Chapture 22

880 149 2
                                    

   Berhari-hari...bahkan berminggu-minggu kemudian. Si viscount Baxter itu tak kunjung juga melunasi hutang pada kedua saudara bermata merah(William dan Louis) dan sahabat mereka, si keturunan terakhir dari bangsawan mulia berpangkat tinggi, Sebastian. Sudah lewat dari batas perjanjian yg telah di sepakati.

Sekarang disinila ke tiga sahabat itu(William Sebastian dan Louis) dan Viscount Baxter bersama pengacara nya berada. Pengadilan. Penggugat adalah ke tiga ke tiga sahabat itu, dan tergugat adalah.... Si bangsawan kotor yg menjijikkan, viscount Baxter yg sedang berpura-pura tampak menyedihkan, malang dan serba salah yg membuat penulis yg mulia ini ingin menghajar dan menghantam nya dengan palu sakti nya si thor.  Oke balek ke cerita.

Thap.... Thap....Thap...
Bunyi palu yg di pukul oleh hakim, yg menandakan di mulai nya persidangan.

"Sekarang..... Kita mulai sengketa perjanjian peminjaman dengan mendengar kan pernyataan kedua belah pihak. Sesuai peraturan, seluruh jalannya sidang akan di catat secara resmi. Mohon untuk memberikan pernyataan yg sebenar-benarnya dalam persidangan ini. Apakah penggugat dan tergugat sudah siap? " Ujar Hakim menjelaskan, diakhiri pertanyaan.

'Aku sempat tidak pecaya saat membaca gugatannya, tapi aku sangat terkejut karena keduanya betulan anak-anak. ' batin hakim itu melirik William dan Sebastian.

✨✨✨

💠Skiip💠

  Baxter dan pengacara nya terus mengeluarkan bantahan, lebih tepatnya alasan yg tentu saja bohong besar menurut Sebastian. Sebastian sudah menyelidiki semua mengenai aset atau barang atau apapun lah itu yg bisa di jual untuk membayar hutang si bangsawan rakus payah la, Baxter.

  Louis menoleh ke William, Sebastian melirik William.
'Ini saatnya' pikir Sebastian, menghela nafas. Ekpresi Sebastian tertutupi oleh bayangan rambut nya.

"Seperti kami tidak punya pilihan lain, ya kan? " Ujar Sebastian yg sejak awal hanya diam. Membuat hakim dan pengacara nya Baxter menoleh, melihat kearah Sebastian. Baxter masih tetap diposisi aktingnya, menunduk dengan tangan di kepala nya, frustasi, kebingungan serba salah, menyedihkan, apa pun lah itu namanya.

"Ya kau benar" Balas William menoleh pada Sebastian, begitu pun Louis yg duduk di tengah-tengah antara William dan Sebastian. Kedua saudara beriria merah itu sama-sama menoleh pada Sebastian.

"..... Dan terpaksa harus merelakan uang tersebut. " Ujar Sebastian. Yg membuat Baxter itu diam-diam tersenyum, menyeringai*yg menjijikkan* karena rencana berhasil.

"Akan tetapi" Sebastian sambil merogoh saku di balik jas/mantel tuanya,
"ada satu pasal dalam surat perjanjian tersebut. " Sebastian mengeluarkan pisau lipat kecil miliknya yg sangat tajam.
"Saya....atau kami lebih tepatnya, menuntut untuk memotong satu paun daging dari tubuh tergugat" Ujar Sebastian, memegang pisau lipat itu, tanpa ekpresi, datar.

✨  Edelweiss  ✨[Moriarty the patriot & OC] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang