[22]

5.3K 297 0
                                    

Jam dinding di rumahnya kini sudah menunjukkan pukul 01 : 45 pm. Berarti sekarang sudah lewat tengah malam. Hati Adam terasa gusar setelah melihat pesan dari Trisna 12 menit yang lalu, jujur ia masih gelisah, takut terjadi sesuatu kepada istrinya yang sedang berduaan dengan lelaki lain di apartemen orang itu.

Dengan tekad yang kuat, Adam membuka pintu rumahnya dan mengeluarkan mobil hitamnya di bagasi mobil. Menaiki mobilnya dengan tergesa-gesa, ia tidak peduli bahwa sekarang adalah tengah malam, waktu orang-orang beristirahat. Yang terpenting sekarang adalah istrinya, Asyana.

Sekian lamanya di perjalanan. Akhirnya Adam pun sampai ke apartemen yang dituju, apartemen terkenal di kota Jakarta. Adam terdiam sejenak, memperhatikan bangunan kokoh yang berada dihadapannya tanpa mengeluarkan suara.

Kaki jenjangnya berjalan memasuki apartemen tersebut. "Assalamualaikum."

Satpam yang berjaga di depan apartemen itu pun menoleh, menghampiri Adam dengan wajah kebingungan. "Wa'alaikumsalam, loh. Siapa ya?"

Tampaknya satpam itu tidak mengenali Adam, sebab ini baru pertama kalinya ia melihat orang yang datang ke apartemen majikannya dengan ucapan salam yang terkesan sopan.

Adam menundukkan kepalanya pelan, layaknya memberi hormat kepada orang tua. "Maaf, saya mau bertanya. Apa benar ini apartemen Argoard?"

"Iya betul, ada apa memangnya? Mau bertemu dengan Tuan Argoard? Sayang sekali. Tuan Argoard dan Nyonya Ellyana sedang liburan ke Singapura. Mereka tidak ada di apartemen ini."

Adam menggeleng-gelengkan kepalanya. "B-bukan Pak, bukan Tuan Argoard yang saya cari. Tapi anaknya. Bersama seorang wanita yang dibawanya satu jam yang lalu."

Raut wajah Pak satpam itu kian berubah setelah mendengar ucapan Adam. Tentu ia kaget karena Adam bisa mengetahuinya, kalau majikannya itu membawa seorang wanita ke dalam apartemennya malam-malam seperti ini.

"Sebentar ya, saya telpon dulu Tuan mudanya." Pak satpam itu mengikis jarak antara dirinya dengan Adam. Meninggalkan Adam yang menganggukkan kepalanya, seraya melihat-lihat setiap inci apartemen yang berada di hadapannya.

Tidak lama kemudian Pak satpam itupun berjalan mendekati Adam. "Ayo Pak, saya antar ke ruang apartemen Tuan muda."

Adam menuruti perintahnya, berjalan memsuki besar yang baru saja ia amati. Kakinya berhenti, tepat di dekat kursi yang sedang Nazar dan Asya duduki.

"Tuan muda, orang yang mencari anda ada dibelakang." Lapor Pak satpam tersebut menunjukan Adam menggunakan ibu jarinya, sopan.

Nazar menoleh, tanpa beranjak dari duduknya. "Ouh dia, mau apa?" tanyanya to the point.

Adam berdehem pelan. Melihat istrinya yang terlelap di atas paha Nazar membuat hatinya memanas. Apalagi melihat Asya yang melepas hijabnya dengan rambut terurai, dan yang lebih parahnya lagi, Nazar mengelus-elus puncak kepalanya, membuat Adam semakin cemburu dibuatnya.

Mengetahui perubahan raut wajah Adam, Nazar pun menghentikan elusannya. "Lo suaminya Asya?"

Adam menghela nafas panjang. "Tanpa menjawab pertanyaan anda pun, anda sudah mengetahui siapa saya sebenarnya, dan dengan tujuan apa saya datang ke sini tengah malam seperti ini."

Nazar mendengkus, menatap Adam sinis. "Ya ... ya ... gue tau niat lo kesini cuma mau jemput Asya 'kan? Tapi sayang, dia ketiduran dipangkuan gue."

Adam menyeringai, berjalan mendekati Nazar, menatap wajah tenang Asya yang kini sedang terlelap di atas bahu Nazar. "Mudah untuk saya membawa istri saya pulang."

"Permisi," ucap Adam seraya mengambil alih tubuh Asya.

Dan sekarang Asya berada di pangkuan Adam. Membopong tubuh istrinya pelan-pelan. Matanya mendelik tajam ke arah Nazar. "Terimakasih sudah menolong istri saya, dan tolong. Jangan bilang kepada Asya, kalau kita pernah kenal sebelumnya."

Nazar berdecih pelan. "Nggak diingetin pun gue tau, karena lo, adalah musuh bisnis Papah gue."

Adam tersenyum tipis, sambil menjawab. "Kita tidak bermusuhan, hanya saja ada kesalahan teknis dalam mengerjakan suatu pekerjaan."

"Apalagi saat meeting kemarin," sambung Adam keluar dari apartemen. Meninggalkan Nazar yang mengepalkan tangannya kesal.

Memang keduanya sudah saling kenal saat meeting bisnis mereka berjalan. Tetapi tidak berselang lama, karena seseorang melaporkan perusahaan yang dipegang Argoard telah melakukan kesalahan dalam perekonomian, hal itu menyebabkan kedua perusahaan itu bertengkar hingga perusahaan Argoard dan perusahaan Ganlades group bersepakat untuk membatalkan bisnisnya dengan kerugian dana yang cukup besar.

Dan hal itu juga yang mampu membuat Nazar membenci Adam. Karena Nazar adalah menerus Argoard grup, yang nantinya akan berkerjasama kembali dengan Ganlades group, yang dikuasai oleh Adam sebagai bos menerus Ganlades --- menantu satu-satunya dikeluarga Ganlades group.

"Adam sialan," umpat Nazar membuang nafasnya kasar.

_____________________________________

Bersambung ...

Adam, Ajari Aku Hijrah. [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang