Extra Part

6.5K 243 10
                                    

Allahuakbar!

Allahuakbar!

Suara adzan berkumandang. Adam berjalan mendekati tepi ranjang, mengelus pipi lembut Asya yang masih tertidur nyenyak. “Sayang ...”

Euhhh!” lenguh Asya menepis tangan Adam yang masih setia berada di permukaan wajahnya.

“Bangun sayang, sudah adzan subuh. Aku mau pergi ke masjid,” bisik Adam membangunkan istrinya dengan lembut.

Asya langsung bangun dari tidurnya, menatap Adam tegang. “Kamu udah mandi?”

Adam merapihkan rambut Asya yang terlihat berantakan. Mencium dahi istrinya, seraya menganggukkan kepalanya. “Sudah dari tadi. Kamu capek banget, yah. Sampe nyenyak banget tidurnya.”

Asya menggaruk-garuk pipinya. “Hehe ... nggak tau.”

Adam tersenyum kecil. “Mandi gih, biar seger. Aku ke masjid dulu.”

Asya menggeleng. “Nggak mau mandi ah, dingin. Wudhu aja, terus shalat.”

Adam dengan jahil mengacak rambut Asya yang sudah tertata rapih olehnya, membuat istrinya itu mengerucutkan bibirnya kesal. Kenapa dirapihkan kalau ujung-ujungnya berantakan?

“Huwa, huma, hum. Hiya, huma, hunna. Anta anti cantiknya masyaallah giliran mandi magernya astaghfirullah,” ucap Adam terkekeh geli.

“Ihhh! Mas Adam nyebelin. Udah sana, ke masjid. Keburu pagi nih!” ketus Asya beranjak dari duduknya, berjalan ke arah kamar mandi.

Sedangkan Adam terkekeh gemas melihat tingkah Asya yang kesal karenanya. Tanpa menunda-nunda waktu, Adam segera pergi dari rumahnya menuju masjid.

***

Asya sudah standby di meja makan. Menunggu sang suami pulang dari masjid. Namun sudah setengah jam ia menunggu. Tidak ada tanda-tanda pintu akan di buka dengan lebarnya. Asya menghela napas panjang, mengambil sepotong roti yang berada di hadapannya, lalu memakannya dengan bibir yang mengerucut.

“Assalamualaikum!”

“Wa'alaikumsalam! Mas. Kok lama?” Asya mencium punggung tangan Adam, ketika laki-laki itu sudah sampai di rumahnya.

Adam menatap Asya keheranan. “Habis tadarusan.”

“Kan bisa di rumah tadarusannya,” ucap Asya masih dengan ekspresi cemberut.

“Kalau udah sholat subuh berjamaah, langsung baca Al-Qur'an di masjid rasanya beda, Sya. Lebih tenang aja gitu ... kamu kenapa sih? Kok tiba-tiba aneh gini?” tanya Adam duduk di meja makan, berhadapan dengan istrinya.

“Nggak papa, cuma kesel aja. Kamu sering pulang siang dari masjid. Emang nggak ada kerjaan?”

“Hari ini aku libur, Sya. Kamu lupa? Hari ini, hari apa?”

“Ahad,” jawab Asya dengan polosnya.

“Nah, itu tau.”

Asya mendengkus sebal. “Kamu nggak ngajakin aku jalan?”

Adam menggeleng. “Kamu sering jalan-jalan ke luar. Sayang anak kita, kecapean. Kita weekend di rumah aja ya.”

Asya menatap Adam kesal. “Ahh nggak asik.”

Adam menghela napas panjang. “Sayang ... aku kan libur kerja. Terus tadi di depan rumah ada tetangga yang minta anaknya untuk di ajarin mengaji. Kalau kamu keluar, siapa yang akan menemani kamu nanti? 'kan aku ngajar di rumah.”

Adam, Ajari Aku Hijrah. [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang