[01]

11.1K 479 3
                                    

Irama musik mulai terdengar nyaring di semua penjuru halaman sekolah, siapa lagi kalau bukan Asyana Viola Ganlades. Gadis yang sering berbuat onar, para guru-guru yang berada di sana sudah berteriak-teriak untuk menghentikan musik gila dari Asya, namun gadis itu tetap tidak mendengarkan ocehan-ocehan gurunya itu, dia menganggap teriakan itu adalah angin lewat.

“ASYANA VIOLA GANLADES! HENTIKAN MUSIKNYA!” Suara nyaring Bu Talia mampu menghentikan musik yang dibawakan Asya.

Dia menoleh dan kaget saat melihat Bu Talia yang dipenuhi Api amarah. Asya cengengesan sambil memperhatikan sekelilingnya.

“Ada apa ya Bu?” tanya Asya bego.

Bu Talia menepuk jidatnya. “Kamu tanya apa? Kamu nggak lihat, kamu itu mengganggu orang yang sedang belajar Asya!” teriak Bu Talia mengepalkan tangannya.

“Saya tidak mengganggu kok, saya cuma dengerin mus---.”

“Tapi musiknya kegedean!” celetuk Trisna berteriak.

Sedari tadi Trisna berusaha menghentikan musik dari handphone Asya. Namun dia tetap saja tidak mendengarkan, jadi Trisna hanya bisa menonton saja apa yang diperbuat oleh temannya itu.

Asya menaikan satu alisnya. “Masalah Bu?”

Bu Talia melotot. Masa Asya tidak mengerti-mengerti apa yang Bu Talia katakan. “Udah deh, dari pada kamu nyalain musik gede-gede. Mending kamu pulang, jujur Ibu sangat lelah, entah itu ngajarin kamu di kelas, atau pun di luar kelas.” Bu Talia angkat tangan karena sudah tidak kuat untuk mengajari murid nakal seperti Asya.

“Iklan SGM ya Bu, pake angkat-angkat tangan segala,” celetuk Asya membuat Bu Talia makin naik darah.

Trisna yang tau situasi pun segera menarik tangan Asya agar pergi dari amukan Bu Talia. Trisna mengantarkan Asya sampai gerbang sekolahan.

“Pulang gih, nanti-nanti kalau lo nggak niat belajar. Jangan sekolah, bikin ribet orang. Tau nggak,” ketus Trisna meninggalkan Asya yang sedang mematung di tempatnya.

“Yehhh, hak gue dong. Mau sekolah kek, mau kagak kek, kenapa lo yang ribet. Huh!” seru Asya menaiki motor sport nya yang baru dibelikan kemarin lusa.

Asya menjalankan motornya dengan kecepatan tinggi membuat semua orang mengsumpah-serapahi dirinya. Sesampainya di rumah, Asya sudah disambut oleh kedua orang tuanya.

Asya berjalan mendekati kedua orang tuanya dengan tatapan bingung. Gerald. Papah Asya mendekatinya. “Asya apa yang kali ini kamu lakukan!” bentak Gerald menatap tajam kepada putri semata wayangnya.

“Asya nggak ngelakuin apa-apa,” jawab Asya dengan entengnya.

Syifanya. Mamah Asya hanya bisa diam melihat anak dan Papahnya selalu bertengkar, jujur dia tidak tega melihat Asya menjadi anak pembangkang seperti ini. Namun apa daya Syifanya yang hanya bisa mengikuti arahan suaminya.

Asya mulai berjalan menuju kamarnya. Namun baru saja tiga langkah tiba-tiba Gerald menyuruhnya untuk berhenti.

“Asya. Papah akan masukkan kamu ke pesantren!”

Deg

WHAT!”

Asya mematung. Pesantren adalah tempat yang dibenci oleh Asya, karena disana dia tidak akan bebas seperti sekarang ini. Tujuan Gerald ingin memasukkannya ke pesantren. Supaya Asya tahu tentang tatakrama dan kesopanan terhadap orang tua, dan Gerald ingin mempunyai anak yang Solehah. Bukan anak pembangkang seperti Asya yang sekarang.

Asya menuruni tangga. “Nggak Pah, aku nggak mau masuk pesantren. Pasti disana aku nggak bisa main, terus nggak----.”

“Semua fasilitas yang Papah berikan. Akan Papah cabut, dan kamu akan masuk pesantren. Disana tidak boleh membawa barang elektronik!” tegas Gerald yang membuat Asya bungkam.

Adam, Ajari Aku Hijrah. [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang