"José, José, José." suara seorang pria terdengar begitu menggema di sebuah lorong hampa yang didominasi oleh warna putih.Hyunjin mendapati dirinya di suatu ruangan antah berantah dengan lorong tak berujung. Ia sedikit terpekur, bagaimana ia bisa berada di tempat seperti ini.
"José... José." Suara itu kembali memanggil-manggil namanya. Menggema dengan jelas di dalam lorong yang didominasi oleh warna putih ini.
Lorong atau yang lebih tepatnya adalah sebuah labirin putih raksasa.
"Papa... apa itu kau?" Hyunjin berusaha memastikan kembali asal suara itu. Benarkah suara itu adalah suara milik ayah baptisnya? Orang yang memanggilnya dengan nama baptisnya hanyalah sang ayah sendiri serta teman-teman semasa kecilnya di Meksiko.
"José..." Hyunjin langsung memalingkan wajahnya ke belakang, jauh di ujung sana. Berdirilah seseorang yang teramat ia rindukan sepanjang hidupnya.
Seseorang yang menatapnya dengan senyum menawan. Senyuman yang sama yang orang itu berikan untuk menenangkannya di hari pemakaman kedua orangtuanya.
Wajah itu terlihat bahagia, terlihat lepas dari segala beban sengsara. Berbeda jauh dari yang ia lihat sebelumnya. Ketika ia berara di tempat yang begitu gelap, dingin dan menyeramkan.
Dia tidak terlihat tersiksa, ia tidak terbelenggu oleh rantai-rantai dan luka-luka. Ia memakai pakaian putih bersih.
Dia adalah Ong Seongwu, ayah baptisnya. Ia berdiri beberapa meter sedikit jauh dari tempat Hyunjin berpijak.
"Ven aquí mi hijo, (kemarilah putraku,)" panggil Seongwu seraya masuk ke dalam lorong panjang berlika-liku.
"Papa, espérame! (Papa, tunggu aku!)" Hyunjin mengejar langkah kaki ayah baptisnya yang terlebih dulu masuk ke dalam lorong berlika-liku itu.
Memanfaatkan suara derap langkah kaki yang berada di depannya untuk menuntun jalannya. Meski tempat ini terlihat hampa, tapi semua ruangan ini serba putih dan diterangi oleh pencahayaan.
Suara derap langkah kaki tampak terhenti, membuat suasana menjadi hening. Ke mana perginya sang ayah?
"Papa... puedes oirme? No te vayas José de nuevo por favor. (Papa... apakah kau dapat mendengarku? Tolong jangan tinggalkan José lagi.)" suara Hyunjin yang mulai merasa bahwa ia kehilangan jejak langkah kaki ayahnya terdengar pecah. Bersiap untuk menangis.
Kakinya terus melangkah melewati lika-liku lorong berdinding putih di dalam sebuah bangunan yang juga berwarna putih.
Ia membiarkan hati dan insting membawanya melewati lorong labirin tersebut hingga ia pun sampai ke inti labirin tersebut yang terlihat cukup luas.
Kedua tungkainya tampak sedikit melemas, hatinya sedikit mencelos mendapati sebuah mimbar kecil yang diletakkan sebuah ornamen salib di tengah-tengah mimbar dengan sebuah foto ayah baptisnya yang tepat berada di belakang ornamen salib tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rebellion Redemption (ChanJin) ✔️
FanfictionAku sosok yang manipulatif, menjadi pembangkang, pemberontak sudah ku lakukan semenjak dahulu kala. Mencuci otak ciptaan-Mu tampak menjadi kepuasan bagiku, hingga kau mempertemukanku dengannya. Cover cr: @candycandyhwng. Thanks for the ChanJin Edits...