❤9

353 101 26
                                    

Area wajib VOTE dan COMMENT

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Area wajib VOTE dan COMMENT

Spam comment pokoknya bebaslah

VOTE/COMMENT sepi gak akan lanjut!

°°°

"Kamu yakin mau pulang aja, Sakti?"

Di hari yang sudah sore, Sakti malah pamit minta pulang ke rumah saja. "Iya, saya gak enak terus ngerepotin ibu di sini." Meski hati Sakti lebih berbunga-bunga di sini, pemuda itu berpikir kurang enak juga jika terus berada di rumah Yasinta. Apalagi dari semalam ia belum menginjakkan kaki di rumah lagi setelah memberontak dan pergi ketika kedua orang tuanya berselisih.

"Entar makin dicariin sama orang rumah, mau ibu disangka nyulik saya?"

"Hah... ada-ada aja sih kamu, kapan saya punya niatan nyulik kamu?" Dahi Yasinta berkerut dengan bibirnya yang tipis bersuara tawa.

Sakti pun mengulas bibir yang tersenyum tipis. "Kalau nyulik minta tebusan sih enggak, tapi kalau nyulik perasaan kayaknya iya." Satu gombalan maut keluar lagi dari mulutnya.

"Iih Sakti... diem gak?!"

"Kenapa?"

"Terpesona ya?" Sakti menukikkan sebelah alisnya.

"Iihh..." Yasinta sebal, kenapa Sakti jadi menggodanya di saat seperti ini.

"Daripada jantung ibu makin gak karuan, saya pulang deh ya. Makasih buat semuanya, bu Yasinta." Sakti menarik ke atas resleting jaket kulitnya. Ia juga membawa helm full-face hitam miliknya di atas rak sepatu.

"Eh Sakti..." Tahan Yasinta.

"Kenapa?" Sakti mengurungkan niat memasang helm di kepala.

"Itu..." Yasinta menunjuk wajah Sakti yang masih penuh lebam, "Jangan lupa muka sama badan kamu dikasih salep!" Ternyata ia mengingatkan Sakti supaya terus mengobati luka bekas pukulan para anggota geng motor di wajah dan bagian tubuhnya yang lain.

"Tenang... inget kok!"

Sakti melanjutkan aktivitasnya yang tengah memasang helm di kepala. "Nana masih maen sepeda ya?" Saat Sakti pamit, Naufal kebetulan sedang tidak ada di rumah — bocah itu sedang bermain sepeda keliling komplek bersama teman-teman anak kompleknya yang lain.

"Titip salam aja sama Nana ya bu, bang Sakti pulang dulu!"

"Oke, nanti dibilangin!"

"Makasih bu Yasinta, sampai ketemu lagi!"

Sakti benar-benar meninggalkan rumah kediaman Yasinta. Pemuda itu menyalakan mesin motornya. Oh ya soal motor Sakti yang bisa di rumah Yasinta, wanita itu menyuruh kenalannya membawa motor Sakti sampai di rumah — makanya Sakti bisa pulang memakai sepeda motornya lagi.

JAHE MERAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang