Dawn of Creation, BCE.
Tangan kekar itu bergetar, berusaha menopang tubuhnya dan bangkit berdiri. Ia abaikan rasa sakit di punggungnya, sensasi terbakar kian memuncak dan darah pekat berwarna hitam menguncur deras.
"Keparat!" kesalnya. Kakinya ia navigasikan untuk berjalan namun, baru hendak mengambil satu langkah, ia kembali tersungkur jatuh.
Ya, Luciel baru saja di buang dari surga dan para malaikat pun menjadi saksi atas pembuangannya dari surga.
Dengan segala kuasa-Nya membakar habis sayap milik Luciel lalu, memotong sisa kerangka sayap yang telah gosong. Membiarkan Luciel jatuh sedalam-dalamnya, ke tempat yang gelap, yang tidak dapat ditembus oleh cahaya matahari.
Ironis, sang malaikat yang berjuluk Pangeran Fajar kini harus tinggal di dunia yang gelap, dingin, penuh kekosongan. Hidup di bawah telapak kaki ciptaan-Nya. Makhluk yang ia cerca dan hina.
Butuh waktu bertahun-tahun baginya untuk memulihkan tubuhnya, mendapatkan seluruh energinya yang semulanya ia gunakan untuk kebaikan kini berubah menjadi sebaliknya.
Kemarahannya begitu mendalam, dendamnya sungguh komprehensif pada-Nya. Dan dari kemarahannya, api yang abadi tercipta, menerangi dunia gelap ini, memberinya sentuhan warna merah.
Warna yang sangat merepresentasikan dirinya, berani, pemberontak, pembangkang, angkuh, penuh dendam, emosi, kemarahan, bahaya, kedengkian, dan murka.
Bertahun-tahun ia tenggelam dalam kesendirian, hingga suatu hari, manusia jatuh ke dalam kubangan panas apinya.
Luciel yang sudah membuang nama itu jauh-jauh dan kini menamai dirinya sendiri, Lucifer. Ia melihat ke dalam kubangan api panas miliknya yang menyala abadi serta teriakan manusia yang meminta ampun padanya.
Lucifer hanya menatap manusia yang kini telah tak memiliki raga dan hanya menyisakan jiwa yang menyesal. Tak selang lama, banyak manusia-manusia yang telah lepas dari raganya dengan kata lain 'mati' jatuh ke dalam kubangan api panas itu.
Ia akan menyaksikan satu persatu manusia yang terus berteriak meminta tolong dan pengampunan, ia hanya akan menatapi mereka dengan tatapan datar tanpa ada simpati maupun empati.
Lalu ia akan menatap ke atas sana, menunggu apakah Tuhan akan mengirimkan lagi hamba-hamba pendosa untuknya.
Ia mendapat penghiburan, sebuah pelipur lara dari jeritan roh manusia. Namun, sang malaikat buangan itu tidak puas, dan firasatnya mengatakan bahwa tempat ini tidak cukup luas, he need a space for more.
Lalu, dari tangannya. ia ambil debu-debu ditempatnya berpijak, menghembuskan napasnya melalui satu tiupan. Butiran debu halus itu beterbangan, membentuk wujud dan rupa yang sesuai dengan kehendaknya.
Meski ia tidak akan pernah bisa membuat bentuk yang memiliki darah dan daging seperti Allah Bapa yang menciptakan manusia dengan sempurna, ia cukup puas dengan wujud mereka yang tak kasat mata dalam penglihatan manusia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rebellion Redemption (ChanJin) ✔️
FanfictionAku sosok yang manipulatif, menjadi pembangkang, pemberontak sudah ku lakukan semenjak dahulu kala. Mencuci otak ciptaan-Mu tampak menjadi kepuasan bagiku, hingga kau mempertemukanku dengannya. Cover cr: @candycandyhwng. Thanks for the ChanJin Edits...