❤17

298 97 38
                                    

AREA WAJIB VOTE DAN COMMENT

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

AREA WAJIB VOTE DAN COMMENT

SPAM COMMENT

SIAPA TAHU UPDATE CEPET LAGI

°°°

Sudah tuntas pelajaran di sekolah untuk hari ini, Sakti sudah menggendong tas ransel di punggung sambil menuruni anak tangga dan berjalan di lorong bawah. "Eh Sakti tunggu!"
Lewat ruang konseling, Sakti dicegat guru spesialis konselingnya di sekolah.

"Iya pak, ada apa?"

"Bisa kita bicara sebentar?"

Sakti bergerenyit, "Ada apa ya pak?"

"Kamu ikut ke ruangan saya sebentar ya!"

Sakri diajak masuk ke ruang konseling, bukan ruangan yang asing untuknya sebenarnya. Sakti sering ke sini karena ulah kebadungannya. Tapi, aneh saja tiba-tiba ia dibawa masuk ke sini. "Silakan duduk, Sakti!"

"Oh iya pak." Sakti menarik kursi, duduk berhadapan dengan guru konseling.

"Kebetulan saya ketemu kamu, ini saya punya surat untuk kedua orang tua kamu."

Dahi Sakti bergerenyit, lho kenapa ia dihadiahi surat dari guru bimbingan konseling. "Sebentar pak, memang saya melakukan kesalahan lagi ya?"

Guru di depannya menggeleng dan tersenyum, "Tidak Sakti, bukan seperti itu." Kerutan di dahi Sakti bertambah cabang.

"Berikan saja suratnya sama papa mama kamu."

"Ah iya baik pak."

"Silakan, kamu boleh pulang sekarang."

Hati Sakti terus bertanya, ada apa sebenarnya ini. Kenapa sampai guru konseling memberinya surat kalau ia tak membuat kesalahan. Sakti sudah biasa dapat surat cinta dari guru BK — tapi bukankah akhir-akhir ini Sakti sedang tidak berbuat macam-macam ya. Apa boleh buat, Sakti kantongi saja suratnya ke dalam tas ranselnya.

"Sakti pulang ma..."

Sakti sudah tiba menginjakkan kaki di rumah, kebetulan sang mama ada di rumah juga saat itu. "Tumben kamu jam segini udah pulang, gak keluyuran?"

"Anaknya pulang cepet kok malah ditanya gak keluyuran sih ma."

"Kan mama cuma tanya, Sakti."

Ah hampir lupa, Sakti membuka resleting tasnya. "Ma, Sakti dapet surat nih dari guru BK." Sakti berikan surat pemberian guru konseling ke tangan mama.

"Lho, kamu berulah lagi di sekolah?"

Sakti menggeleng, "Enggak."

"Terus kenapa guru BK ngasih kamu surat?"

"Sakti juga gak tahu, mending mama baca dulu."

Mama dari Sakti membuka isi amplop berkop almamater sekolah Sakti, "Lho Sak, ya ampun ini rekomendasi dari sekolah kamu."

JAHE MERAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang