62

3.2K 196 18
                                    

“Bel, Kak Briyan mana?” Erlita nongol di ruangan Bella.

“Katanya ijin. Kenapa? Udah deh nggak usah ganggu dia lagi. Kasihan anak sama istrinya.” Bella beranjak dari kursinya hendak pergi makan. Jam makan siang sudah datang sepuluh menit yang lalu. Namun dia terpaksa menundanya sebentar karena harus menyelesaikan pekerjaan.

“Bel, tungguin dong!” Erlita mengejar gadis dengan rambut di kucir kuda itu.

“Justru gue itu kasihan sama Mbak Bita. Tadi malam gue lihat Kak Briyan digodain sama mantannya.” Keduanya memilih makan di kantin yang terletak di dasar gedung kantor.

“Lo tau mantannya Briyan?” Bella membelalak.

“Nggak usah kaget gitu deh. Ya, kan, dulu gue suka stalking Kak Briyan. Dari dulu banget sebelum Kak Briyan kenal Mbak Bita. Jadi gue hafal di luar kepala gimana bentukan itu mantan.”

“Dimana lo lihatnya?” Bella mulai tertarik.

“Di kafe. Gue lagi nongkrong sama sepupu gue. Eh lihat Kak Briyan duduk sendirian di pojokan. Tiba-tiba tuh cewek nyamperin dengan genitnya,” tutur Erlita dengan bibir mengerucut.

“Terus? Kak Briyan nolak, kan?”

“Kalau yang gue lihat sih mereka terus pergi berdua entah kemana.” Erlita memasang wajah cemberut. Suaranya sarat akan kecemburuan.

“Masak sih? Briyan yang gue kenal tuh sayang banget sama istrinya. Apalagi sekarang udah punya anak. Tapi gue nggak tau pastinya, sih. Cuma selama ini aja Kak Briyan nggak pernah nanggepin lo.”

“Lo mau bilang gue kalah menarik ketimbang mantannya?” potong Erlita setengah nyolot.

“Sabar woiii… Sabar!” Bella memilih memakan gado-gado pesanannya daripada menanggapi Erlita dengan kecemburuannya yang menurut Bella sungguh tidak pada tempatnya.

Briyan pulang ke rumah dengan segenap penyesalan. Wajahnya keruh. Kakinya terhuyung seakan tidak kuat menopang tubuhnya.

“Yan, aku khawatir tauk. Makan dulu, yuk! Kamu pasti lapar,kan? Belum makan dari pagi.” Olivia menyambut Briyan di teras rumah.

“Ngapain masih di sini Liv?” Briyan tak dapat menahan amarahnya ketika masih menemukan mantannya itu di rumah.

“Aku khawatir. Emang salah ya kalau aku khawatir sama orang yang aku sayangi?” Olivia menatap tajam lawan bicaranya.

“Simpan omong kosongmu itu! Pergi dari sini!” bentak Briyan.

“Yan, kamu jahat. Ingat kamu semalam udah ngajak aku tidur bareng. Sekarang kamu mau ngusir aku? Kamu harus tanggung jawab!” Olivia tak mau kalah, cewek itu masih tetap ingin bertahan di rumah Briyan.

“Tanggung jawab apa? Aku nggak nglakuin apa-apa sama kamu. Kamu justru yang menghancurkan aku!” Briyan kalut.

“Kamu nggak ingat apa yang terjadi semalam?” Mata Olivia berkaca-kaca.

Briyan meninggalkannya. Lelaki itu masuk ke kamarnya dan membanting pintu.

Sebuah mobil masuk pekarangan rumah. Seorang perempuan di balik kemudi segera turun setelah mobil terpakir apik.

“Kamu ngapain di sini?” Alya bingung ketika mendapati Olivia duduk di teras rumah Briyan. “Bita mana?”

Olivia gugup. Dia berpikir bagaimana cara mengambil hati calon mertuanya.

“Siang, Tante. Bita lagi ke rumah orangtuanya sejak kemarin. Aku kesini karena diminta Briyan membawakan makan siang. Briyan sedang sedikit tidak enak badan,” tutur Olivia melembutkan suaranya. Gadis itu menunjukkan bungkusan makan siang yang tadi sempat dibeli waktu Briyan belum pulang.

“Sekarang di mana Briyan?” tanya Alya dingin. Perempuan itu buru-buru masuk rumah mencari anaknya.

“E-eh, tante. Jangan! Briyan baru aja tidur. Sepertinya semalam nggak bisa tidur. Aku mohon biarkan dia istirahat dulu,” cegah Olivia. Gadis itu menahan lengan mamanya Briyan.

“Emangnya kamu siapa ngatur-ngatur saya?” Alya tidak mampu menahan emosinya. Dia terus melanjutkan langkahnya tanpa memedulikan perempuan di belakangnya. Alya tahu siapa Olivia. Tapi Alya memilih masa bodoh walaupun dulu hubungan keduanya terbilang baik.

“Briyan! Keluar kamu!” teriak Alya dengan luapan emosi yang tak mampu lagi tertahan.

Mendengar keributan di luar, Briyan mengira Bita pulang dan Olivia mencegatnya. Lelaki itu segera keluar untuk menjelaskan semuanya. Dan memaksa Olivia untuk jujur.

“Mama?” Briyan kaget. Bukan Bita yang dilihatnya, tapi justru mamanya sendiri.

LIVE AFTER MARRIAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang