"Ya ya ya, aku mengerti. Lagi pula klinikku akan tutup lebih awal jadi aku bisa menggantikanmu menjaga Hyunjin."Felix berujar melalui sambungan telepon sambil sesekali mengecek jam yang terpajang di dindingnya.
"Jika kau sibuk, tidak apa-apa. Aku bisa menunggu sampai klinikmu tutup di jam normal," ujar Jisung di seberang sana.
Tepatnya di ruang rawat Hyunjin, tengah mengapit ponselnya di bahu dan telinganya. Kedua tangannya memegang sendok dan semangkuk bubur.
Padahal Hyunjin sudah berkata bahwa dia bisa memakan buburnya sendiri. Namun, Jisung memaksa untuk menyuapinya. Lihatlah, sekarang ia tampak kerepotan mengapit ponselnya seraya menyuapi Hyunjin.
"Tidak apa-apa. Lagi pula hari ini, Hari Paskah. Kau pasti hendak ke gereja, bukan? Aku usahakan untuk sampai di sana sebelum pukul lima sore. Oh! Ada pasien, talk to you later Ji, bye!"
Sambungan terputus secara sepihak, Jisung meletakkan ponselnya ke dalam saku celana dan kembali menyuapi bubur buatan rumah sakit itu ke mulut Hyunjin.
Waktu telah berjalan hampir tiga puluh menit. Namun, semangkuk bubur itu bahkan masih terlihat penuh.
Hyunjin baru selesai menelan tiga suapan bubur, sedari tadi si pemuda berparas cantik itu hanya mengemut buburnya lama sebelum menelannya.
"Jika tidak kau telan segera, kau tidak akan cepat sembuh, Hwang Hyunjin. Ayolah, kau setidaknya butuh karbohidrat, protein, lemak, zat besi, zinc, dan mineral. Apa kau tidak kasihan kepada para petani yang bersusah payah memanen padi, mengubahnya menjadi beras untuk dijual, kemudian sampai ke tempat ini dan diolah menjadi makanan bergizi demi kesembuhanmu, hmm?"
Sang konsultan pangan dan gizi tampak menceramahi sang peneliti ilmiah. Memutar-mutar ceramahnya dan tidak akan berhenti sampai Hyunjin menelan semua buburnya.
Satu lagi suapan besar hendak Jisung suapi ke mulut Hyunjin. Namun, pemuda yang lebih tinggi itu menggeleng dan menutup mulutnya.
"Kenapa lagi? Padahal ini terlihat lezat." Sesendok bubur yang semula diarahkan ke mulut Hyunjin pun akhirnya berbalik arah masuk ke mulut Jisung. Alih-alih pasien yang memakan. Mubazir bila tidak dihabiskan, pikir Jisung.
"Huekk" Jisung menutup mulutnya, berusaha untuk tidak memuntahkan bubur yang masuk ke dalam mulutnya.
Tampilan memang lezat namun, rasa tidak pernah berbohong. Bila ada yang mengatakan bahwa makanan rumah sakit sangat enak maka itu adalah mitos.
Hyunjin bahkan Jisung sudah menjadi testimoni dari makanan tidak enak yang disajikan oleh pihak rumah sakit.
"Mmmh, Ji..."
"Y-ya?" tanya Jisung yang sedang meminum air, membersihkan mulut dan tenggorokannya dari rasa makanan yang tidak enak itu.
"Seminggu lagi masa cutiku habis. Jangan katakan apa pun kepada Sajangnim perihal masalah ini. Ia bisa menambah jadwal cutiku. Kau tahu kan aku tidak bisa hidup tanpa melakukan pekerjaan. Kau juga tahu, bahwa proyekku ini benar-benar harus ditangani dengan baik?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rebellion Redemption (ChanJin) ✔️
FanficAku sosok yang manipulatif, menjadi pembangkang, pemberontak sudah ku lakukan semenjak dahulu kala. Mencuci otak ciptaan-Mu tampak menjadi kepuasan bagiku, hingga kau mempertemukanku dengannya. Cover cr: @candycandyhwng. Thanks for the ChanJin Edits...