22

1.8K 83 0
                                    

Mood Bita berantakan sejak berangkat kerja. Sepanjang hari dia hanya ngedumel terus. Sampai-sampai rekan-rekan kerjanya hanya bisa geleng-geleng kepala. Sampai jam istirahat tiba Bita belum bisa membaikkan perasaannya. Teman-temannya sudah keluar makan semua. Dia nggak mau gabung, dan untung mereka ngerti. Bita lebih pilih pesan makanan lewat online. Sambil menunggu pesanannya datang, dia iseng membuka instagram. Jarinya tertuju pada instastory teman-teman dunia mayanya. Sampai pada satu akun…

“Astaghfirullah!” seru Bita jengkel.

Bagaimana tidak, tepat di akun milik Erlita---ya, dia memang saling follow dengan cewek itu---perempuan itu sekitar lima jam  yang lalu memposting foto gedung perkantorannya dari depan sambil diberi caption ‘semangat pagi, semoga semangat sampai sore, eh maunya sampai malam, hehe’. Biasa sih, tapi yang bikin Bita murka adalah tepat di depan gedung itu ada beberapa karyawan juga yang hendak masuk kantor. Namun ada sosok yang sangat Bita kenal walaupun terbidik kamera dari jauh dan hanya Nampak punggungnya saja. Briyan.

Bita semakin panas hatinya. Jangan-jangan selama ini Briyan jalan sama itu cewek, pantesan betah diem-dieman sama aku, batin Bita.

Pesanan Bita sudah sampai. Dia segera keluar mengambilnya dan menuju pantry untuk makan. Amarahnya masih bergemuruh. Sampai-sampai piring di depannya pun berasa ingin ditelan utuh.

“Jadi inget jaman hamil, bawaannya pengen makan terus. Semoga sehat-sehat, ya, Bu!” Seorang office girl yang kebetulan lewat basa-basi pada Bita.

Bita hanya memutarkan bola mata. Bukan bermaksud nggak sopan, tapi ini situasinya beda.

“Halo! Pokoknya aku mau pulang kantor tepat waktu terus anterin aku beli susu hamil.” Bita menghubungi Briyan setelah dia selesai makan. Padahal susu di rumah belum habis separuh. Gampang nanti bisa disembunyikan, pikir Bita.

“Tapi, Ta, aku udah a---.” Sambungan telepon langsung terputus sebelum Briyan menyelesaikan ucapannya.

Bita nggak mau dengar lagi. Dia mau membuktikan pentingan mana antara dirinya dan Erlita.

Sementara Briyan masih bingung. Dia baru saja selesai makan bareng teman-temannya ketika ponselnya berbunyi. Sempat bertanya-tanya tumben Bita menghubunginya. Apa dia sakit atau kenapa-kenapa. Tak tahunya setelah diangkat Bita hanya mengucapkan satu kalimat yang tak sempat dia sanggah.

“Gimana, sih? Kan, tadi pagi aku udah ngomong mau pulang telat,” gumam Briyan.

Yeah, sepertinya perempuan itu marah, Briyan ingat tadi pagi dia belum menjelaskan mau kemana setelah pulang kantor. Rencananya mau diomongin nanti setelah pulang.

Briyan mempercepat langkahnya. Setelah sampai ke kubik tempatnya bekerja dia segera mendaratkan bokongnya di kursi putar. Dia mengeluarkan ponsel dari saku celananya dan segera menghubungi seseorang.

“Halo, Liv. Emmm gimana kalau aku ke tokomu besok aja. Bita minta ditemenin belanja susu, nih,” ucap Briyan melalui sambungan telepon. “Oh, gitu, ya? Ya udah, deh. Mau gimana lagi,” jawabnya setengah lesu.

Ta, maaf ya, aku hari ini ada kerjaan lain, tadi pagi aku udah bilang sama kamu, kan…

Satu pesan dari Briyan muncul di layar HP Bita. Perempuan itu membacanya sejenak lalu menaruh ponselnya di samping laptop dengan kasar. Menghela napas panjang. “Dasar cewek gagal move-on,” gerutu Bita.

LIVE AFTER MARRIAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang