❤3

566 114 17
                                    

Area WAJIB VOTE dan COMMENT

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Area WAJIB VOTE dan COMMENT

°°°

Lepas malam, Sakti baru kembali ke rumah setelah keluyuran entah ke mana. "Kamu dari mana lagi sih Sakti?" Kelakuan pemuda yang satu ini bukan hanya meresahkan guru di sekolah, Sakti juga membuat keluarganya hanya mampu mengelus dada dengan kelakuan bengal pemuda satu ini.

"Tumben papa sama mama nanya, biasanya mana peduliin Sakti."

Perangainya memang cuek dan tidak bersahabat, Sakti bisa membuat darah orang naik hanya karena kata-kata dari mulutnya. "Kamu gak boleh gitu sama mama kamu, Sakti. Kenapa sih kamu tuh gak bisa jadi anak baik yang papa sama mama harapin?" Sang papa sudah tidak tahan untuk meluapkan kemarahannya.

"Mama sama papa juga gak bisa jadi orang tua yang Sakti harepin. Kenapa sih?"

"Kamu ini keterlaluan... mama sama papa pengen sekolahin kamu jadi orang sukses, masuk universitas negeri. Kamu bentar lagi lulus Sakti!"

"Cih..."

Sakti mendengus, bukan mendengar apa kata papanya hati kecilnya lebih suka memberontak dalam penolakan. "Mulai besok, kamu ikut bimbel intensif ya. Papa udah daftarin kamu ke sana, pokoknya kamu harus berhasil kuliah di PTN. Gak ada nganggur-nganggur atau cuma jadi beban buat keluarga!" Tegas papa.

"Iya.. iya terserah deh!"

Muak, Sakti memilih masuk ke kamarnya. Menjatuhkan diri di ranjang kasur miliknya lalu mendesah gusar. "Haahh... orang-orang sibuk kek gitu mana mau ngertiin gue, yang ada mereka cuma urus kerjaannya doang." Ada satu kebiasaan Sakti kalau sedang merenung sendiri di kamar.

Ia suka sekali melempar bola tenis ke dinding. Memantulkannya hingga tertangkap di tangannya lalu melemparkannya lagi, begitu seterusnya. "Pemikiran orang idealis selalu aja tentang murid yang sukses itu yang masuk ke universitas negeri lewat jalur undangan atau tes tulis. Kolot banget." Dalam kesendiriannya, Sakti selalu mengkritik kehidupan orang-orang di sekitar yang menurutnya terlalu mencari kehidupan yang paling sempurna.

Termasuk orang tuanya, Sakti merasa tidak diperhatikan oleh papa dan mama yang sibuk sendiri dengan pekerjaannya. Papa Sakti adalah seorang wiraswasta yang punya perusahaan teknologi, sedangkan mamanya sibuk sana-sini menjadi sosialita bersama teman-temannya. Sakti haus kasih sayang orang tuanya, ia memberontak demi mencari perhatian.

Tapi, yang ia dapat hanya tekanan dan tuntutan untuk jadi anak yang sempurna. Orang tua Sakti sangat berharap agar putra mereka diterima di universitas negeri favorit yang nilai dan gengsinya tinggi. Jelas Sakti malah semakin memberontak dan membelot dari keinginan orang tuanya.

"Diktator, gue selalu merasa gue didikte sama bokap nyokap gue. Mana ada yang ngertiin keinginan gue dari dari kecil."

Sakti menutup matanya dengan lengannya sendiri. Ia meringis dan menitikan air matanya, ia meluapkan sendiri penderitaan dari tekanan yang ia hadapi. "Gue selalu dituntut sempurna dari kecil, apa sih yang mereka mau?"

JAHE MERAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang