❤25

272 80 39
                                    

AREA WAJIB VOTE/COMMENT

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

AREA WAJIB VOTE/COMMENT

HARUS SPAM COMMENT GA MAU TAU

°°°

Siapa yang bertanya soal hati Yasinta melihat kekasihnya memeluk gadis lain, tentu saja ia merasa terbakar juga. Tapi, baginya ini bukan waktu yang tepat bahkan bukan alasan yang tepat untuk terbakar api cemburu. Yasinta menghela nafas, berusaha bersikap profesional di depan Jihan juga Sakti yang sempat memeluk gadis yang hampir meregang nyawa, melompat dari atas gedung itu.

"Udah baikan, Jihan?"

Yasinta tetap menampakkan wajah yang tersenyum. Walau manis di depan Jihan, Sakti bisa melihat ada api yang membakar yang tersulut di bola mata kekasihnya. "Ini ada teh hangat biar kamu sedikit lebih tenang dan hangat." Yasinta memberikan gelas isi teh hangatnnya ke tangan Jihan.

"M-makasih Bu Yasinta, maaf saya jadi merepotkan ibu dan Kak Sakti."

"Gak apa-apa." Yasinta berekspresi ramah.

Yasinta pun duduk menaiki ranjang, mengusapi punggung Jihan. "Tenang ya, kalau ada masalah yang benar-benar serius," Sedikit Sakti merasa tak enak karena tadi ia memeluk Jihan di depan Yasinta. "Jangan sampe nekat, apapun masalahnya dan sebesar apapun pasti ada jalan keluarnya."

"Iya, Jihan minta maaf ya bu..."

"Gak apa-apa sayang, sekarang kamu tenangin aja dulu baru kita bisa cerita secara baik-baik, ya!" Lembut Yasinta memperlakukan salah satu anak didiknya di sekolah.

"Oh ya, kamu pulang sekolah sama siapa?"

"Biasa dijemput sama supir bu, tapi belum kasih kabar untuk hari ini."

"Kalo gitu, hari ini ibu yang anter ya!"

"Enggak usah, nanti saya malah ngerepotin."

Jihan merasa tidak enak karena terus merepotkan Yasinta. "Enggak apa-apa kok, kamu lagi dalam kondisi labil. Kalo dibiarin sendirian nanti malah buyar dan kacau lagi."

"M-makasih bu."

Meski awalnya mengelak, Jihan tetap diantar Yasinta sampai di rumahnya. Tentu saja tidak sendiri, ada Sakti yang mengemudikan mobil agar sampai di rumah kediaman keluarga Jihan. Sampai Jihan pergi turun dari mobil, suasana dingin dan canggung di antara Sakti dan Yasinta terjadi.

"Kamu marah karena aku peluk Jihan, Yas?"

Di antara suasana canggung dan diam dua insan ini, Sakti lah yang memulai kembali percakapan. "Siapa yang marah, aku biasa aja kok." Meski begitu, Yasinta tetap terdengar mencelos walau ia berkata ia baik-baik saja.

"Jangan kayak cewek yang lain dong, jujur aja Yas..."

"Enggak," Yasinta mendelik, tetap saja ia cemburu meski berusaha baik-baik saja.

JAHE MERAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang