65

3.1K 193 1
                                    

Bita baru saja hendak masuk rumah ketika sebuah mobil tiba-tiba merapat ke halaman villa. Bita menyipitkan mata, menganalisis siapa gerangan yang bertamu. Apakah Briyan sudah berhasil menebak keberadaannya?

Seorang lelaki dengan tinggi menjulang dan perawakan tegap keluar dari mobil. Lelaki itu mengenakan celana jeans panjang dan kaos polo warna abutua.

“Lucky!” seru Bita tak percaya.

“Hai… Kamu baik-baik saja?” Lucky menelisik wajah cantik di depannya. Gadis itu tampak sendu dengan guratan kelelahan begitu kentara.

“Kenapa kamu kesini?”

“Aku nggak disuruh masuk dulu, nih?” Lucky tersenyum lebar, berharap lengkungan bibirnya mampu menghibur hati lawan bicaranya, atau bahkan menularinya.

“Yuk!” ajak Bita.

Keduanya duduk di teras dalam diam. Bita sedikit canggung dengan kedatangan lelaki itu. Apa kata orang nanti? Walaupun dia tahu Lucky hanya khawatir dengan keadaannya. Tapi suasana kali ini benar-benar sedang tidak tepat.

“Ta, kenapa kamu minta nomor pengacara?” tanya Lucky memecah kesunyian. Kemarin lelaki itu sempat bingung ketika Bita meminta nomor kenalannya yang notabennya seorang pengacara.

Bita lagi-lagi terdiam, tidak menjawab sepatah kata pun.

“Oh, ya, kamu di sini sama siapa?” Lucky mengalihkan pembicaraan.

“Ditemenin Mbok Sanem, yang biasa bersih-bersih villa. Mama baru aja pulang ke rumah.”

“Suamimu?”

“Kerja, banyak lemburan.”

“Kamu ada masalah dengan dia?”

“Biasa, lah. Namanya juga suami istri.”

Lucky mengusap wajahnya kasar. Ada hal yang tidak bisa dijelaskan.

“Aku nggak lama di sini. Aku cuma mau mastiin kondisi kamu baik-baik aja. Oh, ya, nomornya udah kamu simpan, kan?”

Bita mengangguk sebagai jawaban.

“Kenapa sih? Bita yang aku kenal itu orangnya rame banget. Cerewet banget. Bukan Bita yang sok pendiam gini.”

“Ky, aku boleh nanya?”

“Kenapa harus ijin?”

“Kamu sekarang nganggap aku sebagai apa sih?”

Bita membutuhkan informasi ini langsung dari mulut Lucky. Karena dia tidak ingin ada kesalah-pahaman di sini. Apalagi lelaki itu langsung menemuinya ketika Bita jujur dia sedang menenangkan diri di villa keluarga.

Lucky terdiam sesaat. Sejujurnya, jauh dalam lubuk hati pria itu, dia masih sangat mencintai Bita. Namun jawaban jujur justru akan membuat Bita tidak nyaman bukan? Lagian dia selama ini selalu mencoba berdamai dengan keadaan.

Dina baru saja turun dari taxi. Matanya langsung disambut dengan pemandangan sesosok laki-laki yang sudah menunggunya di teras dengan gelisah.

“Yan, udah lama?” tanya Dina basa-basi.

“Mama baru aja ketemu dengan Bita, kan?” tanya Briyan langsung.

“Iya. Tapi Bita bilang dia butuh waktu buat sendiri dulu. Sebaiknya kalian saling instropeksi diri barang beberapa waktu dulu.”

“Nggak bisa, Ma. Aku harus ketemu sama Bita sekarang. Bita harus dengar semua penjelasanku. Tolong katakan dimana Bita sekarang, Ma?”

“Briyan, Mama nggak maksud buat nyembunyiin Bita. Tapi kondisi Bita kali ini sedang sangat marah sama kamu. Jadi, apa pun yang kamu katakan, tidak akan dicerna dengan baik olehnya. Maka, lebih baik kalian saling menjaga jarak dulu. Kalian butuh waktu untuk menenangkan pikiran kalian.”

“Briyan juga berhak ketemu anak Briyan, Ma. Dia tidak seharusnya dilibatkan dalam masalah ini.”

“Cerry baik-baik saja. Kamu tidak perlu khawatir.”

“Bita di villa, kan, Ma?” tebak Briyan.

Dina hanya menghela napas panjang.

Briyan segera masuk ke mobil dan melajukan kendaraannya menuju villa keluarga Bita. Briyan tadi sempat memperhatikan nomor polisi mobil yang ditumpangi mertuanya. Dia yakin Mamanya habis dari villa ketemu sama Bita.

LIVE AFTER MARRIAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang