[05]

6.7K 369 2
                                    

Adam dan Asya sedang di sidang di depan orang tua mereka masing-masing. Betapa marahnya Gerald saat tahu anak tercintanya melakukan hal yang menjijikkan seperti ini. Malahan Gerald sangat berharap putrinya akan berubah.

“Pah, percaya sama aku. Aku nggak mungkin ngelakuin itu bersama Ustadz Adam!” teriak Asya menundukkan kepalanya sambil terus menangis.

Gerald membuang muka. Rizik Assidiq. Papah dari Adam menghampiri mereka. Tanpa aba-aba Rizik melayangkan pukulannya hingga mengenai sudut bibir Adam yang sudah sobek.

“Bapak kecewa sama kamu Adam! Bapak berharap kamu adalah anak satu-satunya yang paling baik di keluarga. Namun nyatanya, kamu menghianati kepercayaan bapak!” bentak Rizik memukul Adam keras.

Adam tersenyum kecil menanggapinya. Tangan dan kakinya terluka sehingga Adam tak bisa apa-apa selain berdo'a dan berdo'a. Asya yang melihat itupun rasanya tidak tega, namun mau bagaimana lagi jika semua sudah terlambat. Semuanya akan runyam.

Gerald menghampiri Adam dan manarik kerah bajunya. “Kapan akan menikahi Asya!”

“JAWAB!”

Adam terbatuk-batuk. “Uhuk ... Uhuk ... Secepatnya ... Secepatnya, saya akan menikahi Asya.”

Gerald bernafas lega. Kemudian ia melepaskan tarikannya. Ia menatap Syifanya yang menunduk takut, Syifanya menangis di kursi ruangan yang terjadi sidang antara Asya dan Adam. Sedangkan Asya sendiri, ia sangat malu dengan para Santriwan dan Santriwati di asrama. Mungkin Adam pun merasakan yang sama dengannya.

Pak kyai menatap Asya dan Adam secara bergantian. Terlihat dari matanya mereka saling menyesali perbuatanya. Namun, berbeda jauh dengan yang fakta.

Kalau mereka memang tidak melakukan apapun. Setelah Adam dan Asya mendapatkan sidang dari keluarganya masing-masing. Mereka keluar ruangan itu bersamaan.

Adam tersenyum melihat Asya yang menundukkan kepalanya ketakutan. Kemudian ia berbisik. “Jangan dipikirkan. Kita akan lalui semuanya bersama-sama.”

Asya termenung sesaat kemudian ia berbalik. “Ustadz. Apa lukanya sakit?” tanya Asya ragu-ragu. Adam hanya mengangguk dan mulai berjalan ke ruangan UKS. Entah darimana keberanian Asya timbul, sehingga dirinya mengikuti Adam ke dalam ruangan UKS.

Adam membaringkan tubuhnya dan mengoleskan obatnya dengan tangan kanannya sendiri. Karena Asya tidak tega melihat Adam kesakitan seperti itu, ia pun merampas kapas yang berada di tangan Adam.

“Biar gue bantuin,” Asya mulai mengoleskan salep ke tangan kiri Adam yang terdapat luka yang sangat lebat.

Adam meringis pelan kemudian ia berkata. “Bissmillahirrahmanirrahim!”

Asya menghentikan aktivitasnya saat mendengar suara merdu dari Adam. Kemudian ia melanjutkan mengobati Adam mulai dari wajah hingga kakinya.

“Kenapa lo mau nikahin gue?” tanya Asya penasaran.

Adam menggelengkan kepalanya pelan. “Tolong sekali saja kamu berbicara yang lembut. Saya tau kamu orang baik. Dan saya mulai menyukai kepribadianmu.”

Asya mencerna setiap kata-kata Adam yang terlontarkan dari bibirnya begitu saja. Asya menatap Adam yang sedang memejamkan matanya, tidak di pungkiri kalau Adam disukai banyak Santriwati. Karena memang Adam memiliki wajah yang tampan dan juga berfrestasi.

Please deh Sya, lo tuh nggak mungkin suka sama orang modelan kayak gini. Inget di Jakarta masih ada Darren.

****

Hari ini, dimana dilaksanakan pernikahan paksa antara Adam dan Asya. Dan hari ini pula mereka akan mengikat janji suci kepada yang maha kuasa.

Adam, Ajari Aku Hijrah. [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang