Di pagi hari yang cerah sang surya menampakkan sinarnya. Adam mengajak Asya untuk berolahraga pagi, namun Asya tidak mau karena masih betah dengan tidurnya. Memang Adam sekarang sudah sembuh dari lumpuhnya. Dan itu membuat ia bersemangat untuk menggerakkan seluruh tubuhnya.
Asya mengerjap-ngerjapkan matanya mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk menembus bola matanya. Yang pertama ia lihat adalah wajah tampan Adam yang berdiri sambil tersenyum manis ke arahnya.
Asya bangkit dari tidurnya dan mengucek-ngucekan matanya, pelan. “Ngapain lo bangunin gue sepagi ini sih?”
Adam menggelengkan kepalanya. “Ini udah siang, Sya. kamu aja yang tidurnya kebo.”
Asya memelototi suaminya. Berani sekali Adam menyebutnya kebo, padahal Asya tidak suka disebut itu olehnya. Asya mengerucutkan bibirnya kesal. “Terus sekarang ngapain lo masih disini. Mana pake baju olahraga lagi. Mau renang kemana lo?”
Adam tersenyum kecil. “Bukan renang. Tapi mau ngajak kamu joging. Yuk, mumpung udaranya bagus banget.”
Asya menggelengkan kepalanya tidak mau. “Gue suka capek!”
“Biar saya gendong.”
“Gue suka kencing di jalanan.”
“Biar saya antar ke toilet. Apa lagi kamu suka berak, suka ngemil di jalan, suka----.”
Dengan cepat Asya menyumpal mulut Adam menggunakan tisu yang berada di kasurnya. “Udah, gue nggak suka semua itu, tunggu di sini. Gue mandi dulu.”
Setelah itu Asya berlari ke kamar mandi. Adam yang melihat itupun hanya tersenyum tipis. Seandainya kalau hubungan mereka terus berjalan mulus, mungkin Adam akan sangat-sangat berterima kasih kepada Tuhan karena telah mempertemukan mereka.
Sambil menunggu Asya yang membersihkan tubuhnya, Adam berjalan ke arah dapur untuk membuatkan sarapan untuknya terlebih dahulu. Dan setelah itu mereka akan joging bersama.
Setengah jam berlalu, Asya dan Adam sudah siap untuk berolahraga pagi. Asya memperhatikan pakaiannya yang sangat tidak cocok untuknya. Tetapi menurut Adam, Asya sangat cantik menggunakan jilbab dan baju agak kebesaran.
“Kenapa lo lihatin gue kayak gitu. Emang gue aneh ya?” tanya Asya memperhatikan pakaiannya.
Adam menggelengkan kepalanya. “Nggak kok, cantik malahan.”
Blush.
Pipi Asya merona oleh pujian yang di lontarkan Adam kepadanya. Ohh, apakah Asya baper? Adam menahan tawanya, lalu ia mengajak Asya untuk berjalan terlebih dahulu.
Kok deg-degan gini, sih gue!
****
Sudah setengah jam Adam dan Asya lari pagi, saat di perjalanan tiba-tiba Asya merasa letih. Ia pun berjongkok di belakang Adam.
“Gue capek! Berhenti dulu woy!” seru Asya yang membuat Adam menghentikan langkahnya. Ia pun menoleh ke arah istrinya yang sedang menggerutu kesal.
Adam ikut berjongkok di hadapan Asya. “Mau di gendong?” tanya Adam menaikan satu alisnya.
Asya menggelengkan kepalanya. Lalu ia bangkit dan merentang tangannya. “Nggak mau di gendong. Tapi berhubung gue capek, jadi gue minta gendong.”
Adam tertawa kecil. Kemudian Adam bangkit dari duduknya dan menggendong tubuh Asya. “Kok berat. Kamu gendutan kayaknya.”
Asya memukul pundak Adam pelan. “Enak aja. Gue nggak gendut, ini tuh cuma berisi aja.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Adam, Ajari Aku Hijrah. [TERBIT]
Dla nastolatkówKisah seorang Gadis nakal yang minim akan ilmu agama. Perkenalkan Asyana Viola Ganlades. gadis yang masih berusia 18 tahun, yang terpaksa masuk ke dalam lingkaran penjara suci oleh kedua orang tuanya ke pesantren Al-Munawaroh. ketika Asya disana ia...