[14]

4.9K 303 1
                                    

Asya keluar dari pintu kamarnya dengan derai air mata yang membasahi pipinya, seluruh tubuhnya bergetar, membuatnya kehilangan keseimbangan, dan hampir terjatuh ke lantai. Tetapi sebuah anugerah dari Tuhan mampu membuat Asya terselamatkan, karena ada benda kokoh yang menahan punggungnya.

"Asya, kamu mau kemana? Kamu 'kan masih sakit, Sya. Tidak boleh kemana-mana dulu." Sudah dipastikan orang itu adalah Adam yang tidak lain dan tidak bukan adalah laki-laki yang berstatus sebagai suaminya.

Asya mengabaikan ucapan Adam. Menatap laki-laki itu sebentar, lalu berlari keluar rumah, membuat Adam menyatukan kedua alisnya bingung. Pasalnya, Asya baru saja sembuh dari sakitnya, lalu sekarang? Ia malah keluar rumah tanpa memikirkan kondisi badannya seperti apa.

"Mau nggak mau, aku harus mengikuti Asya dari belakang. Lagian jam segini, dia mau kemana sih? Dan kenapa dia terlihat sedih seperti itu?" gumam Adam seraya melangkahkan kakinya menuju garasi, untuk mengambil mobilnya.

Saat diperjalanan Adam menyalip beberapa kendaraan yang menghalangi jalannya. Terlihat Asya yang turun dari taxi dengan wajah terpendam amarah. Adam pun ikut turun dari mobilnya, dan memata-matai Asya dari belakang.

“Hotel Georgia,” gumam Adam memasuki hotel yang dimasuki oleh Asya sebelumnya.

Ekor matanya melihat ke arah lift yang terbuka, Asya memasuki lift tersebut hingga sampai ke lantai dua. Karena penasaran, Adam pun mengikutinya lagi, hingga kemudian Asya berhenti di kamar hotel nomor 104.

Brakh!

“Keluar kalian!” bentak Asya menendang pintu hotel itu dengan amat keras sehingga mengeluarkan bunyi nyaring di seluruh penjuru ruangan.

Semua orang yang berada di lantai dua langsung mengerumuni kamar tersebut, karena mendengar suara Asya yang tiba-tiba marah-marah di depan kamar nomor 104.

Ada yang berbisik-bisik dan ada juga yang menatap Asya kebingungan, hingga tanpa sadar pemilik kamar nomor 104 itu membuka pintu kamarnya.

“Hello As---.”

Plak!

Kehebohan untuk para penghuni lantai dua, karena Asya tiba-tiba menampar seseorang perempuan yang baru saja membuka pintu kamarnya. Asya tidak memperdulikan orang-orang yang berada di sekitarnya. Ia hanya fokus kepada perempuan yang kini memegangi pipinya yang terasa panas akibat tamparannya.

“Dasar cewek nggak tau malu! Murahan!” bentak Asya mengepalai tangannya kuat-kuat, menahan rasa amarah yang bergemuruh di dalam hatinya.

Perempuan itu tertawa terbahak-bahak. “Hah ... apa? Lo bilang, gue murahan?!”

“Kalo iya, emang kenapa?!” balas Asya menatap wajah perempuan itu nyalang.

“Lo---.”

“Ini ada apa sih, yang? Kok kamu teriak-teriak?” tanya seseorang yang baru saja keluar dari kamar yang ditempati oleh perempuan itu.

Seketika air mata Asya turun begitu saja, melihat wajah Darren yang terlihat khawatir kepada perempuan itu, ketimbang dirinya sendiri. Tubuh Asya bergetar menahan tangis, tangannya sudah terkepal kuat hendak menampar pipi Darren, tetapi perempuan itu tiba-tiba menahan pergelangan tangannya.

“Lepas!” bentak Asya lemah.

“Sya ...” Darren tercengang kaget melihat Asya yang sudah berada di hadapannya yang hendak menampar pipinya.

Asya menurunkan tangannya kasar. “Puas lo, Dar? Puas, udah bikin gue sakit hati dari yang kesekian kalinya? PUAS! JAWAB BODOH!”

Darren meneguk salivanya gugup. Melihat kedua perempuan yang berada di hadapannya dengan ragu, Darren meraih tangan Asya, mencoba menenangkan. Tetapi tangan perempuan itu malah menggenggam tangannya.

“Iya. Kita sangat puas!” balas perempuan itu mengeluarkan senyum jahatnya.

Asya menggeleng-gelengkan kepalanya, tidak percaya dengan kenyataan yang menimpanya. “Bilang sama gue, kalau ini nggak bener. K-kalian ... aghhh ini semua nggak bener! Lo nggak mungkin selingkuhin gue, Dar! Bilang kalau ini ---.”

“Maaf Sya, maaf,” lirih Darren menatap Asya lemas.

Asya menutup mulutnya tidak percaya. Darren mengeluarkan tangannya, memperhatikan sebuah cincin yang sama persis dengan perempuan yang itu pakai.

“Maaf Sya, aku sama Nadia sudah bertunangan dari satu minggu yang lalu. Maaf, alasan aku nggak ngabarin kamu karena ini, aku nggak bisa lanjutin hubungan kita. A-aku sudah terlanjur menerima perjodohan Mamah,” ungkap Darren berusaha berbicara halus agar Asya tidak terlalu marah kepadanya.

Asya menatap kedua pasangan yang berada di hadapannya tidak percaya. “Dar ...”

“Maaf ...”

Plak!

“Buaya darat! Nyesel gue nggak dengerin kata Trisna. Ternyata bener, kalau lo itu emang tukang selingkuh!” Maki Asya menampar pipi Darren sangat kuat.

“Gue benci sama lo!” teriak Asya frustasi.

Asya memukul-mukul dada bidang Darren tanpa jeda. Perempuan yang berstatus menjadi tunangannya pun hanya diam seribu bahasa, dalam lubuk hatinya ia sangat kasihan dengan situasi yang Asya terima saat ini.

Tetapi ia juga tidak bisa apa-apa selain diam. Nadia -- perempuan yang menggenggam tangan Darren dari sampingnya hanya bisa menatap Asya yang terpuruk. Sudut bibirnya terangkat, membentuk senyuman tipis, antara kasihan dan juga senang karena Darren tidak berbohong lagi kepada Asya.

“SYA! ASYA! STOP!” teriak Trisna dari ruangan lift.

Trisna memeluk tubuh Asya yang sedang menangis sesenggukan. Lalu tatapannya beralih kepada Darren dan Nadia. “Lo emang laki-laki bajingan, Dar. Bersyukur Asya tidak jadi lo milikin. Dan lo!” Tunjuk Trisna kepada Nadia. “Cewek ular. Tunggu pembalasan gue nanti.”

Trisna mendorong bahu Darren dan menyeret Asya untuk keluar dari hotel. Darren melangkah, hendak mengejar Asya. Tetapi Nadia menahan tangannya dengan gelengan pelan.

“Jangan, ini yang terbaik buat dia,” ucap Nadia menatap Darren tajam.

“T-api Asya ...”

“Asya sudah banyak terluka karenamu, Dar. Dan kini, biarkan dia bahagia,” ujar Nadia mencoba meyakinkan tunangannya kalau ini adalah jalan terbaik untuk kehidupan Asya selanjutnya.

Darren hanya bisa menatap kepergian Asya dengan diam, hingga akhirnya Asya menghilang dari balik pintu lift yang tertutup rapat. Karena malu, Darren dan Nadia pun masuk kembali ke kamarnya dengan suasana yang berbeda.

'Maafkan aku Asya, tetapi memang benar perkataan Nadia. Ini yang terbaik untukmu, maafkan aku karena telah menyakiti hatimu untuk kesekian kalinya.'

_________________________________________

Bersambung ...

Adam, Ajari Aku Hijrah. [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang