❤1

1.2K 148 15
                                    

Nama Sehun asalnya Gibran tapi gue ganti jadi Sakti biar lebih gampang diinget wkwkwk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nama Sehun asalnya Gibran tapi gue ganti jadi Sakti biar lebih gampang diinget wkwkwk

Area wajib VOTE dan COMMENT

°°°

"Nana, kamu udah belum mandinya?"

"Nana?"

Rutinitas pagi yang selalu terjadi setiap hari. Yasinta, ibu muda satu anak yang selalu dibuat pusing oleh putra semata wayangnya. "Nana..." Yasinta berjalan menuju pintu kamar mandi di mana Naufal sedang di dalam Karena terus-menerus tak ada jawaban dari bocah itu.

"Astaga... Naufal!!!"

Geram sang ibu karena melihat baju dan celana kotor milik Naufal berserakan di lantai. "NANA BUNDA KAN UDAH BILANG KALAU CUCIAN TUH GAK BOLEH ACAK-ACAKAN KEK GINI, MASUKKIN KEK TEMPAT CUCIAN!!!" Yasinta marah karena sudah berapa kali Naufal diperingatkan agar tertib sebelum mandi, bocah tujuh tahun itu seolah tak mendengar dan membuatnya geram. Ia jadi memunguti satu per satu pakaian kotor Naufal.

"Aaah segeer..."

Santai si bocah sambil keluar dari kamar mandi. Sementara Yasinta berdiri melipat kedua lengannya melotot. "Kamu kok gak denger bunda sih, Nana kalo cucian tuh simpen ke keranjang jangan asal buka terus kamu tinggalin gitu aja."

"Hehehehe..." Naufal cengengesan sambil menggaruk rambut belakang.

"Maaf ya bunda, abisnya tadi Nana buru-buru takut kesiangan ke sekolah."

"Hish... ya udah sana pake baju, abis itu sarapan. Entar bunda anter ke sekolah sekalian bunda kerja."

"Oke siap komandan!"

Enteng sekali memang mulutnya berkata, namanya juga Naufal. Ia lompat-lompat sampai masuk ke kamar. "Nana... awas kepeleset... awas itu handuk kamu melorot!" Yasinta ngilu melihat Naufal yang lompat-lompat hanya bermodalkan handuk yang melilit di pinggang. Kalau jatuh dan terleset kan berabe urusannya, belalainya Naufal nanti sakit.

"Aduuhh... tuh bocah emang ada aja kelakuannya."

Yasinta berkacak pinggang dan geleng-geleng kepala karena kelakuan bocah laki-laki itu. "Tuh kan lupa, belum nyajiin sarapan di meja kan." Akibat kelakuan Naufal, Yasinta jadi lupa akan hal yang seharusnya ia lakukan — menaruh masakannya yang sudah jadi di atas meja makan.

"Halo bunda... Nana udah ganteng nih!"

Dengan seragam putih merahnya, Naufal keluar dari kamar. Berkacak pinggang dan sok ganteng padahal mukanya cemong oleh bedak. "Muka kamu cemong banget sih Na, sini bunda benerin!" Ibu satu anak yang tadinya kesal dengan kelakuan Naufal, kini berbalik gemas. Tetap saja Naufal itu masih bocah, melihat wajahnya yang cemong dengan bedak Yasinta rasa ia harus memperbaiki penampilan Naufal.

"Nah gini baru ganteng!" Jempol tangannya teracung.

"Ayo makan dulu!"

Naufal dan Yasinta memang cuma tinggal berdua, kadang ada pocoan alias pembantu yang datang pagi pulang sore untuk membersihkan rumah. Sebelumnya memang terasa mudah bagi janda satu anak ini untuk mengerjakannya sendiri, tapi seiring ia yang mulai bekerja pasca menjadi orang tua tunggal untuk Naufal. Kadang ia keteteran dan memutuskan untuk memperkerjakan pocoan di rumah.

JAHE MERAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang