8. Night Changes❤️⛓️

27 7 0
                                    

---------------------------------------------------------

Enjoy The Story, Guys.

---------------------------------------------------------

"Assalamualaikum, bundaa." Teriak Gia dari luar rumah.

Setelah melewati gerbang rumahnya yang terbilang mewah. Gia lari menuju ambang pintu utama.

Dan ya, ia menemukan bundanya sedang bekerja. Entah kenapa bunda sangat suka bekerja di ruang tamu.

Dia adalah Bunda Arunika Renaldi. Seorang pengusaha di berbagai bidang. Setelah terjadinya perpisahan diantara dirinya dan suami.

Ia belajar sedikit demi sedikit tentang ilmu perbisnisan. Dan berlangsung sampai sekarang. Tak terkecuali perusahaan yang ditinggalkan oleh sang suami.

Arunika Masih meneruskannya. Dan dengar-dengar banyak lelaki yang mengantri menjadi pendamping Arunika. Setelah mendengar bagaimana suksesnya Arunika sekarang.

"Haloo, sayang."

"Bunda banyak kerjaan? Gabisa apa kita sehari aja gitu dinner."

"Mau dinner?"

"Why not?"

"Emang gaada tugas kamu?"

"Gaada pr si. Cuman besok ada test. Tapi amanlah. Gia kan pinter."

"Sombong kamu ya. AHAHAHA."

"Sombong itu perlu untuk membuktikan keberhasilan kita."

"Kenapa gitu?"

"Ya iya dong, kalo ga sombong enggak ada yang tahu kita sukses apa nggak."

"Dan juga kamu harus ingat bantu orang lain juga perlu."

"Iya-iya, bunda."

Arunika memang lumayan sering memberi beberapa wejangan pada anak semata wayangnya ini.

Tidak dapat dipungkiri. Kegagalannya dalam berumah tangga membuat Gia tertekan. Maka dari itu, ia sering memberi nasihat untuk kehidupan Gia mendatang.

"Yaudah, bunda booking tempat dulu."

"Ay, ay, capten."

---

Setelah meninggalkan ruang tamu tadi. Gia melangkahkan tungkainya menuju kamarnya.

Cklek

"Huh, capek banget ya Allah."

Gia pun memasuki kamar yang merupakan perpaduan antara abu-abu, hitam, dan putih. Ellegant sekali.

Gia pun melemparkan tasnya asal. Dan ia segera menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya yang terasa lengket.

Kamar Gia adalah saksi bisu betapa malangnya ia dulu. Saat orang tuanya masih bersatu, bukan bahagia yang didapat oleh Gia. Namun, Hanya kesengsaraan yang ia rasa.

Menangis di ujung tertenang, sembari meratapi kisahnya yang jauh dari kata senang.

Pisau bahkan kaca yang menjadi pelampiasannya. Atau bahkan percobaan bunuh diri yang gagal ia lakukan.

Beberapa menit berlalu, akhirnya Gia pun selesai membersihkan tubuhnya.

Dengan handuk yang menggulung diatas kepalanya dan handuk kimono bewarna hitam yang membalut tubuhnya.

Gia pun berjalan menuju walk in closetnya. Ia memilih memakai kaus putih oversize nya dengan hotpants bewarna hitamnya.

Tidak ada laki-laki dirumah jadi ya sah-sah saja jika ia memakai pakaian seperti itu di rumahnya.

Bellagia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang