10

2.9K 108 1
                                    

"Ta, belum tidur, kan?" Briyan sampai rumah langsung menuju kamar tidur. Dia melihat Bita kini sudah dalam posisi tidur menyamping menghadap tembok.

"Belum, Yan," jawab Bita lemah.

"Yaudah, aku buatkan dulu susunya, ya," sahut Briyan lalu menuju dapur. Bita hanya mengangguk pelan, walau dia yakin tanpa persetujuannya pun Briyan pasti akan tetap membuatkan susu untuknya. Bita mengubah posisi tidurnya menjadi sedikit tegak. Ditumpuknya lagi bantal yang tadi sempat dia turunkan ketika Briyan berlalu pergi membeli susu.

"Nih, dicoba. Aku buatnya anget, susu ini bagus banget buat ngurangin mual kamu. Aku juga udah pilihin yang rasa coklat." Briyan menyodorkan gelas berisi susu coklat hangat.

"Kok, kamu tahu banget, sih? Hayo udah pernah beliin siapa?" tanya Bita seraya menerima gelas itu.

"Tadi mbak-mbaknya ada yang bantuin milih," jawab Briyan bohong. Sejujurnya dia tidak ingin melakukan itu. Tapi mengingat kembali emosi istrinya yang belakangan ini nggak stabil, lebih baik dia cari amannya aja. Toh, Erlita kan memang mbak-mbak, bukan mas-mas, pikirnya geli. Lagian tidak ada yang spesial dengan pertemuannya tadi. Bagi Briyan, Erlita itu bukan dan tidak pernah menjadi bagian penting dalam hidupnya. Jadinya memang tidak ada yang perlu diceritakan karena mereka hanya kebetulan bertemu saja, layaknya Briyan bertemu dengan teman perempuan lainnya.

"Nggak, enak, Yan!" Seruan Bita menyadarakan Briyan dari lamunannya.

"Ah, masak, sih? Sini aku coba." Briyan mengambil gelas itu dari tangan Bita. Dengan perlahan dia menyeruput isinya. "Enak, kok. Enak banget malah. Daripada susu bubuk yang biasa itu enak ini, Ta. Kamu kurang doa dulu tadi," lanjut Briyan yang tentu saja kali ini lagi-lagi berbohong demi kebaikan istrinya. Karena sejujurnya dia kurang suka yang namanya susu bubuk, apalagi susu ibu hamil ini. Menurutnya terlalu hambar dan kurang apa gitu.

"Nih coba lagi, jangan lupa berdoa dulu. Masih hafal, kan, doa mau makan minum?" ledeknya. Kali ini Bita mencoba menyeruput lagi susunya. Bedanya yang sekarang gelasnya dipegangin Briyan.

"Manis, Yan. Manis banget ternyata kalau dipegangin gini," senyumnya jahil. Kapan lagi coba bisa diperlakukan manis gini sama suaminya. Untung dia lagi hamil, ternyata bairpun dia merasakan repot sekali dengan kehamilannya ini, suaminya jadi lebih romantic dan Bita menyukai hal itu.

Tok... Tok... Tok..!!!

Bita baru menghabiskan setengah gelas susunya ketika terdengar suara ketukan pintu dari luar. Mereka berpandangan sejenak. Seperti saling melempar tanya siapa gerangan yang datang. Karena mereka berdua jarang banget punya tamu. Paling-paling cuma kedua orangtua mereka, itu pun biasanya memberi kabar dahulu.

"Biar aku aja yang buka. Kamu habiskan susunya terus mandi, ya. Nanti aku panasin lagi bubur kacang hijaunya setelah kamu selesai mandi," ujar Briyan dikuti anggukan Bita. Briyan menyerahkan gelas itu ke istrinya lantas beranjak menuju kamar tamu.

Briyan membuka pintu ruang tamu. Dia terbelalak kaget mendapati Erlita berdiri di depan rumahnya. Briyan bingung dari mana gadis ini tahu alamat rumahnya. Juga ada keperluan apa dia datang kesini. Kenapa nggak di kantor aja atau kirim pesan misalnya. Bakal bikin dia rebut sama Bita ini pasti, otaknya mulai memikirkan hal buruk bakal menimpanya.

"Yan, akhirnya ketemu juga rumahmu. Aku nggak salah ketuk pintu rumah orang, nih. Hehehe..." Erlita tertawa kecil sambil mecoba melirik ke dalam rumah.

"Ada apa kesini?" tanya Briyan yang kesusahan menyembunyikan nada ketus disuaranya. Bagaimana pun ini nggak baik buat hubungannya dengan Bita. Memang bukan masalah besar, cuma masalahnya Bita sudah kadung cemburu sama ini bocah sejak jaman Bita masih jadi pacarnya. Coba saja yang kesini teman kantor lainnya, biarpun perempuan pastinya Bita tetap menanggapinya dengan baik.

"Aku nggak disuruh masuk dulu, nih?" tanya Erlita. Briyan yang saat itu hanya membuka satu pintu dan tidak melebarkannya menjadi bingung. Harapannya, perempuan itu segera memberitahukan keperluannya tanpa masuk rumah dan segera pulang. Tapi kenapa malah minta masuk rumah?

"Siapa, Yan? Kok nggak disuruh masuk, sih?" tanya Bita yang ternyata sudah berdiri di ambang pintu yang menghubungkan ruang tamu dengan ruang tengah.

LIVE AFTER MARRIAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang