[07]

5.8K 344 3
                                    

Hari sudah mulai malam. Namun Asya belum juga pulang dari rumah Trisna, walaupun Asya sudah menikah. Tetapi kelakuannya sama saja seperti orang yang masih single. Terhitung dari banyaknya orang yang lewat, semuanya tak lepas dari pandangan Asya. Ya, sekarang Trisna dan Asya sedang berada di pinggiran taman.

Trisna sampai lelah karena di ajak kesana-kemari oleh Asya. Tujuannya sih cuma ingin menenangkan pikiran, namun nyatanya mereka malah bermain hingga sampai larut malam seperti ini.

“Na, kayaknya gue bakalan kuliah lagi deh.” Sebuah kalimat terlontar dari bibir manis Asya hingga mengakibatkan Trisna tersedak.

Uhuk ... Uhuk ...

“Apa?! Lo mau kuliah? Please jangan deh Sya, gue takut nanti suami lo bakalan marah lagi. Menurut teman-teman gue yang udah nikah, kalo ceweknya kuliah. Biasanya banyak yang cerai. Karena ceweknya ketawan selingkuh----.”

“Bagus. Kalau gitu gue mau kuliah, dengan begitu gue nggak akan lama-lama sama tuh Ustadz,” ketus Asya menyeruput minumannya. Trisna menggelengkan kepalanya tegas. Tak habis pikir dengan sahabatnya yang satu ini.

“Sya, pulang yuk. Ini udah jam sebelas malem loh. Ntar suami lo nyariin.” Trisna sangat khawatir kalau Asya tidak ingin pulang karena masih marah dengan suaminya itu. Namun, siapa sangka? Ternyata Asya mengiyakan ajakan Trisna.

Mereka pun pulang menggunakan taxi. Awalnya sih memang Asya tidak ingin pulang ke rumahnya. Namun setelah dipikir-pikir, Adam pasti akan mengerti situasinya.

Mobil taxi berhenti di salah satu rumah yang cukup besar. Ya, Asya sudah sampai ke halaman rumahnya. Namun suasana halaman rumahnya terlihat sangat sepi dan sunyi. Asya melangkahkan kakinya menuju pintu utama. Saat Asya memegangi knop pintu rumahnya,  tiba-tiba ...

Brakh!

Pintu terbuka sangat lebar oleh Adam. Terlihat dari auranya, Adam sedang memendam amarah. Asya tidak memperdulikan tatapan tajam dari suaminya. Ia malah mendorong bahu Adam agar segera menyingkir dari hadapannya.

“Awas. Lo ngalangin gue jalan!” bentak Asya.

“Habis dari mana aja, kamu?!” tanya Adam menahan api amarah yang ingin ia ledakan saat ini juga.

Asya bersedekap. “Kenapa? Emang masalah buat lo!” bentak Asya membalas tatapan Adam tak kalah tajamnya.

“Jelas ini masalah. Pertama, kamu nggak minta izin dulu kepada saya. Kedua, kamu pulang terlambat. Ketiga, saya sudah bilang beberapa kali, jangan memakai baju yang kurang bahan! Dan jangan lupa memakai jilbab. Tapi kamu malah berpakaian sebaliknya.” Adam menggelengkan kepalanya. Memang tubuh Asya sangat sempurna untuk para laki-laki memuaskan hasratnya.

Dan Adam tidak ingin orang lain yang melihat bentuk tubuh Asya secara seksual seperti malam ini. Apalagi sekarang status Asya bukan lagi seorang gadis biasa, perlu digaris bawahi. Kalau saat ini status Asya adalah istrinya.

Tentu Adam tidak rela kalau istrinya mengumbar aurat di luar jangkauannya. Asya memperhatikan pakaiannya dari atas sampai bawah. Menurutnya sih biasa saja, tetapi berbeda dengan Adam yang sangat jijik dengan pakaian yang sedang dipakainya.

“Terserah gue dong. Yang pakai juga gue, bukan lo. Kenapa lo yang harus ribet? Gue mau tidur. Awas!” teriak Asya memejamkan matanya.

Adam yakin Asya sudah meminum alkohol. Tercium dari aroma tubuhnya Asya sangat menyengat. Adam memang baru sekali mencium bau alkohol, namun ia tahu betul alkohol apa yang Asya minum.

Adam meraih tangan Asya dan menggendong tubuhnya ke kamar mereka. Adam tidak tega melihat Asya yang berjalan sempoyongan. Oleh karena itu, Adam membantunya menuju kamarnya. Adam membaringkan tubuh Asya di kasur tempat tidurnya, lalu menyelimuti tubuh Asya dan mencium keningnya sekilas.

Adam, Ajari Aku Hijrah. [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang