada bangunan kepemilikan Karel ini.

---

"Jangan sakiti Gia, ayah."

"Gia tidak salah apa-apa."

"Ini semua salah wanita itu."

"Ampun, ampun, ayah."

"Pergi dari sini, jangan ganggu saya."

Kalimat itu terus saja berulang kali keluar dari mulut Gia. Trauma yang ia rasakan sejak kecil itu kembali lagi.

Kejadian dimana ayahnya memakinya, memukulnya, mencambuknya, atau bahkan menyiksanya terputar kembali di dalam otak Gia.

Setelah bertahun-tahun lamanya ia tidak pernah lagi merasakan trauma ini. Lalu kenapa sekarang ia harus mersakannya lagi?

Tidak terpikirkan oleh Gia siapakah pria yang sudah membuatnya seperti sekarang. Yang ada di dalam benaknya hanyalah kejadian kelam di masa lalunya.

Berjam-jam lamanya Gia masih berada di dalam ruangan itu. Sunyi senyap, gelap gulita, hembusan angin yang menyambut hangat kulitnya menjadi satu padu seolah mengerti apa yang Gia rasakan.

Bellagia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang