27

1.6K 85 0
                                    

Pukul lima pagi Bita sudah menyeret-nyeret suaminya untuk lekas turun ke pantai. Sedangkan lelaki itu masih sibuk mecari sweater yang entah terselip dimana.

“Sabar, Ta. Bantuin nyari dulu, dong!”

“Makanya besok kalau naruh barang itu jangan sembarangan. Dikembalikan di tempatnya.” Bita kesal, namun tak urung matanya ikut memindai isi ruangan juga.

“Ini, kan di hotel. Nggak ada yang namanya tempat biasanya kali,” protes Briyan sambil mengolak-alik isi kopernya.

“Nggak mungkin di koper, lah. Kan, kemarin pagi udah kamu pakai, Yan!”

Yup, memang kemarin mereka sudah melihat sunrise. Kebetulan mereka bisa berangkat jumat habis magrib, jadi sabtu paginya bisa menikmati sunrise. Bita memang suka sekali melihat matahari di waku terbit. Pun saat benda bercahaya itu kembali ke peraduannya.

“Nih!” seru Bita menemukannya di bawah bantal Briyan. Jangan tanya kenapa bisa di sana. Itu lah Briyan dengan segara keberantakannya.

“Yaaah, tinggal separuh!” seru Bita kecewa sesampainya di pantai. “Kamu, sih!”

“Iya, maaf. Lagian, kan, kemarin udah lihat, Ta.”

“Itu kemarin, bukan sekarang.” Bita cemberut.

Briyan tidak menanggapi. Dia lebih memilih diam dan membiarkan wanita itu menikmati matahari menyelesaikan prosesnya menampakkan diri.

“Mas Briyan, Kak Bita, sukses lihat sunrisenya?”

Tiba-tiba saja Erlita sudah duduk bersama mereka. Dan pintarnya gadis itu memilih duduk di dekat Briyan. Alhasil Briyan diapit dua wanita. Dia terkekeh geli menyadari hal itu.

“Sukses bikin mobil bergoyang, dong. Sampai hampir aja bangun kesiangan,” balas Bita sambil mendelik tajam.

Erlita sedikit menciut. Rupa-rupanya galak juga istrinya Briyan. Padahal dulu dia sempat mengira perempuan itu tipe-tipe wanita lembut dan santun.

Briyan segera berdiri. Dia tidak mau keenakan diapit dua perempuan sekaligus. Lebih tepatnya tidak mau hubungannya dengan Bita memburuk.

“Ta, cari sarapan, yuk!”

Briyan meraih tangan Bita. Yang tentunya langsung disambut pemiliknya. Dia menjulurkan lidah kearah Erlita. Erlita hanya mengendikkan bahu sambil mencebikkan bibirnya.

Bita dan Briyan menikmati sarapan di hotel. Mereka sedang asyik mengobrol ketika tiba-tiba sebuah panggilan masuk ke ponsel Bita.

“Siapa, Ta?” Briyan menghentikan kunyahannya.

“Mama,” jawab Bita singkat lalu menggeser tombol hijau.

“Halo, Ma,” sapa Bita. Kemudian keduanya terlibat perbincangan serius.

“Yan, kita pulang sekarang, ya,” pinta Bita setelah mematikan sambungan telepon.

“Ayah kenapa?” Briyan bisa menebak telah terjadi sesuatu dengan ayah metuanya itu. Tadi, walaupun tidak mendengar langsung dari mama mertuanya, tapi Briyan bisa menyimpulan dengan mendengar jawaban-jawaban Bita saat telepon.

“Penyakit jantung ayah kambuh. Sekarang sedang kritis kondisinya,” jelas Bita panik.

Mereka sudah sampai di kamar. Bita bergegas memasukkan barang-barang di koper dibantu Briyan. Airmata menggenang di pelupuk. Bita mencoba menahan rasa sedihnya. Dia masih terus berusaha berpikir positif bahwa semuanya akan baik-baik saja.

“Kita langsung ke rumah sakit aja, ya,” ujar Briyan yang langsung disetujui istrinya.

Keduanya sudah di dalam mobil. Briyan sejenak mengamati wajah Bita. Mengusap airmata yang membasahi kedua pipi wanita itu. Ya, pada akhirnya pertahanan Bita jebol juga. Dan lelaki paham betul istrinya itu sangat khawatir saat ini. Dia menambah kecepatan mobilnya.

Sesampainya di rumah sakit Bita segera menemui mamanya.

“Gimana keadaan papa, Ma?” tanya Bita sesenggukan. Briyan mengelus pundak wanita itu, mencoba memberi ketenangan.

“Masih ditangani dokter. Kita berdoa saja, ya,” jawab Mama Dina lirih. Keduanya kini berpelukan saling menguatkan.

Tak lama kemudian seorang dokter keluar. Mereka bertiga segera menyerbu lelaki berbaju biru dengan jas putih khas dokternya.

“Gimana keadaan suami saya, Dok?” tanya Mama Dina sambil mengusap airmata.

Sementara Bita diam di tempat menatap dokter. Ada rasa yang tak bisa dijelaskan. Dan Briyan menyadari akan hal itu.

“Mari ikut saya ke ruangan, nanti akan saya jelaskan,” jawab dokter.

LIVE AFTER MARRIAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang