"Jinnie, kau tidak tidur?" Hyunjin tersentak dari lamunannya. Sedari tadi ia hanya terus mengedipkan matanya tanpa berusaha terlelap."Kau tidur duluan saja." Hyunjin berujar tanpa menoleh ke arah Felix yang tidur disampingnya sedikitpun. Matanya menatap kosong langit-langit kamar Jisung.
"That's it. We really need to talk!" Jisung menyalakan lampu disamping kiri single bed-nya lalu menyampingkan posisi berbaringnya ke kanan. Menghadap ke arah dua temannya yang berbagi satu extra bed.
"Ada apa dengan kalian berdua?" tanya Jisung penasaran setengah mati.
Felix menelan ludahnya kasar. "Aku tidak yakin kalian akan percaya, tapi... kemarin aku melihat makhluk besar berwujud seperti serigala, tingginya hampir mencapai dua meter dan mampu berdiri kokoh dengan dua kaki."
"Lalu?"
"Aku melihatnya di lorong gelap. Sepertinya makhluk mengerikan itu menyadari keberadaanku. Jadi aku lari, dan karena aku menjadi sangat takut. Akhirnya aku memutuskan untuk menginap di apartemenmu."
"Kau yakin sedang tidak berhalusinasi kan?" Jisung mencoba menyakinkan.
"Demi Neptunus!"
Jisung beralih menatap Hyunjin yang masih diam. Sebenarnya ia tidak ingin memaksa temannya itu bercerita. Namun, melihat bagaimana kacaunya kondisi Hyunjin tadi. Mulai dari bekas kemerahan di sekitar lehernya hingga tangannya yang berdarah-darah. He needs an explanation.
"And what happened to you, Jinnie?" giliran Felix yang bertanya pada Hyunjin. Berdasarkan insting dokternya, ia yakin Hyunjin sepertinya telah mengalami tindak kekerasan dari seseorang. Bekas kemerahan itu tidak lain adalah sebuah cekikan. Ia sangat takut jika Hyunjin baru saja diperkosa oleh seseorang.
"Yes, Jinnie. Que paso? (Apa yang terjadi?)" Jisung menekankan Bahasa Spanyolnya. Terdengar bukan seperti pertanyaan melainkan paksaan bagi Hyunjin untuk buka mulut.
Melihat Hyunjin yang terus diam dan sesekali menjilati bibirnya gelisah membuat Jisung semakin nafsu, ingin menjambak rambutnya.
"Jinnie, aku mungkin saja asal menebak tapi, a-apa kau baru saja menjadi korban pelecehan seksual? J-jika iya, aku bersedia mengantarmu ke rumah sakit agar dapat segera divisum."
Hyunjin menggeleng lemah. Ia ubah posisi berbaring telentangnya menjadi menyamping. Membelakangi Felix dan Jisung.
Jisung dibuat frustasi dan semakin frustasi karena kelakuan Hyunjin. Ia singkap selimutnya, berjalan memutari extra bed yang ia sediakan untuk dua temannya itu dan duduk di lantai menghadap Hyunjin.
Jisung berdehem, membersihkan tenggorokannya, mengambil ancang-ancang sebelum berbicara.
"Hyunjin, yo soy su amigo. (Aku adalah temanmu)" Jisung menunjuk dirinya sendiri lalu ganti menunjuk Hyunjin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rebellion Redemption (ChanJin) ✔️
FanfictionAku sosok yang manipulatif, menjadi pembangkang, pemberontak sudah ku lakukan semenjak dahulu kala. Mencuci otak ciptaan-Mu tampak menjadi kepuasan bagiku, hingga kau mempertemukanku dengannya. Cover cr: @candycandyhwng. Thanks for the ChanJin Edits...