[24]

5.5K 322 1
                                    

Malam pun sudah tiba. Asya hanya duduk manis di sofa ruang kerja suaminya, menunggunya kedatangan suaminya yang belum pulang bekerja, mungkin lembur. Asya menggeleng-gelengkan kepalanya, berharap ia bisa menahan kantuknya malam ini.

Jam dinding yang berada di atas lemari berwarna cokelat itu telah menunjukkan pukul 22:45. Berarti sebentar lagi akan pas jam sepuluh malam. Asya menguap dan meletakkan kepalanya di atas meja kerja suaminya, menatap pintu ruangan itu yang terbuka lebar.

“Adam kemana aja sih? Lama banget pulangnya ... hoammm.” Asya sudah mengantuk berat.

Ia berjalan ke arah ruang keluarga, menunggunya disana, sembari menonton televisi yang membuat kantuknya sedikit tertunda. Namun tetap saja, Asya tidak bisa menahannya sehingga ia ketiduran di atas karpet dengan televisi yang menyala.

Asya terlelap hingga tak menyadari kedatangan Adam yang baru saja pulang dari kantornya. Adam membukakan pintu rumahnya pelan-pelan, menyusuri setiap inci rumahnya, mencari kehadiran istrinya yang tidak terlihat batang hidungnya ada dimana.

“Assalamualaikum ... Sya! Asya!” teriak Adam berjalan ke ruang keluarga.

“Astaghfirullah ... Asya!” pekik Adam kaget, melihat istrinya yang tergeletak di bawah sofa dengan tangan yang masih memegangi remote tv.

Menyadari seseorang memanggilnya, Asya pun membuka matanya secara perlahan. Ia tersenyum ketika melihat Adam yang sudah pulang dengan wajah yang tampak mengkhawatirkannya.

“Ehh ... Dam, kamu udah pulang?” tanya Asya sembari mengumpulkan kesadarannya.

Adam mengusap kepala Asya. “Seperti yang kamu lihat, saya ada disini. Berarti saya sudah pulang. Maaf, sudah menungguku lama sampai kamu ketiduran seperti ini.”

Asya tersenyum tipis. “Nggak papa, kok. Itu 'kan udah jadi kewajiban aku buat nungguin kamu pulang kerja.”

“Sini deketan, aku lepasin dasinya. Kamu pasti capek 'kan?” Asya melepaskan dasi hitam yang melilit leher suaminya. Lalu setelah itu, ia mulai membuka jas hitamnya dan membawa koper suaminya ke ruangan khusus untuk suaminya bekerja di rumah.

Adam tersenyum simpul, sejauh ini Adam bersyukur memiliki istri seperti Asya. Meskipun dulunya Asya selalu mengacuhkannya ia masih tetap bersyukur, karena perubahan Asya mampu merubah hati Adam agar semakin dekat dengan dirinya.

Adam melihat Asya yang berjalan sempoyongan karena baru saja bangun dari tidurnya. Mungkin kepala Asya sedikit pusing karena Adam yang membangunnya barusan.

“Dam ...”

“Biar saya gendong sampai kamar, kamu masih pusing 'kan karena aku bangunin secara mendadak tadi?”

Asya tersipu malu. “Iya sih, tapi nggak papa kok. Aku bisa jalan sendiri, nggak perlu digendong segala tau. Malu ihh.”

Adam tertawa renyah. “Siapa yang bikin kamu malu? Di rumah cuma ada kita berdua, jangan aneh-aneh deh.”

Hal itu mampu membuat kedua pipi Asya memanas menahan malu dengan dirinya sendiri. Entah kenapa, saat Adam menatap matanya, jantung Asya tidak bisa dikontrol dengan stabil. Sehingga bibirnya terus berucap konyol, saking groginya ditatap oleh Adam seperti itu.

Sesampainya di kamar, Adam meletakkan tubuh Asya di ranjangnya. Ketika ia akan pergi, Asya menahan tangannya dan malah menarik tubuh Adam untuk berbaring dengannya, sehingga Adam kaget dan menatap Asya meminta penjelasan.

“Kenapa?” tanyanya kebingungan.

Asya memeluk tubuh Adam erat. Mencium bau badan suaminya yang menurutnya wangi. “Jangan mandi, keringat kamu wangi ... aku suka.”

Adam berusaha menghindar. “Tapi kotor Sya, aku berdebu loh. Banyak polusi udara yang aku bawa, kamu nggak jijik apa?”

Asya menggeleng-gelengkan kepalanya seperti anak kecil. “Nggak kotor kok, malahan wangi.”

Adam menghela nafas panjang. Kenapa Asya menjadi manja seperti ini sih? Aneh banget. Keluhnya. Adam mengelus-elus puncak kepala Asya penuh kelembutan, sedangkan Asya masih setia menciumi bau keringat Adam yang begitu memabukkan, menurutnya.

“A-adam,” cicit Asya pelan.

Adam menghentikan aktivitasnya sejenak. “Iya, saya disini. Kamu membutuhkan sesuatu?”

Asya menganggukkan kepalanya. Lalu mengganti posisinya dari tidur menjadi duduk. “Aku butuh anak.”

“HAH!” Adam berlonjak kaget mendengar permintaan Asya. Matanya membulat sempurna, membuat Asya mendengkus sebal.

“Coba ulang?”

“Mau anak! Mau anak! Mau anak!” teriak Asya mengerucutkan bibirnya kesal, sebab Adam tidak memahami apa yang dimaksud Asya barusan.

Adam mengatur nafasnya sejenak. “Saya hanya bilang coba ulang, bukan berulang-ulang, Asya.”

“Biarin, pokoknya mau anak,” ketus Asya membuang wajahnya ke arah lain.

Adam tidak menjawab ucapan istrinya. Ia membuka baju kerjanya dan mengambil handuk di dalam lemari, berniat untuk membersihkan badannya. Asya yang melihat itupun berdecak sebal, ia pikir Adam akan memulai pembuatan anak karena sudah membuka bajunya. Nyatanya, laki-laki itu hanya mandi.

“Udah gue bilangin juga jangan mandi, eughhhh kesel banget gue,” gumam Asya dengan suara pelan, takut Adam mendengarkan apa yang Asya katakan saat berada di belakangnya.

_________________________________________

Bersambung ...

Adam, Ajari Aku Hijrah. [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang