26

1.7K 81 5
                                    

Bita sedang menanti susnset di tepi pantai. Dia duduk di hamparan pasir putih. Kakinya dapat merasakan bulir-bulir lembut benda-benda kecil itu. Sesekali pandangannya beralih ke sosok lelaki di bibir pantai. Tengah bermain bola dengan anak-anak kecil. Mungkin anak penduduk daerah pantai.

“Pulang, yuk!” ajak Briyan menghampirinya.

Sunset baru saja berlalu. Langit sudah mulai berganti warna. Jinga mulai gelap, sebentar lagi menghitam pekat.

“Ayuk,” sahut Bita sambil mengulurkan tangannya.

Briyan menerima uluran tangan wanita itu, membantunya berdiri. Mereka berdua beranjak meninggalkan pantai. Saatnya kembali ke hotel.

“Mas Briyan!” Tiba-tiba terdengar seruan seseorang di belakang mereka.

Bita dan Briyan kompak menoleh ke sumber suara. Seorang perempuan dengan baju pantai bunga-punga tersenyum sumringah kea rah mereka. Sementara Bita langsung memutar bola matanya ketika tahu siapa pemilik suara tadi.

“Erlita, kamu di sini juga?” tanya Briyan basa-basi.

“Iya, mas. Jodoh kali, ya?” jawab Bita tersenyum menggoda.

“Hish,” gumam Bita jengah.

Erlita melangkahkan lagi kakinya. Lebih mendekatkan diri pada pasangan di depannya. Kini jarak antara mereka tidak sampai satu meter.

“Hai, Kak Bita. Aku bercanda, kok. Tenang aja,” sapa Erlita masih betah memamerkan deretan giginya.

“Oke,” jawab Bita singkat tanpa segaris senyum.

“Oh, ya, Mas Briyan nginep? Atau pulang?” Erlita masih berusaha mencari pembicaraan di antara mereka.

“Stay sini sampai bessok,” jawab Briyan.

“Nginep dimana?” tanya Erlita lagi.

“Di re-“

“Di mobil. Biar seru bisa goyang-goyang!” sahut Bita sebelum Briyan sempat menyelesaikan kalimatnya.

Briyan hanya tersenyum simpul mendengar jawaban Bita. Dia merasa menang. Padahal tidak sedang bertanding. Sementara Erlita untuk pertama kalinya mengerucutkan bibir setelah sekian menit terus-terusan tersenyum membuat Bita malas melihatnya.

“Kamu tahu, kan, gimana mobil kalau goyang-goyang?” tanya Bita lagi. “Yuk, beb, keburu malam nggak bisa empat kali, nih, entar,” lanjut Bita sarkas.

Erlita hanya manyun menatap kepergian sepasang suami istri itu. Apalagi masih Nampak jelas dari tempatnya berdiri, Bita mengeratkan pelukannya ke Briyan. Dan dengan tidak sopannya, perempuan itu meletakkan kepalanya di atas pundak lelaki yangmasih dicintainya.

“Dasar, perempuan perebut calon pacar orang!” gerutu Erlita sambil menghentak-hentakkan kakinya.

“Kenapa, sih, harus ketemu dia lagi.” Bita masih saja ngomel sesampainya di hotel.

Briyan hanya mengendikkan bahunya. Nggak mau mikir terlalu jauh. Toh, kali ini dia tidak membuat kesalahan. Biarkan saja istrinya ngomel sampai puas. Yang penting bukan dia yang diomelin.

“Kenapa? Seneng, ya?” tuduh Bita sambil merebahkan badannya di kasur.

“Seneng,” jawab Briyan asal. Matanya sedang fokus di game online ponselnya.

“Oh, jangan-jangan kamu yang ngasih tau dia kalau kita di sini. Supaya dia nyusul gitu?” Nada Bita mulai meninggi.

“Santai, Ta. Kasihan, tuh, anak kita dengerin mamanya ngomel mulu. Aku, tuh, cuma seneng lihat kamu kayak tadi. Berasa takut kehilangan aku banget gitu. Bucin banget, ya? Hahaha…,” ledek Briyan sambil terus memainkan ponsel.

“Apaan, sih, Yan! Istri mana coba yang bersikap tenang, biasa aja, lihat plus dengar secara langsung suaminya digoda wanita lain.”

“Kan, dia udah ngomong cuma bercanda. Kamu aja yang sekarang tuh nggak bisa kalem naggepin gurauan orang. Santai, Ta, santai… Aku nggak kemana-mana, cintanya sama Bita doing,” rayu Briyan.

“Terus aja dibelain!” Bita masih mode marah.

“Ya, kan, pantai ini tempat umum, Ta. Nggak ada larangan buat siapa pun yang ingin berkunjung. Aku juga nggak tahu kalau dia kesini. Apa mau pulang aja sekarang?”

“Nggak, ah. Sayang. Udah bayar sampai besok, mubadzir banget kehilangan sunrise.”

Bita berlalu ke kamar mandi. Tidak lama kemudian terdengar suara air gemericik. Sementara Briyan masih asik menyelesaikan game. Seebelum sebuah pesan masuk ke ponselnya…

Yan, kamu dimana? Kesini, dong!” Sebuah chat dari Olivia masuk ke kolom percakapan.

LIVE AFTER MARRIAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang