[04]

6.7K 392 19
                                    

Asya ingin melepaskan kerudungnya karena panas. Namun sebuah tangan mencekal kerudungnya, Asya menoleh dan mendapati Adam yang tengah menggelengkan kepalanya. Ruangan di UKS sangat ramai oleh para santri, oleh karena itu Asya menjadi kepanasan jika berada di dalam sana lama-lama.

"Singkirin kek, gue mau buka nih jilbab. Udah ribet, bikin panas lagi," ketus Asya beranjak dari tempat tidurnya.

Asya baru saja di urut oleh Santriwati di sana, akibatnya hanya satu. Ia berusaha untuk kabur, namun rencananya itu gagal, karena Adam menemukannya di gerbang belakang sekolah.

"Rambut kamu termasuk aurat, Sya!" Peringat Adam dengan tegas.

Asya berhenti sejenak. "Iya deh iya. Gue nggak jadi buka nih kerudung," balas Asya kembali ke asramanya.

Setelah Adam mengantarkan Asya ke UKS, ia langsung kembali mengajar kajian yang sempat tertunda. Sedangkan Asya malah pergi ke asrama untuk tidur dan meluruskan tulang-tulangnya yang terasa remuk.

Jam dinding asrama putri menunjukkan pukul 01:22 siang. Namun Asya masih saja berkutat dengan pemikirannya yang ingin keluar dari pesantren. Para Santriwati yang berada di ruangannya sudah beberapa kali menasehati Asya agar berhenti untuk mencari cara agar dirinya bisa kabur. Toh lama-kelamaan dia juga akan betah dengan pesantren ini.

"Udah deh Sya, perasaan dari kemaren kamu mundar-mandir terus, emangnya ada apa sih?" Ratna, teman sekamar Asya itu terlihat bingung dengan teman barunya ini.

"Gue lagi nyari cara buat kabur dari ini penjara, lo sih enak tinggal di sini bisa ngaji. Lah gue, kenal A. Ba. Ta. Aja baru sekarang," ketus Asya duduk di sebelah Ratna. Tangannya kini menggapai kepalanya, ia membuka kerudung karena udara di kamar sangat panas.

Ratna yang melihat itupun hanya menggelengkan kepalanya. "Sya, lebih baik kamu pakai kerudung. Lebih cantik dan lebih tertutup, emang sih, aku perempuan. Tapi bagusnya sesama perempuan, kita juga harus saling menutup aurat."

Asya memutar bola matanya malas. "Please deh, lo jangan ngatur-ngatur hidup gue. Atur aja diri lo sendiri. Hak gue dong mau gini, mau gitu!"

Karena terlalu kesal dengan Ratna, Asya lebih baik mandi untuk menyegarkan badannya serta pikirannya yang memutar-mutar seperti planet. Ratna tersenyum kecil, baru kali ini ia mendapatkan teman seperti Asya. Sifatnya sangat bertolak belakang dengan dirinya.

Aku yakin kamu akan berubah. Suatu saat nanti!

****

Berhubung OB di pesantren sedang libur. Jadilah Adam yang membersihkan toilet sendirian. Ia membersihkan semuanya dengan teliti, banyak Satriawan yang ingin membantunya. Namun Adam tidak mengizinkannya karena masih jam pelajaran.

Di balik toilet tersebut ada tangga yang biasa para santri lakukan yaitu untuk kabur dari halaman pesantren. Gosip itupun sempat beredar di kalangan santri Almunawaroh. Dan itu artinya ada kesempatan untuk Asya kabur dari sana.

Terlihat dari kejauhan Asya celingak-celinguk berjaga-jaga, takut ada para santri yang lewat kesana. Namun setelah di periksa, akhirnya para santri sedang belajar. Tanpa pikir panjang lagi, Asya menaiki tangga besi yang sudah di sediakan disana.

"Aman nih," gumam Asya melompat ke perkebunan. Namun sialnya. Rok yang ia pakai robek, alhasil dirinya terjatuh terjungkal kebelakang, karena tidak sempat menahan keseimbangan.

Bruk.

Brak.

"Awsss!"

Adam, Ajari Aku Hijrah. [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang