[26]

5.5K 288 2
                                    

Lama berbincang-bincang dengan Adam membuat Asya kelelahan mulut. Ia meminum jus mangga kesukaannya dan duduk di sebelah Adam yang sedang merapihkan peralatan kerjanya, seperti laptop, berkas-berkas, dan lain sebagainya.

Asya mengetuk-ngetuk dagunya berpikir. “Bukannya sekarang weekend ya? Kenapa kamu masih kerja? Mana kelihatannya banyak banget lagi.”

Adam yang mendengar komentaran Asya pun menoleh, ia meletakkan semua berkas-berkasnya dan merenggangkan kedua tangannya, yang terasa pegal. “Saya hanya memeriksa saja. Lagipula di rumah tidak ada pekerjaan lain, daripada menonton dan bersantai-santai gabut. Mending mencari kesibukan yang dapat menguntungkan.”

Asya mengerucutkan bibirnya ke bawah. “Tapi 'kan, ini hari libur, emang kamu nggak mau ngajak aku jalan-jalan gitu ... mumpung libur.”

“Kode nih, minta di ajak jalan-jalan." Goda Adam tertawa terbahak-bahak.

Asya mencubit perut Adam dengan mata yang dilebarkan, melotot galak. “Bukan ngode ihh, aku cuma bilang. Nggak mau ngajak aku jalan-jalan gitu? Gitu doang issttt ... nyebelin.”

Adam menghentikan tawanya. Membereskan peralatan kerjanya dan membawanya ke ruang kerja pribadinya. Asya menatap punggung Adam yang kian menjauh dengan tatapan sebal, ia mencibir di dalam hati. Ingin sekali berteriak mengajak Adam keluar rumah. Tetapi ia malu mengungkapkan semua keinginannya itu. Jujur saja, Asya masih canggung dengan Adam yang kini berstatus sebagai suaminya.

'Dasar nggak pekaan' ---- batin Asya.

Wanita itu kembali mendudukkan tubuhnya di sofa, memainkan handphonenya yang hanya menampilkan foto-fotonya saja. Asya hanya bolak-balik antara aplikasi Instagram dan WhatsApp. Tetapi tetap sepi, bahkan ia berharap Trisna menelponnya dan mengajaknya bermain.

Adam keluar dari ruang kerjanya, tersenyum tipis melihat istrinya yang malas-malasan bermain handphone. Sesekali ia terkekeh melihat bibir istrinya yang manyun-manyun tidak jelas, lalu mencibir tentangnya.

“Asya ... Asya, kalau memang mau jalan-jalan, kenapa nggak minta?” celetuk Adam mengalungkan tangannya di leher Asya.

Kepalanya ia letakkan di bahu istrinya, melihat tangan Asya yang mengeratkan genggaman tangannya di handphonenya. Asya memejamkan matanya, sial. Dia tertangkap basah oleh suaminya saat ini.

Asya mengigit bibir bawahnya gugup, berpikir keras untuk mengelak keinginan tadi. “A-aku ...”

“Udah mandi 'kan, ganti baju gih. Saya tunggu di depan rumah.” Adam melepaskan pelukannya. Berjalan ke arah teras rumahnya, guna menunggu istrinya berdandan.

Asya langsung meloncat dari sofa. Bersorak gembira, layaknya monyet yang baru saja keluar dari kurungannya. Adam yang melihat istrinya kelewat senang pun hanya bisa tertawa terbahak-bahak.

****

“Kamu mau ngajakin aku jalan-jalan kemana, Dam?” tanya Asya setelah memasuki mobil hitamnya yang dikendarai oleh suaminya — Adam.

“Kemanapun yang kamu suka,” jawab Adam tersenyum ke arah Asya.

Bagaimana perasaan Asya hari ini? Sangat bahagia, malahan saking bahagianya ia tidak bisa berkata-kata lagi sedari tadi selain menanyakan, kapan kita sampai ditempat tujuan?

“Tunggu, tunggu. Bukannya ... itu Trisna ya?” tanya Asya tidak sengaja melihat Trisna yang sedang tertawa terbahak-bahak di taman bermain anak-anak dengan seorang laki-laki yang tidak Asya kenali.

“Iya Trisna, dan ... siapa lelaki yang bersamanya itu? Kamu kenal, Sya?” tanya Adam balik.

Asya memutar bola matanya jengah. “Ya nggak lah, ketemu dia aja jarang. Gimana mau tau siapa yang dekat dengannya selama ini, aneh deh.”

“Ya kali aja gitu.” Adam menyengir kuda. “Kayaknya ada yang bakalan nyusulin kita nih.”

“Nyusul?” beo Asya pelan. “Nyusul apaan?”

“Nyusul nikah, lihat aja tuh. Dari kejauhan aja udah kelihatan mereka tuh kayak orang pacaran. Besar kemungkinan kalau mereka memang menjalin hubungan, dan segera menyusul kita menjadi keluarga.”

Asya menggeleng-gelengkan kepalanya. “Kamu ini. Tapi, bener juga sih. Lagian Trisna juga udah tua, udah saatnya dia nikah.”

Adam menganggukkan kepalanya, membenarkan. “Loh, kenapa malah ngomongin mereka berdua? Bukannya kita mau jalan-jalan ya?”

Asya mengerjap-ngerjapkan matanya, merasa teringatkan oleh Adam. “Ehh iya, bukannya kita mau jalan-jalan. Kenapa harus berhenti disini? Ayo maju.”

Ketika Adam ingin menancapkan gas. Asya memegangi tangan Adam agar berhenti. “Nggak jadi ke danau deh, mending ke taman aja. Samperin Trisna sama tuh cowok, sekalian mau tau juga, siapa sih laki-laki yang mau sama cewek jadi-jadian kayak Trisna?”

Adam menghela napas panjang. “Jadi yang bener kemana nih? Danau atau taman?”

“Yang bener mah cintaku padamu, Dam,” jawab Asya ngasal.

Adam terkekeh kecil, mengacak rambut istrinya gemas. “Kamu ini, bisa saja. Saya tanya serius loh ini, mau ke danau atau ke taman?”

“Taman aja deh, ke danau lain kali aja. Atau nggak weekend lusa aja. Biar romantis,” jawabnya diiringi dengan cengiran malu-malu.

______________________________________

Bersambung ...

Adam, Ajari Aku Hijrah. [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang