❤2

601 117 30
                                    

Gue ingetin lagi ya Sehun yang asalnya di sini namanya Gibran, gue ganti jadi Sakti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gue ingetin lagi ya Sehun yang asalnya di sini namanya Gibran, gue ganti jadi Sakti

Wajib VOTE dan COMMENT

°°°

Sakti Titian Valdini, murid yang satu ini memang yang terbengal di kelasnya. Sudah bukan hal yang aneh kalau ia suka asal masuk atau meninggalkan kelas seenak jidat.
Perhatian Yasinta teralih pada pemuda satu itu, bukan karena apa-apa — tapi karena tingkahnya yang seenak jidat.

"Ada yang ditanyakan sebelum saya tutup pembelajaran hari ini?"

Tidak ada murid yang menginterupsi atau mengacungkan tangan. "Baik kalau begitu, pembelajaran hari ini saya akhiri. Selamat pagi semuanya!" Buku literatur sejarah peminatan dan laptop menjadi benda yang dipeluk Yasinta sambil meninggalkan kelas.

"Oh ya..."

Langkahnya terhenti ketika ia teringat sesuatu, "Sakti, ayo ikut ke ruang guru sekarang!" Yasinta mengingatkan agar Sakti ikut dengannya ke ruang guru. "Iya iya." Dengan malas, murid berseragam putih abu itu tercengkat dari kursi dengan gerakan malas. Ia bete setelah Yasinta sadar akan perintahnya, padahal ia sudah senang saat penutupan tadi guru baru itu tak menyinggung soal hal itu lagi. Tapi ternyata ia ingat, itulah yang membuatnya sebal.

"Sakti Titian Valdini, kamu tahu kesalahan kamu apa tadi hmm?"

Merasa tersinggung dengan kelakuan Sakti di kelas tadi, Yasinta duduk dengan lengan terlipat di dadanya. Memandang marah Sakti yang berdiri di hadapannya. "Karna saya gak ada di kelas kan tadi?" Santainya, masih dengan sikapnya yang bodo amat

"Kamu gak diajarin sopan satun apa gimana sih?"

Yasinta tercengkat dari tempat duduknya, ia menggebrak meja karena tingkah laku Sakti yang dianggapnya tidak punya sopan santun. "Kamu udah kelas XII, sebentar lagi kamu lulus. Mau jadi apa kalau kelakuan kamu kek gini hah?"

"Itu gak penting kok buat ibu, saya mau jadi apapun kan bukan urusan ibu."

"Bener-bener keterlaluan kamu."

Beep... beeep...

Kemarahan Yasinta terhenti setelah ponsel miliknya berdering. Rupanya itu dari gurunya Naufal di sekolah. "Oh iya, Nana udah bubar ya sekolahnya?" Sakti jadi dianggurin karena panggilan masuk itu.

"Iya, saya ke sekolahnya Nana sekarang ya bu."

Panggilan terputus, Yasinta menatap kembali Sakti dengan pandang nanarnya lagi. "Hari ini mungkin kamu gak saya kasih hukuman, ini cuma peringatan buat kamu. Kalo kamu ngelakuin hal kek gitu lagi, kamu mending gak usah masuk ke kelas saya lagi dan saya gak akan pernah kasih nilai kamu sampe kamu lulus nanti!" Ancamnya.

"Permisi, saya harus jemput anak saya dulu!"

Yasinta permisi untuk izin meninggalkan sekolah sebentar. Naufal harus ia jemput karena jam sekolahnya sudah bubar. Sakti memperhatikan punggung Yasinta yang meninggalkan ruang tempat ia masih berdiri di sana.

JAHE MERAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang