Seorang gadis muda baru saja membuka kedua mata. Ia segera bangkit dan merapihkan tempat tidurnya, sebelum akhirnya pergi ke kamar mandi untuk bersiap untuk berangkat kerja."Pagi.." Sapanya begitu memasuki tempat penjualan susu.
"Pagi, Jeongyeon. Hari ini hanya 10 rumah, tolong antarkan ya." Ucap pria paruh baya yang adalah bosnya.
"Ne, serahkan padaku." Angguknya sambil membawa 1 kardus susu.
"Selamat pagi." Sapanya saat mengantarkan susu ke sebuah rumah.
"Eoh? Pagi Jeongyeon. Terima kasih sudah mengantarkan susu pagi ini." Ucap seorang wanita paruh baya sambil memberikan Jeongyeon selembar uang.
"Sama sama nyonya Shin. Kalau begitu saya pamit dulu." Jeongyeon pun kembali mengantar kotak kotak susu yang lain ke rumah tiap tiap pelanggannya.
Setelah selesai, Jeongyeon kembali ke toko susu untuk menyerahkan uang hasil penjualan, dan setelah itu ia pergi menuju ke tempat kerjanya yang kedua, sebuah perusahaan besar yang berada di ibu kota Seoul.
"Selamat pagi." Sapa Jeongyeon saat memasuki pantry.
"Pagi Jeongyeon." Sapa balik temannya yang sedang membuat kopi.
Setelah berganti baju dengan seragamnya, Jeongyeon pun mengambil kopi yang baru dibuat temannya dan setelah itu pergi mengantarkan itu ke meja tiap tiap karyawan.
"Jeongyeon." Panggil seorang karyawan.
"Ne?" Jeongyeon menoleh.
"Tolong fotocopy ini ya." Pinta karyawan itu.
"Ah, ne baiklah." Angguk Jeongyeon sambil tersenyum.
Jeongyeon pun pergi ke ruang fotocopy dan mengerjakan tugasnya.
"Ini, nona Park." Ucap Jeongyeon sambil menyerahkan kertas kertas di tangannya.
"Terima kasih, Jeongyeon." Ucap karyawan bermarga Park itu.
"Hei, OG! Kemarilah, tolong bersihkan ini." Panggil karyawan yang lain.
"Ne, aku akan segera kesana." Sahut Jeongyeon.
.
.
."Ramyeon lagi?" Tanya teman Jeongyeon.
"Begitulah." Angguk Jeongyeon sambil memakan makan siangnya.
*drrrtt drrrtt
"Hallo, mama." Sapa Jeongyeon.
"Jeongyeon-ah, bagaimana kabarmu?" Tanya ibunya.
"Aku baik baik saja mama. Bagaimana dengan uang yang ku kirim? Apakah sudah sampai?" Tanya Jeongyeon.
"Sudah, tapi kenapa uangnya sangat banyak? Apakah kau tidak memikirkan dirimu sendiri? Berhenti memikirkanku dan jalani hidupmu dengan bahagia. Kau selalu saja mengirimkan terlalu banyak uang kepadaku." Jawab ibunya.
"Astaga mama ini.. Sudah pakai saja uang dariku untuk bersenang senang. Jangan pikirkan aku, aku baik baik saja. Sudah yaa, aku mau lanjut makan siang. Hari ini aku makan nasi dan bulgogi. Mama jangan lupa makan yaa, saranghaeyo." Ucap Jeongyeon sebelum menutup sambungan teleponnya.
"Oy, OG!" Panggil seorang karyawan yang membuat Jeongyeon menoleh.
"Ne?" Sahut Jeongyeon.
"Sedang jam makan siang begini malah bersantai. Kalian ini niat kerja atau tidak sih? Cepat belikan kami makan siang." Perintah pria itu.
"Ne, baiklah." Jeongyeon pun bangkit dan bergegas pergi.
Menjadi office girl memang tidak mudah. Terlebih lagi jika bekerja di tempat yang memiliki karyawan yang menyebalkan. Begitu banyak karyawan di tempat Jeongyeon bekerja, memandang sebelah mata profesi Jeongyeon dan temannya. Mereka kerap memerintah dengan seenaknya bahkan tanpa mengucap tolong dan terima kasih. Walau masih banyak karyawan yang baik padanya, bekerja di lingkungan yang seperti itu sungguh membautnya tidak nyaman. Tapi Jeongyeon selalu tidak peduli dan memilih untuk fokus pada pekerjaannya. Karena hanya itu yang membuatnya bisa bertahan hidup, serta menafkahi ibunya yang tinggal jauh di kampung halaman.
"Selamat malam." Jeongyeon membungkuk dan memasuki sebuah cafe.
"Eoh? Jeongyeon!" Sapa sang pemilik cafe.
"Ayo ayo langsung ganti baju. Hari ini ada tamu spesial yang datang kesini, dan dia ingin melihat penampilanmu." Ucap sang pemilik cafe.
"Ah, ne baiklah. Aku akan menampilkan yang terbaik." Ucap Jeongyeon sambil berjalan menuju ruang ganti.
Setelah mengganti baju seragamnya dengan sebuah kemeja dan celana panjang, penampilan Jeongyeon terlihat begitu berubah. Ia juga melepaskan kuncirannya dan membiarkan rambutnya terurai dengan begitu cantik. Setelah selesai meriah wajahnya dengan make up tipis, Jeongyeon keluar dari ruang ganti dan berjalan ke atas panggung. Diraihnya gitar yang ada disitu dan didudukan dirinya diatas bangku yang cukup tinggi sambil menghadap ke penonton.
*tuk tuk
Jeongyeon memukul pelan mikrofon di depannya dengan jari.
"Selamat malam, para pengunjung sekalian." Sapa Jeongyeon yang membuat semua pengunjung di cafe menoleh ke arah panggung.
"Selamat datang di cafe Moonlight, semoga pelanggan sekalian bisa menikmati malam yang indah disini." Lanjutnya.
"Selagi bersenda gurau dan menikmati hidangan bersama orang terkasih di cafe ini, izinkan saya untuk menemani malam kalian semua dengan alunan lagu yang indah." Jeongyeon bersiap dengan gitarnya.
Gadis itu bernyanyi sambil memaikan gitarnya dengan begitu indah. Seluruh pengunjung disana pun begitu menikmati permainan Jeongyeon. Wajah cantik dan suara merdunya berhasil menghipnotis para penonton malam itu. Setelah lelah bekerja seharian, menjadi penyanyi di cafe adalah pekerjaan terakhirnya. Pekerjaan yang paling ia sukai. Menghibur orang lain dengan talenta yang ia miliki.
"Bagaimana menurut anda?" Tanya pemilik cafe.
"Sangat indah." Jawab tamunya sambil tersenyum bahagia.
New story!!!
Semoga kalian suka ya sama cerita ini😄😄
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunflower
FanfictionFull Chapter Love is easy. I love you, you love me, then let's live happily.