Chapture 19

931 140 8
                                    

✨✨✨✨✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✨✨✨✨✨

Sebastian pov

Disini lah kami bertiga, aku Sebastian dan Louis. Berdiri didepan rumah dari bangsawan Viscount Baxter. Dan itu dia orang nya.

"Kenapa kalian berdiri disitu? Nah, belilah makanan dengan ini" Ujar viscount Baxter sok ramah. mulai merogoh kantong di balik jasnya, ingin mengambil uang. Berencana memberi uang pada kami bertiga.

'Bodoh' pikir Sebastian acuh, melihat yg dilakukan oleh bangsawan busuk suka menipu itu.

"Itu tidak perlu, tuan Baxter" Ujar William langsung menolak. Membuat Baxter terdiam, saat mengulurkan tangan nya yg tergenggam, ingin memberikan uang pada kami.

"Kami datang untuk mewakili Madam dari panti asuhan. Anda pasti masih ingat, kan? " Ujar William diakhiri pertanyaan yg lebih mirip dengan pernyataan.

✨Sebastian pov end✨

🌱🌱🌱

  Duduk di kursi sofa di dalam rumah  Baxter. Pelayan pergi setelah menyediakan kami teh.

Sebastian duduk di sisi lain William, William duduk di tengah-tengah antara aku dan Louis.

"Apa Madam sedang tidak sehat? " Tanya Baxter, sebelum duduk di kursi sofa di depan ketiga anak itu.

"Beliau sedang sibuk mengurus panti." Jawab William.

"Begitu rupa nya" Balas Baxter
"Kalian datang untuk membicarakan tiga ratus juta paun yg ku pinjam, kan? " Ucap Baxter diakhiri pertanyaan
"Sayangnya, pembangunan panti asuhan itu sedang mengalami hambatan. Saya kesulitan menemukan orang untuk mengurus nya. Saya sendiri pun tidak bisa berbuat banyak. " Lanjut Baxter menjelaskan kendala atau lebih tepat nya alasannya saja.

"Tuan Baxter, " Panggil William
"Kedatangan kami bukan untuk menanyakan pembangunan panti asuhan itu, tapi untuk meminta anda mengembalikan uang yg anda pinjam pada waktu itu. " Jelas William

"Maaf kan saya. bulan depan saya akan mendapatkan keuntungan dari bisnis saya di luar negeri, saat itulah saya akan segera mengembalikan uang nya" Balas Baxter menjelaskan, beralasan lagi.
William dan Louis menatap datar Baxter. Sebastian sejak awal duduk tak sekali pun melihat Baxter, melihat sekeliling rumah, melihat semua barang yg ada di rumah. Hanya sekali lirik, sekilas saja, sekali saja. Pada Baxter. Louis pun ikut melihat kearah lain melihat barang yg terpajang di samping nya.

"Meski anda bilang begitu, untuk makan sehari-hari saja saat ini kami sangat kesulitan, jadi kalau tidak segera di kembalikan, panti kami tidak akan bisa bertahan. " Ujar William.

"Saya sadar betul akan arti uang itu bagi kalian. Tapi, saat ini saya tidak punya uang nya, jadi... " Balas Baxter berakting, berpura-pura. Tertekan serba salah.

"Baiklah. Baiklah, bagaimana kalau saya yg membayar tiga ratus paun yg anda pinjam dari madam? " Tawar William, menaruh kantung yg berisi segepok , tiga ratus ribu paun(seperti koin emas, salah satu mata uang disana pada masa itu), diatas meja. Mulai membuka tali di kantung kulit itu. Baxter menatap kantung itu, langsung terkejut secara mental melihat isi dari kantung itu.

Sebastian diam-diam berdecak lidah didalam hati nya, secara mental. Melirik reaksi Baxter dari ujung matanya. Meski ia sudah tau Baxter akan bereaksi seperti itu, tetap saja menjijikkan dan bodoh menurut nya.

"Saya punya tiga ratus paun. " Lanjut William setelah kantung itu terbuka, dan menunjukkan isinya. Membuat Baxter tak percaya.

"Kenapa anak kecil sepertimu punya uang sebanyak ini? " Tanya Baxter tak percaya.

"Ini uang yg saya dan sahabat saya kumpulkan dari imbalan jasa konsultasi yg kami berikan kepada orang-orang. " Jawab William, memasukkan tangan nya kedalam tas, akan mengambil satu kantung lain dari dalam tas, di sampingnya, ditengah-tengah Louis dan William.

"Lalu, mengingat kondisi anda saat ini... " William menaruh kantung kulit berisi uang juga diatas meja, "ini tiga ratus paun lagi saya dan sahabat saya pinjamkan kepada Anda secara pribadi. Bukan kah dengan begini, pembangunan bisa dilanjutkan? " Lanjut William diakhiri pertanyaan. Baxter yg melihat itu benar-benar tak percaya, terbukti dengan dia yg sudah berdiri dari duduk, tak percaya. Membuat William dan Louis harus, mau tak mau, mendonga, melihat Baxter. Sebastian yg dari awal, sejak duduk di kursi sofa, tak pernah melihat Baxter. Dia cuek saja, melihat kearah lain.

"Berarti, utang saya pada panti asuhan sudah dianggap lunas dan... Saya meminjam enam ratus paun darimu, kan?" Ujar Baxter diakhiri pertanyaan
"Terima kasih! Saya akan menerima tawaran ini dengan senang hati! Perjanjian nya masih sama dengan yg ku janjikan kepada madam, kan? Lanjut Baxter tampak kegirangan, diakhiri pertanyaan lagi. Sebagai tanda meminta kepastian juga.

" Iya, sama persis dengan surat perjanjian yg anda berikan pada madam. Tenggang pengembalian sampai satu bulan depan. " Jawab William menjelaskan.

"Berarti kita sepakat, mari kita temui notaris sekarang juga! " Balas Baxter bersemangat.

William Sebastian dan Louis, serta Baxter pergi ke tempat Penasihat hukum, Thomas Chamber.

🌱🌱🌱

"Dari enam ratus paun yg kami pinjamkan, ini tiga ratus paun sisanya setelah dikurangi dengan uang dipinjamkan dari madam" Ujar Louis menyerahkan tas berisi enam ratus paun pada Baxter setelah mereka selesai mengurus masalah surat perjanjian.

"Saya pasti akan mengembalikan nya pada tanggal satu bulan depan" Ujar Baxter setelah menerima tas itu. Diakhiri senyuman.

"Baiklah" Balas William tersenyum. "Saya yang akan menyerahkan tiga ratus paun itu pada madam. " Lanjut William tersenyum. Ketiganya pun berbalik arah untuk pergi meninggalkan Baxter. William sempat melirik Baxter sekilas saat ia berbalik. Tampaknya William senang karena umpan ditangkap oleh tikus.

🌱🌱🌱

✨  Edelweiss  ✨[Moriarty the patriot & OC] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang