❤26

266 82 44
                                    

WAJIB TEKAN ☆ DI POJOK KIRI BAWAH

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

WAJIB TEKAN ☆ DI POJOK KIRI BAWAH

WAJIB VOTE DAN COMMENT POKOKNYA!

SPAM COMMENT

LAGI SERU MASA DIEM-DIEM BAE

HARGAIN AUTHOR YANG NULIS

°°°

Apa lagi sekarang, Yasinta memutuskannya secara sepihak? Sakti gemas sendiri dengan kelakuan Yasinta akhir-akhir ini. Setibanya di sekolah, kebetulan ia bertemu dengan Yasinta yang juga keluar dari mobil dan berjalan di tujuan yang sama. Segera saja Sakti mengejar dan menepuk pundakny dari belakang.

"Yas, apa maksud chat WA kamu yang kemaren?" Geram Sakti, tak terima Yasinta minta putus.

"Ya itu, kita gak bisa terus sama-sama."

"Terlalu bahaya, situasi kita bisa ngancem diri kita masing-masing."

"Tapi gak harus sampe putus juga kan Yas, kita bisa cari jalan lain tanpa kita harus pisah, iya kan?"

Tak mau sang kekasih melepaskan diri darinya, Sakti sampai menggenggam tangan Yasinta padahal ini di hadapan publik. "Yas..." Sakti menatap Yasinta tajam dan lurus. "Tolong jangan nyerah dulu, tolong jangan bilang kita harus putus."

"Sakti, tolong jangan kek gini, ini di hadapan banyak orang!"

Yasinta menghempas genggaman tangan Sakti dengan mengibas tangannya. "Masa bodo Yas, kalo semua tahu aku gak peduli. Biar aja semua tahu kalo aku sama kamu itu saling mencintai!" Sakti muak, ia tak peduli lagi jika hubungan guru dan murid ini terbongkar sampai diketahui banyak pihak.

"Enggak, ini demi kebaikan kamu!"

Yasinta pergi mempercepat langkahnya, "Hei... Yas..." Ingin Sakti mengejar Yasinta. Sungguh ia butuh kejelasan untuk saat ini.

Kenapa setega itu Yasinta padanya, apa tidak ada jalan lain selain putus. Sungguh Sakti ingin menanyakan soal itu. "Hai Kak Sakti!" Tapi tiba-tiba ia dicegat perempuan berseragam sama dengannya. Siapa lagi kalau bukan Jihan Wulandari, gadis yang sempat merana dan tertekan karena hal buruk yang menimpanya. Tapi hari ini gadis itu tersenyum seolah kejadian waktu itu tak pernah terjadi.

"Jihan?"

Jihan menepuk punggung Sakti, pemuda itu menoleh dan melihat senyum manis dari gadis yang merupakan adik kelasnya itu. "Han, kamu ceria banget. Udah sembuh dari..."

"Iya kak, aku kayak orang gila waktu itu."

"Goblok banget sih sampe mau suicide tanpa mikir apa yang bakal kejadian ke depannya."

"Aku bener-bener goblok waktu itu."

"Terus sekarang?"

"Aku jalanin terapi biar ga trauma, masih rutin aku ikutin. Dan aku tetep berusaha ceria, aku pengen lupain soal kejadian waktu itu."

JAHE MERAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang