Hyunjin mendongakkan kepalanya, menatap ngeri manor tua yang terlihat hampir tidak terurus. Semenjak mengetahui kebenaran bahwa Chris bukanlah sosok yang seharusnya dihadapi olehnya, semua berubah.Wajahnya terpoles riasan yang begitu apik. Ia memakai anting-anting berlian dikedua sisi telinganya menambah kesan anggun yang semakin menjadi-jadi.
Jas berwarna hitam dengan dalaman putih membalut tubuhnya dengan elegan. Pakaian itu terlihat pas di tubuhnya. Bahkan memamerkan lekuk pinggang bak gitar spanyolnya.
Ia segera keluar dari dalam mobilnya. Sebuah mobil yang sangat jarang ia gunakan karena ia lebih suka berjalan kaki. Kemudian, memasuki manor itu.
"Mademoiselle. (Nona)" sambut seorang wanita yang berpakaian yang selayaknya menandakan bahwa ia seorang pelayan dan memiliki wajah kaukasia yang khas.
Ia segera menuntun Hyunjin ke sebuah ruang makan yang amat sangat besar, lampunya yang remang-remang membuat Hyunjin ngeri.
Ada sebuah meja yang tidak terlalu panjang, dilapisi dengan taplak berwarna putih. Dan dua buah kursi dikedua ujung meja.
"Please be seated, Mademoiselle." Pelayan itu menarik kursi dan mempersilakan Hyunjin untuk duduk.
Ketika pelayan itu pergi meninggalkannya, keheningan pun terjadi. Kepalanya berkecamuk memikirkan nasib kedua sahabatnya sementara matanya menatap kosong sebuah piring kosong yang di kanan dan kirinya tersedia sendok, pisau dan garpu dengan berbagai macam ukuran dan fungsi yang berbeda pula.
Suara derap langkah kaki yang ia sinyalir merupakan langkah kaki sepatu milik laki-laki terdengar, membuyarkannya dari lamunannya.
Hyunjin membuang napasnya dengan kasar, menyiapkan mentalnya untuk menghadapi Chris yang sebentar lagi akan muncul dari arah seberang sana.
'You can do this, Hyunjin. I know you can!' ia menyemangati dirinya dalam hati.
Namun, seseorang yang ia dapati berada di seberang bukanlah sosok iblis yang ia kenali sebagai seorang pastor gadungan.
Pria itu memakai jas berwarna putih membuat Hyunjin memicingkan matanya untuk melihat dengan jelas siapa pemuda itu.
"K-kau..." pria itu tampak begitu kaget melihat Hyunjin yang duduk di seberang sana.
Hyunjin sendiri merasa sedikit familiar dengan wajah pria yang duduk di ujung meja sana. Otaknya berusaha mengulas kembali reminisensi yang tertinggal dalam kalbu.
Pria itu tampak sedikit gugup ketika melihat Hyunjin yang duduk di ujung meja sana, saling berhadapan dengannya.
"A-aku... aku ingat. Bukankah kau orang yang berpapasan denganku pada waktu itu? Kau... kau orang yang berkata bahwa ini anugrah, buk-"
"Ah, kalian berdua sudah datang rupanya." Suara yang datang dari belakang Hyunjin menginterupsi.
Chris datang dengan pakaian serba hitam yang begitu apik membalut tubuhnya seperti biasa. Ada pula dua pelayan pria yang datang membawakan sebuah kursi lagi untuk di letakkan di sisi tengah meja makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rebellion Redemption (ChanJin) ✔️
FanfictionAku sosok yang manipulatif, menjadi pembangkang, pemberontak sudah ku lakukan semenjak dahulu kala. Mencuci otak ciptaan-Mu tampak menjadi kepuasan bagiku, hingga kau mempertemukanku dengannya. Cover cr: @candycandyhwng. Thanks for the ChanJin Edits...