[11]

5.2K 319 0
                                    

Saat Asya menyapu halaman rumahnya ia tak sengaja melihat Adam yang bersusah payah belajar berjalan sendirian. Asya hanya bisa memperhatikannya dari kejauhan. Tapi lama-kelama rasanya Asya tidak tega melihat Adam yang terus-menerus menahan sakit di kakinya.

Asya mendekati Adam dan menaruh sapu itu di pojokan. “Ekhemm, mau gue bantuin nggak? Kelihatannya lo kesusahan jalannya deh.”

Adam pun menengok ke arahnya. “Boleh sih, tapi---.”

Belum saja Adam melanjutkan ucapannya. Tiba-tiba tangan Asya memegangi kursi roda Adam dan menyuruhnya berdiri secara perlahan. Kemudian Asya membantu Adam berjalan sedikit demi sedikit.

“Asshhh,” ringis Adam memegangi kakinya.

“Pelan-pelan, gue yakin lo bisa,” ucap Asya menyemangati Adam. Entah keberanian dari mana sehingga Adam mengangguk dan berjalan perlahan.

Asya melepaskan tangannya dari bahu Adam supaya Adam bisa berjalan sendiri. Setelah di amati Adam sekarang mulai bisa berjalan kembali, walaupun kakinya masih pincang.

“Tuh kan gue bilang juga apa,” Asya menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Sambil memperhatikan langkah kaki Adam.

“Makasih Sya, ini juga berkat kamu yang memberikan saya semangat.” Adam berjalan tanpa melihat Asya yang termenung dengan kata-katanya.

Asya tersenyum kecil saat melihat Adam yang tampak bahagia karena ia bisa jalan kembali. Kemudian Asya mendekatinya dan memegangi kakinya. Asya menyuruh Adam untuk duduk di kursi rodanya kembali.

“Gue pijitin dulu kakinya. Gue tau lo pasti pegel, 'kan dari tadi lo jalan-jalan terus,” ucap Asya memijat kaki Adam pelan.

Senyuman dari bibir Adam pun sirna. Tumben sekali Asya baik kepadanya, padahal biasanya Asya selalu membentaknya dan merasa bodo amat jika orang-orang sedang kesusahan. Namun sekarang Asya berbeda dengan yang biasanya, dan itu membuat Adam semakin penasaran atas perlakuannya saat ini.

“Lo keringetan?” tanya Asya memegangi pelipis Adam. Kemudian Adam pun mengangguk mengiyakan. Karena memang udaranya panas, meskipun pagi, tapi kalau tubuh mereka digerakan kesana-kemari, maka tubuhnya akan menghasilkan keringat.

Asya mengambil sapu tangan di saku celananya. Lalu ia mengelapkannya ke wajah Adam yang dibanjiri keringat. Diam-diam Adam memperhatikan wajah cantik Asya yang sangat dekat dengannya. Dalam hati Adam ingin sekali mengucapkan kata 'cantik' untuk istrinya. Namun hal itu ia urungkan.

Tak sengaja mata mereka bertemu. Tanpa permisi mereka saling tatap satu sama lain, Asya tertegun saat tangan Adam memegangi tengkuknya, lalu ia mendekatkan wajahnya. Asya memejamkan matanya merasakan hembusan nafas Adam yang menerpa wajahnya.

Tind...... Tind.....

Asya langsung mendorong tubuh Adam karena kaget. Ia langsung menengok kepada orang yang telah mengklakson mobilnya sangat nyaring.

Dan terlihatlah Trisna yang sedang menganga melihat mereka yang saling berpandangan satu sama lain barusan. Kemudian Trisna bertepuk tangan sambil menghampirinya, Asya dan Adam yang sedang merasa malu karena terciduk teman Asya pun membuang mukanya satu sama lain.

“Ciee, pasutri akur.” Goda Trina mencolek dagu Asya.

“Ihh apaan sih Na, kita nggak lagi ngapa-ngapain, Kok. Gue cuma ngelapin keringet dia doang. ” Terlihat Asya yang sangat malu setelah tahu dirinya tertangkap basah oleh Trisna.

Adam melirik ke arah Asya lalu ia berkata, “Saya masuk dulu.”

Belum sempat Adam pergi, dengan cepat Asya menahannya. “Biar gue bantu, gue tau lo nggak bisa jalanin kursi roda sendirian. Ntar jatoh lagi kayak kemaren.”

Adam, Ajari Aku Hijrah. [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang